Archive for October 2010

SYAIR UNTUK ANAK DARA (WANITA MUSLIMAH)

Friday, October 29, 2010
Posted by Marchsada

Oleh : Hamdi Akhsan
I
PENDAHULUAN.
Kumulai syair dengan Bismillah,
memohon ridho kepada Allah,
tempat segala asal bermula,
pada-Nya semua makhluk bermilah.

Syairku ini karena gelisah,
melihat zaman akan binasa,
segala tempat bergelimang dosa,
menjaga iman sangatlah susah.

Wahai anakku wanita muslim,
kepada engkau kuucap salim,
berharap engkau bertambah yakin,
terhadap Alquran dan Shahihain.

II
Engkau bagaikan bunga yang mekar,
segala kumbang datang mengincar,
dari yang baik atau yang liar,
berbagai cara walaupun sukar.

Jagalah diri sepenuh hati,
pilihlah teman dengan teliti,
agar tak sesal dirimu nanti,
hanyut tak mampu balik ke tepi.

Dalam bergaul jagalah batas,
jangan dilupa setan melintas,
membuat lupa pada yang atas,
mabuk bagaikan ikan di putas.

III
Terhadap pria engkau waspada,
pria yang baik akan berbeda,
melihat engkau bukannya benda,
tapi bagaikan hormati bunda.

Kalaulah ia pria yang baik,
tak akan ajak berbisik-bisik,
tak pula pergi ke bilik-bilik,
ataupun perkara yang pelik-pelik.

Dia kan datang langsung kerumah,
ayah dan bunda disapa ramah,
tutur katanya lembut dan lemah,
tak banyak buat tingkah percuma.

IV
Pertanda ia bukan idaman,
kalau berkata dengan ancaman,
datang padamu di kemalaman,
membuat hatimu tidaklah nyaman.

Wahai anakku dara muslimah,
jaga dirimu janganlah lemah,
terhadap syaitan janganlah lengah,
supaya engkau mendapat jannah.

Kembang kan mekar hanya sekali,
setelah layu tiada kembali,
ratap dan tangis kan disesali,
gugurlah bunga hancurlah hati.

V

Wahai anakku para muslimah,
terhadap rayu janganlah lemah,
madu terhisap tinggallah remah,
tiada berharga tiada bermakna.

Pria sejati akan menjaga,
mahkota indah sangat berharga,
sampai ketika saatnya tiba,
jalani hidup bagai disorga.

Ketika taqdir telah menjelang,
engkau kan senang bukan kepalang,
dituntun imam kala sembahyang,
dilindungi olehnya malam dan siang.

VI
Anakku sayang para muslimah,
mantapkan hati rindukan rumah,
kurangi senang keluar percuma,
agar dirimu mendapat rahmah.

Jangan ananda banyak keluar,
nanti muruahmu menjadi tawar,
yang tersembunyi akan terzahar,
iman didada akan tercabar.

Jadikan malu selimut diri,
jadilah bagai mawar berduri,
dipandang indah duduk berdiri,
tapi tajamnya tiada terperi.

VII
Anakku sayang anakku cantik
dengarlah selalu nasehat baik,
sebelum terlambat cepatlah balik,
sebelum bunga mekar terpetik.

Ketika tiba hari pengantin,
tiba masalah tidak prihatin.
engkau kan bangga menjadi datin,
serahkan diri lahir dan batin,

Suamimu kelak akan berbangga,
dirimu juga merasa lega,
menjadi istri cahaya sorga,
yang jaga diri jaga mahkota.

VIII
Bagi ananda telah terlanjur,
baiki diri jadilah jujur,
taubatnya diri jangan dikabur,
dengan berdusta atau menyadur.

Didepan jalan terbentang luas,
Robbul jalani Maha Mengawas,
istighfar jangan cepat berpuas,
sungguh dosamu akan terkuas.

Sungguh tiada manusia purna,
tak pernah salah tak pernah hina,
berbuat baik akan bermakna,
lurusnya diri taubat karena.

IX
Syair kubuat sambil tersedu,
dimalam sunyi tatkala sendu,
hanya pada-Mu hamba mengadu,
ungkap nasehat kata berpadu.

Wahai anakku para muslimah,
dunia ini tidaklah ramah,
dalam bergaul janganlah lemah,
niscaya engkau kan punya himmah.

waktu berlalu bagaikan pedang,
masa mudamu sedang terhidang,
setelah itu tua menghadang,
tiada berharga badan dipandang.

X
Syairku ini untuk pengingat,
supaya engkau dapat selamat,
hidup didunia mendapat rahmat,
terjaga diri salah berbuat.

Kepada engkau si bunga mekar,
ayah kirimkan pesan memancar,
agar imanmu selalu bersinar,
terjauh dari siksaan an-naar.

Syairku ini tamatlah sudah,
tenamkan kuat didalam dada,
peganglah ia walau tak mudah,
niscaya bahagia ayah dan bunda.

XI
PENUTUP
Diakhir kata kupinta maaf,
kalaulah salah kalaulah khilaf,
pada Ilahi ampun kuhadap,
moga pahala yang kan didapat.

Akhirul kata kuucap salam,
sebagai penutup goresan qolam,
berharap bangun larutnya malam,
Bersyukur kepada pemilik alam.

Inderalaya, 10 Syawal 1431

Hamba Allah yang daif



Hamdi Akhsan.


Syair ini untuk anak gadisku tercinta Khalidatun Nuzula yang berusia 16 tahun, M. Rashif Al Maizi 14 tahun, dan M. Kamal Roydilhaq 11 tahun. Serta seluruh muslimah dimanapun berada yang menyukai dan menyenanginya. Semoga Allah selalu melindungiku dan melindungi kalian semua.


Oleh
Hamdi Akhsan

PENDAHULUAN
I
Diawal syair menyebut Asma,
menghadap hamba insan yang lemah,
harapkan kelak jadi utama,
dalam kasih-Mu yang penuh rahmah.

Kukarang syair untuk anakku,
pemuda muslim yang aku tuju,
yang bersemangat sekeras batu,
yang takkan mundur seujung kuku.

Padamu semua ayah berpesan,
masa mudamu juang jadikan,
jauhi sifat malas-malasan,
jauhi pula jalannya syaitan.

II
Engkau bagaikan elang yang gagah,
terbangnya tinggi sampai angkasa,
matamnya tajam gentarkan rusa,
jiwamu kuat pantang menyerah.

Masa sekarang masa berjuang,
jangan jadikan sibuk berdendang,
hanya berfikir kumpulkan uang,
iman agama jangan terbuang.

Padamu ayah titip wasiat,
jauhkan diri dari maksiat,
agar jiwa dan ragamu kuat,
selalu perkasa setiap saat.

III
Nasehat pada para pemuda,
belajar keras diwaktu muda,
ilmu terekam bagaikan nada,
iman terpatri didalam dada.

Sewaktu muda hafalkan quran,
walaupun berat ada ukiran,
setelah tua hanya sesalan,
hafalan tiada yang terlekatkan.

Tanyalah pada umi dan abah,
nama orangpun kadang terubah,
ditanya tempat meraba-raba,
apalah lagi mau ditambah.

IV
Rajinlah engkau mengolah jasad,
agar badanmu sehat dan kuat,
matamu tajam berkilat-kilat,
larimu bagai kijang mencelat.

Berolah raga coba teratur,
biar fikiran tidak ngelantur,
ataupun rasa yang tak teratur,
tersentuh bantal langsung tertidur.

Banyak pemuda menjadi lemah,
fikiran sibuk dengan si imah,
tak sadar syaitan jadi serumah,
jadilah diri bagaikan remah.

V
Wahai anakku para pemuda,
pada dirimu ayah bermadah,
banyak berhayal jauhi sudah,
membuat lemah iman didada.

engkau bagaikan singa yang kekar,
Sibukkan diri dengan belajar,
kurangi waktu tuk berkelakar,
ataupun sibuk bercakar-cakar.

Dengan belajar ilmu bertambah,
dunia akherat wajib ditimba,
agar sempurna menjadi hamba,
bukan seperti lemahnya domba.

VI
Belajar engkau jadi pemimpin,
setelah kami engkau yang mungkin,
kalau ilmumu begitu miskin,
bagaimana nanti kami kan yakin?

Sebelum tiba masa dipuncak,
bekali diri secara rancak,
dunia akherat cari serentak,
agar pandangan tidaklah picak.

Anakku muda harapan kami,
padamu harap ayah bersemi,
tuk pelihara ayah dan umi,
serta serahkan rahmat dibumi.

VII
Janganlah sibuk dengan asmara,
terbuai nafsu yang menggelora,
semua membuat Allah kan marah,
karena Dia telah atur cara.

Banggakan kami dengan akhlakmu,
datanglah jantan bila bertamu,
jangan sembunyi untuk bertemu,
kami tak senang begitu caramu.

Muslimah itu titipan Allah,
bila kau rusak Dia kan bela,
walaupun mereka juga bersalah,
tetaplah engkau yang kan disula.

VIII
Jagalah muruah para muslimah,
pada mereka bergantung rahmah,
bila mereka tinggalkan rumah,
alamat sendi agama lemah.

Muslimah adalah sebuah perlambang,
teguh hatinya tak pernah bimbang,
kalaulah engkau lelaki pejuang,
dengannya pasti engkau seimbang.

Pemuda muslim izzahnya tinggi,
dipanggil jihad dia kan pergi,
pada yang lemah senang berbagi,
hidup tak takut dilanda rugi.

IX
Jadilah engkau putra garuda,
terbangmu tinggi belah angkasa,
sayapmu kekar gagah perkasa,
kukumu kuat tajam berbisa.

Dengan karunia Allah yang besar,
carilah mangsa yang besar-besar,
jangan seperti ayam bekisar,
semut dimakan cacing disasar.

Wahai anakku pemuda perkasa,
tegarlah engkau dilanda susah,
janganlah banyak berkeluh kesah,
karena waktumu hanya semasa.

X
Buatlah quran jadi senandung,
zikir istighfar sebagai kidung,
dengannya pasti engkau terlindung,
ilmu dan iman juga terkandung.

Wahai anakku pemuda gagah,
jadilah engkau pencinta surga.
dengan imanmu syaitan tercegah,
dengan serumu orang tergugah.

Pundakmu ada beban yang berat,
jaga agama dari berkarat,
jaga negeri dari pengerat,
jaga dirimu dunia aherat.

XI
PENUTUP
Pesan ayahanda akan berakhir,
namun hidupmu terus mengalir,
jagalah lidah panjanglah fikir,
dunia akherat engkau tak fakir.

Usia ayah menjelang senja,
sebentar lagi hadap Sang Raja,
wakau ini pesan bersahaja,
moga berguna dimana saja.

Terakhir doa ayah untukmu,
Semoga Allah jaga imanmu,
kuatkan jiwa dan ketegaranmu,
Semoga berjaya dunia akheratmu.

Wassalam
Hamba Allah


Oleh
Hamdi Akhsan

ICI
Ad-Dhaar asma ke sembilan puluh satu,
memberi derita sudahlah tentu,
sebagai cobaan dari yang Satu,
agar iman keras membatu.

Wahai ilahi Pemilik Derita,
pada-Mu pasti hamba meminta,
sepenuh hati sepenuh cinta,
sambil berurai si air mata.

Air matapun mengalir deras,
takut kepada siksa yang keras,
Ampuni hamba-Mu pemilik arasy,
dengan cinta-Mu yang penuh belas.

ICII
Sembilanpuluh dua itu An-Nafii'
Memberi manfaat segala pasti,
mukmin dan kafir akan diberi,
hanya berbeda setelah mati.

Wahai Allah Pemilik Manfaat,
kuatkan hamba dalam berniat,
supaya takut buat maksiat,
tak ingin pula berbuat jahat.

Jauhkan hamba dari mubadzir,
dalam berkata atau berfikir,
dalam berdoa atau berzikir,
agar manfaat selalu terukir.

ICIII
An Nuur Asma ke sembilanpuluh tiga,
Cahaya-Nya terang tiada terhingga,
meliputi neraka sampai ke surga,
dapat dirasa dimanapun juga.

Wahai Ilahi Pemilik Cahaya,
Hamba-Mu ini tiada berdaya,
terkadang lemah dalam percaya,
terkadang masih juga teperdaya.

Segala cahaya itu milik-Mu,
seluruh hamba pulang pada-Mu,
hamba berharap kasih sayang-Mu,
agar tertuntun di cahaya-Mu.

ICIV
Al Haadi asma ke sembilan empat,
petunjuk-Mu jua hamba merapat,
agar bahagia disegala tempat,
dimana saja hamba terdapat.

Kalaulah Engkau tak menunjuki,
sesatlah hamba sudahlah pasti,
gunung manapun akan didaki,
asalkan ridho-Mu hamba dapati.

Wahai Engkau pemberi petunjuk,
hamba bagaikan kasih merajuk,
panjatkan doa berasyik mahsyuk,
karena cinta telah terasuk.

ICV
Al Baadii ke sembilan lima,
Sifat pencipta ia bermakna,
segala dari-Nya pasti karena,
segala yang ada pasti kan sirna.

Engkaulah pencipta segala alam,
termasuk siang dan juga malam,
baik yang terang atau yang kelam,
juga yang timbul atau tenggelam.

Dengan sifat-Mu Maha Pencipta,
ampuni hamba sepenuh cinta,
seperti semua bercita-cita,
akherat kelak tiada derita,

ICVI
Al Baqii bermakna Yang Maha Kekal,
Asma ke delapan enam ia berpangkal,
dicipta Oleh-Nya nafsu dan akal,
makhluk yang dalam atau yang dangkal.

Wahai Robb Maha Penyayang,
hidup yang fana selalu terbayang,
terbujur kelak kena sembahyang,
tinggal segala apa disayang.

Berilah kami jiwa yang sadar,
supaya ikhlas terima qodar,
selalu pada-Mu dalam bersandar,
selama mentari masih beredar.

ICVII
Al Wariits asma ke sembilan puluh tujuh,
mewaris pada hamba yang patuh,
sorga yang indah diberi utuh,
api neraka takkan tersentuh.

Wahai Ilahi semesta Alam,
warisi kami tulisan kalam,
agar dijiwa tiada kelam,
selalu bangun diwaktu malam.

Ampuni kami yang sering lupa,
santuni iman kami yang papa,
agar kelak tiada nestapa,
ketika dikubur tanah menimpa.

ICVIII
Ar Rasyiid asma ke sembilan delapan,
Bermakna Pintar dalam ucapan,
Pintar pula dalam perbuatan,
tiada satupun makhluk sepadan.

Engkaulah pencipta yang Maha Pintar,
Mengatur segala tak pernah gentar,
serumit apapun tiada sukar,
tiada satu pun bisa sepantar.

Wahai Ilahi Engkaulah Tuhan,
cerdaskan hamba dalam beriman,
ampuni dari segala kelalaian,
terimalah segala kebaikan.

ICIX
Sembilan puluh sembilan asma As-Shabuur,
bersifat sabar asma yang luhur,
menjaga hamba disaat tidur,
bangunkan manusia saat dikubur.

Wahai Ilahi Robb yang sabar,
jadikan hamba ambil i'tibar,
atas segala berita dan kabar,
agar hikmah-Mu terbuka lebar.

Jadikan hamba banyak berdoa,
tiada mengeluh bila tiada,
tiada takabbur bila berada,
ikhlas pada-Mu dalam ibadah,

PENUTUP.
Syairku ini sangatlah lemah,
ditulis untuk meminta rahmah,
berharap kelak diberi hikmah,
walaupun hanya sebesar Remah.

Pada sahabat yang banyak tahu,
padamu hamba ingin berguru,
hamba yang bodoh tak akan malu,
selama yang diberi berupa Ilmu.

Sampai disini dulu, Mohon maaf,koreksi,masukan agar syair ini bisa diedit lagi sebagian atau seluruhnya. Terima kasih.

Inderalaya, 10 syawal 1431 H
Hamba Allah yang dhaif


Hamdi Akhsan


Oleh
Hamdi Akhsan

Bismillah,melanjutkan syair Asmaul Husna, mohon doa moga bisa diselesaikan. Ini syair terpanjang yang belum selesai.Moga diberi Allah kekuatan menyelesaikan syair Syahadatain ini untuk melengkapi syair rukun Islam yang sudah 4 (tinggal syahadat).

LXXVI
Asma Al Bathiin ke tujuh puluh enam,
tersembunyi Dia di pandang alam,
tak tampak mata walaupun tajam,
tak terbayang dengan mata terpejam.

Wahai Al Bathiin yang yang tersembunyi,
kusebut nama-Mu dimalam sunyi,
kulantun asma-Mu saat mengaji,
kurindukan Engkau di akhir nanti.

Didalam kitab-Mu telah tertera,
Engkau kan nampak kelak di surga,
terpana semua sampai tak hingga,
menatap wajah-Mu yang Maha Gagah.

LXXVII
Al Waii asma ke tujuh puluh tujuh,
Maha Memerintah bermakna ia dituju,
tunduklah segala wajib setuju,
kepada Engkau semua menuju.

Memerintah Engkau dengan terpusat,
seluruh hamba wajiblah taat,
baik yang beriman ataupun sesat,
baik yang sakit atau yang sehat.

Perintah-Mu selalu diganjar pahala,
Engkau menyuruh jauhi cela,
supaya terhindar dari bala,
supaya kelak mendapat piala.

LXXXVIII
Ketujuh delapan Al Muta'allii,
asma bermakna yang Maha Tinggi,
tiada yang lebih dari-Nya lagi,
dialam sekarang atau azali.

Tingginya Engkau tiada terukur,
bila si hamba pandai bersyukur,
terhadap nikmat tidaklah kufur,
larangan perintah sudah diatur.

Tinggi lebih dari segala,
terhadap segala tak pernah kalah,
menghindarkan hambanya dari bala,
membalas kebaikan dengan pahala.

LXXIX
Tujuhpuluh sembilan asma Al Barri,
sungguhlah Ia Maha pemberi,
zaman sekarang ataupun bari,
kepada sang makhluk setiap hari.

Wahai Robb Maha Pengasih,
berilah hamba rezeki yang bersih,
jadikan hamba merasa risih,
untuk maksiat atau tak bersih.

Engkau pemberi tak pernah minta,
kepada makhluk di alam semesta,
yang iman dan ingkar tetaplah serta,
sekehendak-Mu dan serta merta.

LXXX
Delapan puluh asma At-Tawwab,
penerima taubat penghapus hisab,
siapa yang menyeru akan dijawab,
asalkan sesuai petunjuk adab.

Wahai Ilahi tujuan hidupku,
kumohon padaMu terima taubatku,
agar tak sedih dalam jiwaku,
agar tak rapuh dalam dadaku.

Ampunan-Mu sungguh sangatlah besar,
dosa yang mudah ataupun sukar,
perbuatan serius atau kelakar,
dosa yang zalim atau yang mungkar.

LXXXI
Delapan puluh satu asma Al Muntaqim,
menyiksa Ia di neraka jahim,
mereka yang sesat dan juga zalim,
mereka yang jatuh di sirothol Mustaqim.

Wahai Ilahi Maha Perkasa,
jauhkan hamba beratnya siksa,
dipukul malaikat sakit terasa,
diremuk jepitan ular berbisa.

Hamba memohon dengan harapan,
kiranya dosa Engkau ampunkan,
kiranya pinta Engkau kabulkan,
berakhir hamba dalam kebaikan.

LXXXII
Asma Al 'Afuww ke delapan puluh dua,
Maha pemaaf Ia bermakna,
terhadap lalai dan juga salah,
terhadap dosa dan juga alfa.

hamba bermohon maaf pada-Mu,
menangis hamba di haribaan-Mu,
tak sanggup hamba terima siksa-Mu,
berharap hamba nikmat sorga-Mu.

Wahai Allah Maha Pemaaf,
maafkan atas salah dan khilaf,
berdoa hamba sambil meratap,
seperti suruh-Mu didalam kitab.

LXXXIII
Asma Ar-Ra'uuf ke delapan puluh tiga,
Maha Pengasih bermakna juga,
pada yang sesat atau terjaga,
atas salahnya jiwa dan raga.

Wahai Ilahi maha Pengasih,
maksiat hamba pastilah masih,
amal dan dosa jauh selisih,
tak sanggup hamba bila tersisih.

Kasihi kami yang banyak dosa,
agar tiada berputus asa,
agar terjauh resa gelisah,
agar batin kami tak susah.

LXXXIV
Malikul Mulk ke delapan puluh empat,
penguasa semesta disegala tempat,
tunduk pada-nya penjuru yang empat,
patuh dengan-Nya dimanapun terdapat.

Wahai Robbi Sang Penguasa,
menangis hamba pilu terasa,
bagaikan orang yang putus asa,
teringat hidup bergelimang dosa.

Ampuni hamba wahai sang Malik,
itulah doa hamba di bilik,
janganlah nasib hamba terbalik,
panas neraka bikin bergidik.

LXXXV
Dzul Jalaali wal Ikraam besar mulia,
itulah asma ke delapan puluh lima,
tiada satupun lebih dari-Nya,
tak satupun makhluk mendahului-Nya.

Wahai Ilahi Yang Maha Besar,
Mulia Engkau bersifat Dasar,
Adili kami di Padang Mahsyar,
bermohon hamba tidak kesasar.

Bakar segala kotoran kami,
bagaikan api jilat jerami,
agar di hati selalu bersemi,
cinta padamu peguasa Bumi,

LXXXVI
Al Muqsith asma delapanpuluh enam,
adil kepada seluruh alam,
adil saat pertanggungjawaban,
tak satu makhluk kan terzhalimkan.

Wahai Robbi Sang Penyeimbang,
simetri ciptaan bila ditimbang,
tak pernah ragu tak pernah bimbang,
sempurna segala tiada sumbang.

Wahai Allah hamba bermohon,
hamba meminta sepanjang tahun,
berharap Engkau sudi menuntun,
agar akherat hamba tersusun.

LXXXVII
Delapan tujuh asma Al Jamii'
Maha Mengumpul tiada tercabik,
sekecip apapun tiada pelik,
semua terkumpul tanpa terbalik.

Engkaulah pengumpul ruh dan jasad,
mengimbangkan juga baik dan jahat,
menyanding antara sakit dan sehat,
memberi coba ringan dan berat.

Wahai Ilahi Maha Pengumpul,
Ampuni hamba yang masih Masgul,
imanku kadang tenggelam timbul,
kadang berpisah kadang berkumpul.

LXXXVIII
Al Ghanyy asma ke delapan-delapan,
Pemilik segala bisa diucapkan,
baik yang labil atau yang mapan,
yang tersembunyi dan kelihatan.

Wahai Ilahi yang Berkecukupan,
sedikit amalku kecil harapan,
kalau mengharap dari balasan,
tentulah neraka jadi tempatan.

Engkaulah Robb yang Maha cukup,
pemilik segala alam terlingkup,
menangis hamba ingin takarrub,
selama Engkau karuniakan hidup.


LXXXIX
Ke delapan sembilan asma Al mughnii,
Maha Kaya Engkau ilahi,
Kekayaan-Mu sungguh meliputi,
segala yang dilangit juga dibumi.

Wahai Allah yang Maha Kaya,
berilah kami hidup yang jaya,
janganlah miskin dan teraniaya,
atapun hidup terlunta-lunta.

Engkau pemilik perbendaharaan,
bagi-Mu segala tiada perhitungan,
apa yang ada dapat Kau berikan,
untuk hamba yang Engkau inginkan.

LXXX
Asma Al-Maani kesembilan puluh,
Makna mencegah supaya utuh,
pada-Nya segala alam kan butuh,
karena-Nya tiada hukum yang runtuh.

Wahai Ilhai yang Maha kuat,
jauhkan hamba dari maksiat,
jadikan batin hamba terikat,
kepada firman juga nasehat.

Kalaulah Engkau tidak mencegah,
pastilah hamba tidak terjaga,
kan sesat hamba jiwa dan raga,
kan jadi hamba tiada berharga.


Oleh
Hamdi Akhsan

XLI
Enampuluh satu asma Al Mumiitu,
akan matilah segala sesuatu,
membawa amal sudahlah tentu,
demikian Alquran ujar begitu.

Setiap yang berawal akan berakhir,
itulah sunnah jalannya taqdir,
ada yang mati ada yang lahir,
hamba yang ghaib atau yang zhohir.

Wahai Ilahi yang mematikan,
pada-Mu jua hamba mohonkan,
ketika mati diperbolehkan,
mendapat akhir di kebaikan.

XLII
Al Hayyu asma ke enampuluh dua,
Yang Maha Hidup ia bermakna,
tak kan bertambah tak kan menua,
tak ada pula masa akhirnya.

Hidupkan hamba didalam iman,
matikan hamba tetap beriman.
jadi kenangan sepanjang zaman,
harum bagaikan bunga ditaman.

Engkaulah dzat yang Maha Hidup,
tak pernah padam tak pernah redup,
izinkan hamba dapat menghirup,
hidayah dari-Mu sepenuh lingkup.

LXIII
Enampuluh tiga asma Al Qoyyum,
berdiri sendiri dalam berhukum,
teliti sungguh tiada bermaklum,
tiada baginya istilah vakum.

Dalam berhukum ia mandiri,
dalam mencipta Ia sendiri,
dalam memutus tak dipengaruhi,
tak ada satupun sekutu Diri.

Wahai Allah pencipta hamba,
daku memohon dengan menghiba,
berharap iman terus bertambah,
cinta pada-Mu tidak berubah.

LXIV
Al Waajid bermakna maha penemu,
sembunyi dimanapun dia kan tahu,
walaupun berada didalam batu,
walaupun gelap dian kan tentu.

Wahai Engkau pujaan hati,
kuatkan hamba terus meniti,
Quran dan sunnah tiasa berhenti,
sampai kelak datangnya mati.

Ingin kugapai kasih sayang-Mu,
lewat ibadah yang tiada jemu,
berharap kelak akan bertemu,
diberi rahmat tatap wajah-Mu.

LXV
Ke enampuluh lima Yang Maha Mulya,
Al Maajid Ia miliki asma,
tempat segala hamba memuja,
tempat semua makhluk beraja.

Kemuliaan itu hanya milik-Mu,
tak jemu hamba mohon pada-Mu,
berikan selalu ampunan-Mu,
masukkan hamba dalam surga-Mu.

Wahai sahabat mukmin sejati,
muliakan saudara janganlah henti,
senyum yang tulus sudah berarti,
daripada pemberian sakitkan hati.

LVI
Enampuluh enam asma Al Wahiid,
tiada sekutu walau sedikit,
walaupun dosa sebesar bukit,
asal tak sirik tak kan dibangkit.

Dia lah Allah yang Maha Tunggal,
pencipta segala tiada yang tinggal,
tiada ciptaan terbentuk gagal,
tiada berserikat semula asal.

Engkaulah tunggal didalam Dzat,
tiada sekutu didalam sifat,
tiada serikat dalam manfaat,
tak butuh teman selalu kuat.

LXVII
Asma Al Ahaad ke Enampuluh tujuh,
Esa bermakna Engkau dituju,
tidaklah perlu apapun setuju,
kepada Engkaulah semua menuju.

Wahai Ilahi yang Maha Tunggal,
tiada satupun amal tertinggal,
pasti dihitung setiap tanggal,
baik dan buruk sampai ke ajal.

Ampuni kami yang sangat lemah,
tak sanggup tegar oleh malhamah,
tak kuat sabar terhadap fitnah,
tiada bersyukur terhadap nikmah.

LXVIII
Asma As-Samaad ke enampuluh delapan,
tempat meminta gantung harapan,
tempat menuju di masa depan,
surga mulia yang gemerlapan.

Kepada engkau kami meminta,
berharap kelak akan dicinta,
berakhir baik itu cita-cita,
di padang Mahsyar tidaklah buta.

Wahai Robb tumpuan kami,
ingat namamu bahagia bersemi,
bagai yang lama tak silaturahmi,
bagiakan istri cinta suami.

LIX
Enampuluh sembilan asma Al Qadiir,
Maha penentu segala taqdir,
dimanapun tempat selalu hadir,
segala amal kami dicatat nakir.

Hamba bermohon pada-Mu Allah,
ampuni hamba karena bersalah,
janganlah kami menjadi kalah,
digoda syaitan yang dilaknatullah.

Berilah kami taqdir yang baik,
harapan kami tidak terbalik,
berdoa hamba sampai bergidik,
takut tergolong orang terhardik.

LXX
Ketujuh puluh asma Al Muqtadir,
Maha menguasai segala taqdir,
baik diawal atau diakhir,
baik yang ghaib atau yang dzahir.

Engkaulah penguasa seluruh alam,
pagi sore siang dan malam,
baik yang dangkal atau yang dalam,
baik sekarang atau yang silam.

Dengan kuasa-Mu hamba munajat,
berikan hamba mulia derajat,
karuniakan hamba rezeki yang berkat,
dunia akherat dapat selamat.

LXXI
Al Muqaddim asma ke tujuh puluh satu,
dahulu Ia dari segala sesuatu,
tiada yang awal dari-Nya tentu,
karena Dia-lah pencipta waktu.

Engkau Dzat yang Maha Qadim,
jaminan Engkau orang mustaqiem,
balasan Engkau mereka yang zalim,
Engkaulah seadil-adilnya hakim.

Engkaulah pencipta segala yang awal,
tiada sekutu tiada dikawal,
setiap makhluk kan sampai ajal,
semua yang dititip akan tertinggal.

LXXII
Ke tujuh puluh dua asma Al Muakhkhir
adili manusia saat terakhir,
tiada satupun yang bisa mangkir,
semua catatan telah terukir.

Wahai Yang Akhir maha perkasa,
ampuni kami segala dosa,
janganlah kelak kami disusah,
tak kuat kami mendapat siksa.

Khusnul khotimah harapan hamba,
meminta kami sambil mengiba,
bimbinglah kami jangan berubah,
selalu mengabdi terus ditambah.

LXXIII
Al Awwal asma ke tujuh puluh tiga,
Yang Maha Awal tiada terhingga,
awalnya kapan tak bisa duga,
tak pernah tidur selalu terjaga.

Engkaulah pencipta yang Maha Awal,
maha membalas segala amal,
segala kebaikan Engkau yang imbal,
pendurhaka pada-Mu pasti kan gagal.

Segala yang awal pasti kan fana,
seperti tertulis diujung pena.
kecuali Engkau kekal karena,
baik dunia ini atau disana.

LXXXIV
Asma Al Akhir ke tujuh puluh empat,
Yang Maha akhir makna terdapat,
tiada terbatas disegala tempat,
tunduk padanya jin dan malaikat.

Tiada yang lebih akhir dari-Nya,
semua makhluk diciptakan-Nya,
apapun dialam ikut aturan-Nya.
Kelak semua kembali pada-Nya.

Wahai Tuhaknku yang Maha Akhir,
bersyukur hamba muslim terlahir,
disambut hamba dengan berzikir,
kembali kelak sebagai musafir.

LXXV
Asma Az-Zhaahir ke tujuh puluh lima,
Nyata sifatnya sangat utama,
orang beriman tiada percuma,
faham sifatnya dapat karomah.

Engkaulah Dzat yang maha Dzaahir,
terlihat dari apa terlahir,
faham ciptaan-Mu dengan berfikir,
membuat bertambah yakin berzikir.

Memandang engkau dari ciptaan,
menguat iman yang terpatrikan,
bertambah pula dalam keyakinan,
itulah hidayah yang didapatkan.


Oleh
Hamdi Akhsan

LI
Asma Al Haqq ke lima puluh satu,
Maha Benar Allah sudahlah tentu,
tak ada yang keliru semua jitu,
tak pernah berubah di makan waktu.

Wahai Pencipta yang Maha Benar,
bimbinglah kami dibawah sinar,
agar hati selalu berbinar,
tiada berubah walau sebentar.

Jalan yang benar penuhlah coba,
bimbinglah hamba jangan berubah,
terhadap cobaan selalu tabah,
berdoa padamu selalu mengiba.

LII
Al Wakiil asma pemelihara,
tiada berubah kena prahara,
memelihara hamba tanpa amarah,
agung sifatnya tiada terkira.

Wahai sahabat sesama muslim,
mari berdoa sepanjang musim,
berzikir mulia dengan isim,
ibadah khusuk ruh dan jisim.

Di pelihara-Nya segala makhluk,
baik yang ingkar ataupun tunduk,
baik berdiri ataupun duduk,
tiada berbeda apapun bentuk.

LIII
Asma Al Qowwiyu berarti kuat,
seluruh alam Dia yang ikat,
ditugaskannya para malaikat,
sebagai hamba bukan serikat.

betapa malang orang yang sombong,
merasa berisi padahal kosong,
bagaikan ulat dalam kepompong,
nyaring bunyinya bagaikan tong.

sungguh kita makhluk yang lemah,
selalu lupa terhadap nikmah,
diberi rezeki kadang percuma,
sakitpun sering tidak berhikmah.

LIV
Al matiin asma ke limapuluh empat,
Yang Maha Kokoh ia bersifat,
tak butuh masa tak perlu tempat,
alam semesta bisa dilipat.

Wahai Robb yang Maha Kokoh,
kokohkan iman hamba yang bodoh,
agar tak hancur agar tak roboh,
terhadap taqdir hamba kan ridho.

wahai Ilahi yang maha sempuna,
menangis hamba takut karena,
terhadap dosa sering terlena,
padahal hidup pasti kan fana.

LV
Limapuluh lima asma al Walyy,
pelindung ia hebat sekali,
walaupun makhluk tiada perduli,
tak kurang Ia sekali-kali.

Orang beriman selalu terlindung,
dunia akherat tak tanggung-tanggung,
diberi-Nya rahmat sebesar gunung,
sedih di hidup takkan dirundung.

Lindungi kami wahai Pemilik,
luruskan kami jangan berbalik,
mudahkan perkara yang pelik-pelik,
tunjuki kami jalan yang salik.

LVI
Lima puluh enam asma Al hamiid,
terpuji Dia saat berbangkit,
selalu memberi tiada mengungkit,
sembuhkan pula mereka yang sakit.

wahai Ilahi Maha Terpuji,
teguhkan hamba memegang janji,
walau ampunan-Mu selalu tersaji,
tak kuat hamba kalau diuji.

Engkaulah pujian semesta alam,
disebut nama siang dan malam,
penerang hati yang sedang kelam,
selamatkan iman agar tak tenggelam.

LVII
Al Mushii asma ke limapuluh tujuh,
menghitung Engkau dekat dan jauh,
amal dan dosa didalam tubuh,
diwaktu maghrib diwaktu subuh.

Wahai Tuhan Maha Penyayang,
gemetar hamba dihari perhitungan,
amal dan dosa telah bterbayangkan,
pada-Mu ampunan hamba pintakan.

Kalau dihitung secara adil,
pastilah kami akan terkucil,
amal yang baik sangatlah kerdil,
tak cukup ukuran batu kerikil.

VLIII
Kelima delapan asma asma al Mubdi'
pemula asal yang selalu abadi,
orang beriman pastilah sudi,
serahkan seluruh darah di nadi.

Engkaulah asal semua bermula,
cipta-Mu indah tak akan salah,
hamba ucapkan alhamdulillah,
diberi ampunan saat bersalah.

Kami percaya Engkau Pencipta,
langit dan bumi engkau yang tata,
malaikat-Mu selalu membawa berita,
yang nampak atau silap didepan mata.

LIX
Asma Al Mu'iid mengembalikan,
semua hamba kan dibangkitkan,
semua yang mati kan dihidupkan,
semua kan hadapi pertangungjawaban.

Tulang terserak disatukan-Nya,
bangsa berbeda dijodohkan-Nya,
miskin dan kaya didampingkan-Nya,
tiada apapun sulit bagi-Nya.

Wahai Ilahi Tuhanku Robbi,
hanya padamu hamba kembali,
berharap hamba Engkau kan sudi,
walaupun dosa berkati-kati.

LX.
Ke enampuluh asma Al muhyii,
Yang Maha Hidup makna berbunyi,
dicipta hamba dari azali,
kan musnah kelak sesuai janji.

Wahai sahabat sesama insan,
jadikan dunia tuk perhiasan,
tanamkan iman di perasaan,
semua pasti kan ditinggalkan.

Ampuni hamba yang sering alpa,
kalaulah hidup tak seberapa,
menghadap kelak tak pandang rupa,
semua didunia bermakna hampa.


Oleh
Hamdi Akhsan

XXXIX
Al Muqiiit asma ke tigapuluh sembilan,
bermakna sebagai pemberi kecukupan,
kepadaNya semua kan digantungkan,
terhadap segala apa kekurangan.

Wahai Robb pemilik alam,
terangi hamba agar tak kelam,
catatkan kebaikan dengan qolam,
masukkan ke surga darussalam.

Ampuni kami yang selalu kurang,
dimasa lalu atau sekarang,
berupa uang ataupun barang,
ataupun rezeki bentuk sembarang.

XXXX
asma al Hasiib Ke empat puluh ,
menghitung segala tiada mengeluh,
apapun perbuatan pasti tersentuh,
baik yang dilarang atau disuruh.

Maafkan kami selalu tak cukup,
walaupun harta sudah dilingkup,
walaupun sehat selama hidup,
agar hidayah-Mu tidak terkatup.

ampuni hamba dihari perhitungan,
karena hamba banyak hayalan,
waktu yang ada banyak buangan,
hidup didunia banyak berangan.

XXXXI
Empat puluh satu asma Al Jaliil,
Maha mulia Dia dipanggil,
asma disebut hamba menggigil,
terbayang hamba neraka sijjil.

Allah sungguh teramat mulia,
perduli pada miskin dan kaya,
membantu pada yang ingin jaya,
menyayang sungguh para aulia.

sifat mulia mari amalkan,
pada yang lemah kita kasihan,
yang tua juga kita hormatkan,
yang telah tiada kita doakan.

XXXXII
Al Kariim asma ke empat puluh dua,
Maha Pemurah ia bermakna,
selalu memberi Dia karena,
kepada makhluk dimana-mana.

Tirulah Al Kariim sifat mulia,
selalu memberi tanpa diminta,
memandang sesama dengan mencinta,
rendahkan hati pada pencipta.

Wahau saudara insan pilihan,
Kita semua hambanya Tuhan,
kepadanya kita kan dikembalikan,
tuk hadapkan semua pertanggungjawaban.

XXXXIII
Empat puluh tiga asma Ar Raqiib,
mengawas Dia sepenuh tertib,
tiada perbuatan hamba yang tak dikutib,
dicatat sempurna atid dan raqib.

Kepada mereka berhati bersih,
mengawas Ia sepenuh asih,
supaya ikuti prilaku kekasih,
walaupun kadang tersalah masih.

Sahabat pencinta jalan benar,
mari jauhkan inginnya tenar,
agar iman tambah bersinar,
terjauh kita dari siksa naar.

XXXXIV
Al Mujiib asma ke empatpuluh empat,
Maha Mengabul disegala tempat,
orang yang lupa atau yang ingat,
orang yang baik yang jahat,

Wahai saudara mari berdoa,
dikabulkan-Nya apa dipinta,
dipeliharanya keimanan kita,
sehingga menjadi hamba dicinta.

Doa sang hamba yang pasti makbul,
adalah mereka yang tak mengibul,
tak pula iman hilang dan timbul,
apa dipinta selalu terkabul.

XXXXV
Al Wasii' bermakna Yang Maha Luas,
dimanapun hamba pasti diawas,
Allah membantu mereka yang mawas,
selalu bersyukur selalu puas.

Luasnya rahmat tidak terukur,
asalkan kita pandai bersyukur,
mencari rezeki dengan terukur,
terhadap alam banyak tafakkur.

Bumi adalah ciptaan Allah,
luas terbentang disegala arah,
carilah rezeki halal dan berkah,
jangan menipu jangan serakah.

XXXXVI
Ke empat puluh enam asma Al Hakim,
Bijaksana sangat Robbul Alamien,
Menghukum bukan karena ingin,
tapi karena hamba yang zalim.

Teladani sifat yang bijaksana,
adil menghukum hamba karena,
Berpijak pada quran dan sunnah,
agar tak kacau dunia yang fana.

Hamba beriman bijak bestari,
sedikit meminta banyak memberi,
dipanggil Allah bagai berlari,
diajak yang benar jawabnya mari.

XXXXVII
Empat puluh tujuh asma al Waduud,
mencinta semua makhluk yang wujud,
kepada-Nya semua makhluk bersujud,
meminta hamba pastilah maujud.

Mencinta mukmin pada zat-Nya,
mulia mukmin karena sifat-Nya,
bahagia hamba karena cinta-Nya,
binasa mereka yang menjauhi-Nya.

Wahai sahabat pencinta Allah,
jalan yang benar tak mungkin salah,
tak mungkin akan mudharat pula,
atau disi-Nya akan masalah.

XXXXVIII
Sifat mulia itu Al majiid,
disebut hamba di semua mesjid,
orang beriman tidakkan sulit,
mendapat ampunan saat berbangkit.

muliakan wahai Yang Mulia,
sekarang kami dianiaya,
dibanyak tempat penjuru dunia,
dibanyak negeri banyak wilayah.

Hamba-Mu di bumi banyak meratap,
bertebar di bumi tiada atap,
musuh menzalimi secara tetap,
pijakan kami tak lagi mantap.

XXXXIX
Empatpuluh sembilan asma Al Baa'its,
Bermakna ia Maha membangkit,
baik yang banyak atau sedikit,
baik yang sehat atau yang sakit.

wahai pembangkit Yang Maha Perkasa,
jauhkan kami pedihnya siksa,
peliharalah kami dari putus asa,
jauhkan kami dari gelimang dosa.

wahai Allah pembangkit alam,
bangkitkan kami bagai pualam,
berilah kesempatan tuk masuk dalam,
pemberian  syurga Darussalam.

L
Asma ke limapuluh itu As-Syahiid,
penyaksi maknanya saat berbangkit,
menyaksi amal dan dosa abiid,
baik yang banyak atau sedikit.

Wahai Robb Maha Penyaksi,
Kuatkan kami bagaikan besi,
jadikan amal kami berisi,
kuat bagaikan kayu trembesi.

Wahai Ilahi maha penyayang,
Sembahan hamba kala sembahyang,
tempat meminta malam dan siang,
tempat mengadu kala tak riang.



Oleh
Hamdi Akhsan

XXVII
Duapuluh tujuh sifat Al Bashiir,
tak akan lewat debu sebutir,
atau dihati ada berdesir,
semua terlihat semua tersisir.

Wahai Allah ampuni hamba,
baiknya Engkau kubalas tuba,
sedikit-sedikit hamba berubah,
karena diri tak tahan coba.

Lihatlah hamba dengan rahmat-Mu,
takut hamba pada murka-Mu,
walaupun hamba salah pada-Mu.
ampuni hamba janganlah jemu.

XXVIII
Duapuluh delapan asma Al-Hakaam,
menetapkan Dia hukum di alam,
jelas yang halal juga yang haram,
yang subhat juga atau temaram.

wahai Robbi yang Maha Menetapkan,
tuntunlah hamba di jalan kebaikan,
agar tak sesat sepanjang jalan,
agar selamat dalam kehidupan.

sahabat semua pencinta Allah,
janganlah kita menjadi kalah,
terjauh kita jalan yang salah,
digoda syaitan yang laknatullah,

XXIX
ke duapuluh sembilan Asma Al Adl,
seimbang kepada besar dan kecil,
memberi hamba tak pernah bakhil,
walaupun imannya hanya secuil.

Jadilah hamba yang syukur nikmat,
sedikit diberi terasa rahmat,
tabungan kelak dihari kiamat,
dibalas oleh-Nya berlipat-lipat.

Wahai Ilahi junjungan umat,
ampuni kami dari yang sesat,
berilah kami hati yang kuat,
agar tiada ke jalan jahat.

XXX
Asma Al Latiif berarti lembut,
membalas hamba yang banyak menyebut,
kokohkan iman agar tak tercerabut,
membalas kebaikan walau serambut.

Dia lah Ilahi yang Maha halus,
ibadah padaNya hendaklah tulus,
segala amal akan ditebus,
kelak di akhir sorga firdaus.

wahai sahabat para pencinta,
mari berlembut dalam berkata,
dalam berdoa kalimat ditata,
agar dikabul apa dipinta.

XXXI
Al Haliim asma ke tigapuluh satu,
penyantun Dia makna begitu,
walaupun kerakap tumbuh di batu,
disantuniNya makhluk yang itu.

jadilah hamba Allah yang santun,
orang yang lemah mari dituntun,
agar mendapat pahala beruntun,
disayang Allah sepanjang tahun.

Wahai Ilahi tujuan kami,
santuni kami hidup di bumi,
agar iman selalu bersemi,
di musim panas dimusim semi.

XXXII
Al Khabiir asma ketigapuluh dua,
tahu rahasia apapun jua,
didalam bumi atau samudra,
didalam batu atau udara.

Engkaulah yang tahu rahasia hati,
yang hamba tutup sampai ke mati,
yang hamba simpan didalam peti,
yang tiada seorangpun sudah mengerti.

Wahai pemilik segala rahasia,
bimbinglah hamba sepanjang usia,
tutupi malu hamba dari manusia,
jauhkan hamba dari yang sia-sia.

XXXIII
Tiga puluh tiga sifat yang agung,
Al 'aziim Dia lebihi gunung,
Agungnya sungguh tiada tanggung,
membantu mereka yang ada untung.

Agungnya Allah tiada terkira,
mari berbakti wahai saudara,
balasnya besar tiada terkira,
kelak semua akan gembira.

Hamba memohon pada yang Agung,
jauhkan hamba sifat yang bingung,
jadikan hamba kelak beruntung,
diberi ganjaran sebesar gunung.

XXXIV
Pengampun Engkau wahai Al Ghafuur,
ampuni kami yang sering kufur,
infaq sedikit sudah diukur,
diberi nikmat kurang bersyukur.

Engkau pengampun setiap dosa,
kepada Engkau hamba ber asa,
jauhkan kami terhadap siksa,
dekatkan kami amal selaksa.

Wahai Ilahi Maha Pengampun,
ibadat hamba kurang berukun,
tertibnya kadang tak suai rukun,
berdoa hamba kuranglah santun.

XXXV
Ketiga lima asma As-Syakuur,
hargai hamba banyak bersyukur,
membalas pahala tiada mengukur,
beri kebaikan hamba yang tafakkur.

Walaupun hamba banyak berdosa,
cinta-Mu membuat tak putus asa,
balasan-Mu membuat senang terasa,
ampuni mereka para peendosa.

Wahai Ilahi yang Menghargai,
bimbinglah hamba petang dan pagi,
agar hamba-Mu tak sesat lagi,
tak lagi kerjakan laku merugi.

XXXVI
Ketiga enam sifat Al Aly,
bermakna Allah yang maha Tinggi,
tiada yang lebih dariNya lagi,
jauh darinya kita kan rugi.

Tinggi-Nya sungguh tiada terbatas,
lebih segalanya yang paling atas,
segala alam bagi-Nya getas,
membelakanginya sungguh tak pantas,

Wahai Al Aly Tuhan Semesta,
pada Engkaulah kami berpinta,
walaupun kami kurang mencinta,
janganlah kami kelak dinista.

XXXVII
Asma Al Kabiir bermakna Besar,
bukan bermakna panjang dan lebar,
bukan didalam bukan diluar,
memikirkannya pastilah sukar,

Maha besar sifatNya pasti selalu,
sampai sekarang darilah dulu,
orang yang sombong harusnya malu,
karena dirinya tak senilai bulu.

Naungi hamba di kebesaran-Mu,
agar tak malu kami bertemu,
segalanya kecil dihadapan-Mu,
semua yang ada tiada bagi-Mu.

XXXVIII
Asma Al Hafiidzh ke tigapuluh delapan,
menjaga alam sehingga mapan,
memberi hukum pada kehidupan,
sehingga teratur dari kekacauan.

Al Hafiidzh sungguh sangat mulia,
teratur alam di penjagaan-Nya,
damai dan tentram semua makhluk-Nya,
bagi yang tahu itu kuasa-Nya.

Wahai Robbi Maha Penjaga,
bimbinglah hamba selalu terjaga,
dalam suasana apapun juga,
agar kelak dapatkan surga.


Oleh
Hamdi Akhsan


XV
Asma Al Qahhaar bermakna paksa,
tiada terbatas apapun bisa,
dipindah gunung bagaikan busa,
alam semesta bisa binasa.

Apapun bisa Dia kalahkan,
segala makhluk disepelekan,
terjadi apapun Ia sukakan,
tak berdaya makhluk mempertahankan.

Marilah saudara banyak istighfar,
agar kasihnya terbuka lebar,
biar tercipta jiwa yang sabar,
diakhir nanti baiklah kabar.

XVI
Sampailah asma ke enam belas,
Al Wahhaab namanya sudahlah jelas,
pemberi karunia tak minta balas,
meminta padanya hendaklah ikhlas.

Hidayah Allah adalah karunia,
berharga mahal lebih dari dunia,
sebagai hamba jangan aniaya,
agar selalu diberi Inayah-Nya.

Ingatlah kita hai saudaraku,
kepada Allah kita menyeru,
jangan tergantung pada yang baharu,
supaya syaitan jadi seteru.

XVII
Ke tujuh belas itu Ar Razzaaq,
Pemberi rezeki yang maha mutlak,
bagi setiap jantung berdetak,
ada bagian sudah mustahak.

Carilah rezeki Allah dibumi,
hasil dan cara halalnya pasti,
biar pemberian kan dirahmati,
jadi penolong setelah mati.

Atas rezeki yang diberikan,
dibayar zakat jangan lupakan,
sedekah wajib mari pastikan,
ganjaran baik Allah balaskan.

XVIII
Al-Fattaah itu pembuka rahmat,
nama ke delapan belas jalan selamat,
pembawa izzah penolong umat,
seluruh kita kan dapat rahmat.

Umat dahulu selalu menang,
jayanya Islam patut dikenang,
di seluruh jazirah umatpun senang,
negeripun damai hiduppun tenang.

Habislah masa ketika jaya,
dimana-mana teraniaya,
bagaikan bangkai dimulut buaya,
dihina musuh tiada berdaya.

XIX

Asma ke sembilan belas itu Al Aliim,
tahu segala apa yang zalim,
merekam pula laku yang alim,
senang kepada para muallim.

Ilmu sempurna tiada terbatas,
hamba yang pintar berlaku pantas,
janganlah pula berjalan pintas,
mencari ilmu yang tidak jelas.

Kalau berilmu rendahkan hati,
akhlaq tabiin hendaklah titi,
tuntut selalu jangan berhenti,
dari buayan hingga ke mati.

XX
Keduapuluh itu Al Qaabidh,
bermakna asma berarti sempit,
digenggam rezeki jadi sedikit,
agar terjauh sifat yang pelit.

Kalaulah rezeki Allah sempitkan,
kerja yang giat mari lakukan,
tambah ibadah dilaksanakan,
zakat shodaqoh mari tunaikan.

Orang bertaqwa telah diseru,
nafkahkan rezeki harus terburu,
agar diganti dengan yang baru,
niscaya jumlahnya bikin terharu.

XXI
Duapuluh satu asma Al Baasith,
terbalik dengan asma Al Qoobidh,
lapangkan rezeki dari yang sempit,
berupa benda ataupun duit.

Wahai sahabat yang sedang lapang,
orang yang lapar mari diundang,
nafkahkan rezeki bertaraf sedang,
jangan berlebih jangan terkurang.

Jadilah hamba Allah dermawan,
memberi pada kawan dan lawan,
terpancar pahala yang berkilauan,
karena ikhlas dihati tuan.

XXII
Yang menurunkan itu Al Khoofidh,
yang sudah tinggi rendah sedikit,
yang lama sehat kadangpun sakit,
seperti gunung menjadi bukit.

Kalaulah hamba selalu senang,
akan terlupa sulit terkenang,
karunia Allah yang bikin menang,
dikira diri tinggi melayang.

Ingatlah pula hai saudaraku,
banyak saudara yang kurang mampu,
beri sedikit bagian tertentu,
niscaya mereka akan terharu.

XXIII
Asma yang indah ke duapuluh tiga,
tinggikan sifat makhluk terhingga,
orang yang hina kan naik tangga,
mereka yang malu kan jadi bangga.

Allah berfirman dalam Alquran,
Dia yang mutlak atur putaran,
dulu yang hina kan ditinggikan,
mereka yang tinggi kan diturunkan.

Naik dan turun silih berganti,
Kuasa kan habis tak disadari,
mereka yang muda naik posisi,
orang yang tua menuju mati.

XXIV
Asma Al Muizz memuliakan,
mereka yang susah kan disenangkan,
mereka yang miskin kan dikayakan,
mereka yang sempit kan dilapangkan.

Marilah bersama saling ingatkan,
hidup di dunia dipergilirkan,
harta dan pangkat kan ditinggalkan,
amal yang sholeh kan dibekalkan.

Kelak si hamba akan ditanya,
kemana harta dibuat guna,
kemana ilmu sampai amalnya,
kemana waktu dimanfaatkannya.

XXV
Asma ke duapuluh lima itu Al Mudzil,
hinakan mereka yang suka jahil,
mereka yang mulia menjadi dekil,
orang yang hebat menjadi kecil.

Kepada manusia yang sungguh fana,
ingat selalu kepada asma,
hidup di dunia tiada sempurna,
bahagia kekal di alam sana.

Berhati-hati wahai saudara,
jangan menunggu hina mendera,
walaupun tangis sampai berdarah,
takdir yang pasti sudah tertera.

XXVI
Keduapuluh enam sifat As Samii'
maha mendengar setiap detik,
mengetahui dia segala yang pelik,
tiada terlalai tiada tercelik.

Mendengar ia rintihan doa,
dimalam sunyi tangan tengadah,
walau berbisik walau berdesah,
dicatat semua apa dipinta.

Wahai sahabat sesama muslim,
marilah kita jadi mualim,
belajar Islam jangan semusim,
sampai berpisah ruh dan jisim.

SYAIR SYAHADATAIN

Posted by Marchsada


Oleh
Hamdi Akhsan

Syair ini mungkin sangat banyak kekurangan,karena penulis awam dalam ilmu tauhid.mohon koreksi kalau ada yang menyalahi kaidah ushuluddin dan kaidah ilmu tauhid lainnya. Terima kasih!

SYAHADAT TAUHID
Bagian pertama.
I
Diawali niat syair bermula,
menyebut asma dengan Bismillah,
membahas wacana Yang Maha Mulya,
Istighfar hamba kalaulah salah.

Awalnya iman itu syahadat,
pembeda orang iman dan sesat,
kunci utama dalam ibadat,
pembeda pula benar dan subhat.

Syahadat tauhid pokok pertama,
dibaca ikhlas itu utama,
resapkan makna didalam sukma,
agar sempurna dalam agama.

II
Ilmu tauhid hukumnya wajib,
supaya iman tidak terhajib,
menambah faham tentang hal ghaib,
membuat amalan menjadi tertib.

La itu bermakna tiada,
hilangkan segala karsa dan tanda,
buang segala wujud dan benda,
fana segala apa yang ada.

Ilah artinya adalah cinta,
tujuan pertama segala cita,
tempat tujuan setiap kata,
tempat ber-tuhan semua kita.

III
Hanyalah Allah Ilah dituju,
tempat semua hamba tertuju,
tunduk terpaksa atau setuju,
hewan,tumbuhan atau berbaju.

Segala cinta menjadi fana,
selain Dia tiada bermakna,
pada-Nya segala sifat sempurna,
karena Dia niat karena.

Itulah makna syahadat pertama,
tauhidullah ia bernama,
kepunyaan-Nya semua asma,
dipakai doa akan utama.

IV
Asma pertama adalah Rohman,
Pengasih ia sepanjang zaman,
kepada manusia,hewan,tanaman,
nyata dan gaib dapat siraman.

Sifat yang Rohman untuk semua,
tidak Islampun dikarunia,
tunduk dan bangkang dijatah sama,
tiada dipilih tiada utama.

Barangsiapa rajin tafakkur,
terfikir ia akan bersyukur,
banyaknya nikmat tiada terukur,
bersujud ia sampai tersungkur.

V
Asma kedua adalah rahim,
penyayang hanya pada yang muslim,
yang ingkar akan di neraka jahim,
yang beriman ikut jalan Ibrahim.

Hamba disayang itu pilihan,
terhadap coba sabar bertahan,
diberi miskin tetap bertuhan,
dicoba harta rasa titipan.

Jagalah tetap disayang Allah,
taat ibadah itu bermula,
jauhi maksiat berbuat salah,
kerjakan makruf dapat pahala.

VI
Sifat ketiga itu Al-Malik,
resapkan makna wahai sang salik,
mudah baginya membolak balik,
setiap perkara tidaklah pelik.

Malik adalah sifat sang Raja,
bukan dunia atau akherat saja,
di keduanya Ia dipuja,
perintah-Nya meliputi apapun saja.

Tunduklah pada perintah Al-Malik,
sebelum taqdir jadi terbalik,
sebelum iman kita dibalik,
sebelum dikubur sempitnya bilik.

VII
Sifat kelima adalah suci,
Al quddus nama Dia dirinci,
tak perlu jaga atau dicuci,
walaupun semua makhluk membenci.

Sifat yang suci tiada campur,
antara iman bersanding kufur,
antara air ataupun lumpur,
suci-Nya tiada dapat diukur.

Wahai saudara pemilik iman,
buat Al quddus jadi amalan,
Siang dan malam jadi pegangan,
agar menjadi hamba pilihan.

VIII
Dia Maha Pemberi Selamat,
sifat As-Salam kepada umat,
sejahtera kita akan dibuat,
selama jalan selalu taat.

As-salam menjadi karunia,
untuk hamba-Nya kelak disurga,
diberi minum air telaga,
susu dan madu obat dahaga.

Mukmin yang baik kan sejahtera,
hidup di dunia bagaikan sandera,
di padang mahsyar dapat bendera,
kelompok manusia terhindar dera.

IX
Al Mukmin nama-Nya yang ke enam,
Selamat hamba dari terbenam,
godaan syaitan seru jahanam,
tebarkan sihir tatkala malam.

Memberi aman itu sifatnya,
hati yang nyaman pemberian-Nya,
janganlah pernah jauh dari-Nya,
agar selamat dunia akheratnya.

Negeri yang aman karunia-Nya,
karena penduduk tinggi taatnya,
Bencana alam karena murka-Nya,
karena ingkar banyak firman-Nya.

X
Al-Muhaimin sifat ketujuh,
pemelihara yang sangat kukuh,
segala alam Dia yang rengkuh,
segala peritiwa Dia yang sentuh.

Hanyalah Dia sang pemelihara,
baik di dalam tanah atau udara,
juga yang ghaib atau kentara,
walaupun kecil sebesar zarah.

Ingat selalu pada Al-Muhaimin,
pertanda kita adalah mukmin,
dipelihara-Nya tentulah ingin,
kokohlah iman bagai beringin.

XI
Dia-lah Allah gagah perkasa,
sifat Al-Aziz tak butuh masa,
sangatlah mudah bikin binasa,
kepada mereka para pendosa.

Perkasa Dia tiada sama,
kalaulah makhluk tersisip lemah,
tiada yang ada bisa umpama,
walau semua makhluk bersama.

Berlindung hamba pada Al Azis,
jauhkan hamba sifat yang najis,
pelihara hamba godaan iblis,
agar iman tidak terkikis.

XII
Asma ke sepuluh itu Al-Jabbar,
pemelihara makhluk itu mu'tabar,
dipeliharanya daun selembar,
juga sebutir debu tersebar.

Ingatlah selalu hai saudaraku,
sifat Al-Jabbar perlu ditiru,
jangan merusak atau mengganggu,
agar kasih-Nya tiada berlalu.

Sifat merusak temannya syaitan,
yang ganggu hati serta ingatan,
tebarkan dosa bagai lautan,
saling bermusuh tebar hasutan.

XIII
Al Khalik asma yang ke sebelas,
pencipta rezeki tak tuntut balas,
syukur pada-Nya lakukan ikhlas,
ibadah rajin janganlah malas.

Dia mencipta tanpa merusak,
hukum-hukumNya tiada bertabrak,
Indah tersusun segala yang nampak,
rumit dan rapi awal semenjak.

Semua dicipta tak sia-sia,
nyamukpun berguna dicipta ada,
penyakit dicipta sebagai tanda,
iman diuji didalam dada.

XIV
Asma ke duabelas itu Al-Baari'
Maha mengadakan makna ditarik,
percaya lainnya berarti syirik,
kelak dibakar panasnya terik.

didalam sifat Dia setimbang,
membuat,membentuk dan menyeimbang,
hamba tak ragu hamba tak bimbang,
karena engkaulah semesta berkembang.


Al-Baari' asma yang mulia,
tirulah ia jangan tercela,
supaya hidup terjauh bala,
setiap amal dapat pahala.

XV
Al Mushawwir ia bernama,
membentuk rupa yang tidak sama,
sempurna ciptaan bukan umpama,
tapi terbukti sejak pertama.

Betapa laknat mereka yang bilang,
ciptaan diawal berubah ulang,
terbukti sudah saat sekarang,
teori evolusi cuma dikarang.

Ingat selalu hai saudaraku,
ciptaan sempurna sejak dahulu,
baik yang licin atau berbulu,
baik di hilir atau dihulu.

XVI
Asma ke empatbelas itu Al-Ghaffaar,
Pengampun Dia pada yang ingkar,
dikurangi-Nya dosa yang sukar,
dilapangkannya ampunan lebar.

Marilah kita memohon ampun,
walaupun dosa banyak tertampun,
walaupun salah banyak beruntun,
Dia ampuni sepanjang tahun.

Bertaubat kita terhadap dosa,
janganlah pernah berputus asa,
supaya kelak saat binasa,
dibalas dengan amal selaksa.

bersambung ke Syair Syhadatain-2


Oleh
Hamdi Akhsan

PENGANTAR
Ini  kisah fiktif yang bersifat satir metaforis bagi yang bisa memaknainya, bagi yang tidak setuju silahkan membuat karya sendiri yang lebih baik. Semoga bermanfaat. Amien

I
PENDAHULUAN
Tersebut didalam suatu cerita,
terjadi dinegeri antah berantah,
terjadi dizaman sangat baheula,
tentang kerakusan sangat tercela.

Inilah kisah kerajaan tikus,
rajanya gagah, gemuk, dan rakus,
bau memancar seperti kakus,
walau badannya sudah dibungkus.

Kerajaan punya banyak aturan,
tak ada bagian yang terlewatkan,
dari yang pribadi sampai kerjaan,
juga kehakiman dan kejaksaanz

II
Binatang lain memandang aneh,
banyak sekali kerja nyeleneh,
dari yang rumit sampai yang remeh,
ditempat sepi ataupun rame.

Golongan tikus banyak berpartai,
ngomongnya banyak sambil bertikai,
rapat habisi makanan bertangkai-tangkai,
tapi hasilnya?.....tidak terpakai.

Itulah tikus yang sedang rapat,
suaranya riuh menciat-ciat,
bergerak gaduh ke timur barat,
Dasar!....binatang pengerat.

III
Rajapun punya banyak menteri,
setiap golongan pasti diberi,
peduli pengerat atau pengiri,
yang penting aman raja sendiri.

Rajanya sangat senang bersolek,
didepan kaca berbolak-balek,
rambutnya rapi bajunya molek,
ngomongnya...bak dalang wayang golek.

Tutur katanya sangat dijaga,
kalau bicara bisa diduga,
bersama istri serta penjaga,
bersama menteri seringlah juga.

IV
Di negeri tikus komite banyak,
disana berkumpul tukang teriak,
berkumpul juga para pembalak,
hebatnya...?ada pula mantan pembajak.

Setiap hari kerjanya rapat,
idenya tinggi melompat-lompat,
belumlah dua langsung ke empat,
kalau dibantah langsung mengumpat.

Adapula yang jadi aparat,
dari golongan tikus pengerat,
bongkar korupsi sampai ke urat,
ternyata masih juga kena jerat.

V
Di negeri tikus banyak yang ganjil,
jalanan rusak banyak dicungkil,
tembok dijebol memakai martil,
ATK kantor?banyak diambil.

Apalah lagi adiminstrasi,
kertas dimakan seperti nasi,
begitu juga soal kontruksi
semen dilahap bersama besi.

Katanya tinggal dihutan subur,
rakyatnya miskin makannya bubur,
banyak betina jadi pengibur,
ataupun mati tiada berkubur.

VI
Berbeda lagi si tikus hutan,
berbolak-balik seperti setan,
terutama yang urusi deptan,
ternyata...ikut selundupkan rotan.

Karena kerajaan di hutan tropis,
urusan tani jadi strategis,
si tikus sawah menyusun basis,
proyek didapat teman sebaris.

Si tikus kota tidak bertugas berat,
karena sekolahnya dulu di barat,
jabatannya tinggi jadi penasehat,
yang sangat piawai kalau berdebat.

VII
Ada yang khusus di kerajaan tikus,
jadi apapun haruslah rakus,
bermodal dengkul dapat seratus,
sebagai jasa karena pengurus.

Dasar memang tikus pengerat,
banyak sedikit yang penting dapat,
peduli apa rakyat melarat,
terserah saja negeri sekarat.

Apalah lagi yang dekat raja,
bisa meminta berapapun saja,
untuk pelicin setiap meja,
habis separuh?...ah biasa saja.

VIII
Di kerajaan ada palemen,
golongan tikus banyak komponen,
dipilih rakyat di musim panen,
elit sekaleee...dan juga keren.

Para anggota rajin berkumpul,
ada yang cerdas ada yang tumpul,
ada yang keriting ada pula yang gundul,
pokoknya.....amburaduuuuuul.

Kerjanya sungguh enak sekali,
cuma omong dan umbar janji,
setiap tikus dapat mobil sebiji,
dan parahnya?...masih minta naik gaji.

IX
Setiap tahun wakil berkumpul,
membahas sawah mau digundul,
sambil berfikir gimana ngibul,
itulah kalau perutnya gembuuuuul.

Ada pula yang teriak-teriak,
bagaikan lakon panggung ketoprak,
kawan-kawannya bersorak-sorak,
saking semangatnya?ada yang terberak.

Ada pula yang enak tidur,
sambil ngorok kaki terjulur,
tak sadar sampai meleleh liur,
parahnya lagi?...sempat pula ngelindur.

X
Setiap sarang ada bupati,
kuasanya hebat setengah mati,
pegawai harus pintar ambil hati,
supaya dikasih beras sepeti.

Bupati tikus banyak yang pongah,
merasa diri selalu gagah,
mobilnya bagus rumahnya megah,
kemana-mana bawa penjaga.

Kalaulah habis masa kuasa,
diganti istri anakpun bisa,
asalkan banyak emas suasa,
dan pandai pula cakap berbusa.

XI
Janganlah lupa tikus pebisnis,
mobilnya baru serta kelimis,
wajahnya tampan dihias kumis,
kalau bicara mulutnya manis.

Datang ke raja membungkuk-bungkuk,
saking bungkuknya seperti duduk,
kalau bicara sambil menunduk,
dasar...licik kayak pelanduk.

Bawa proposal tebal sebantal,
padahal yang bikin si tukang rental,
merengek-rengek membikin kesal,
cuma itulah ternyata modal.

XII
prihatin tikus pengumpul padi,
sore mengerat sampai ke pagi,
habis bekerja?bekerja lagi,
sampai ompoonggg semua gigi.

Itulah kalau tikus serakah,
diatas lumbung raja bertakhta,
sambil mengerat mana yang suka,
rakyat kelaparan?...pura-pura buta.

Para menteri juga punya lumbung,
amalkan ilmu si aji mumpung,
pundi-pundinya penuh menggelembung,
tuk anak turunan sambung menyambung.

XIII
Tengoklah pula dikantor-kantor,
fisiknya bagus lakunya kotor,
yang kecil harus rajin menyetor,
pada atasan atau supervisor.

Si Raja tikus sering teriak,
untuk berantas sistem yang rusak,
tapi semua berpura pekak,
sambil mengangguk berpurak-purak.

Binatang luar banyak yang heran,
potensi hutan banyak berlimpahan,
tapi rakyatnya tetap kelaparan,
dan tidur diemper beralas koran.

XIV
Terdapat juga tikus baik,
ingatkan sebelum kerajaan terbalik,
tapi?malah akan kecelik,
dituduh teroris dijeruji bilik.

Ada pula si tikus korban,
dengan pejabat sama-sama makan,
awalnya kawan sebelum ketahuan,
terbuka busuk minggat jadi imigran.

Kini semua tikus blingsatan,
parahnya negeri bak lingkaran setan,
hutang menumpuk sebanyak lautan,
korupsi mengganas tak bisa disebutkan.

XV
Dengarlah kata pahlawan tikus,
ciri-ciri kerajaan yang akan hangus,
keadilan banyak yang terberangus,
maksiat subur bagaikan humus.

Apapun dihutan akan dikerat,
yang rusak ringan maupun berat,
yang ada timur atau dibarat,
yang ada dilaut atau didarat.

Tikus yang kaya semakin kaya,
yang miskin makin tidak berdaya,
yang kuasa akan tambah berjaya,
yang lemah selalu teraniaya.

XVI
Sangatlah mahal bangun infrastruktur,
baru sebentar sudah hancur,
direhab lagi dana mengucur,
tak sudah-sudah sampai ke kubur.

Tengoklah pula tikus dikota,
Rumah yang mewah megah tertata,
berdekatan dengan gubuk derita,
yah...apalah lagi mau dikata.

Itulah kalau kerajaan timpang,
uang dipakai untuk menimbang.,
apapun bisa dibuat dagang.
asal sesuai irama gendang.

XVII
Syairku ini bagai guyonan,
tapi tersirat banyak ajaran,
dilihat sendiri yang dilapangan,
atau informasi dari teman.

Kerajaan tikus menjelang hancur,
semua aspek berjalan mundur,
segalanya makin tidak teratur,
tinggallah kita sedih menekur.

Wahai kawan kita mulai,
bermula dari diri sendiri,
marilah kita sadarkan diri,
agar tak murka Sang Maha Pemberi.

PENUTUP
XVIII
Hidup di dunia hanya sebentar,
malaikat maut tak pernah gentar,
tak bisa disogok atau dibayar,
tak pula bisa tawar menawar.

Wahai sahabat pencinta syair,
hidup di dunia bagai musafir,
hanya sebentar akan berakhir,
dikubur dipalu munkar dan nakir.

Terhadap harta kita ditanya,
didapat dari jalan yang mana,
dipakai apa manfaat guna,
dipertanggungjawabkan dengan sempurna.

Wallahu alam bisawwab. Semoga syair ini menjadi pelajaran bagi diri sendiri dan yang menyukainya,semoga pula menjadi amal ibadah.
Amien ya Robbul Izzati.

Inderalaya, 23 September 2010
Wassalam
Hamba Allah

SYAIR ANAK YATIM

Posted by Marchsada


Oleh
Hamdi Akhsan

I
Dengarlah -dengar wahai ayahku,
rintihan anak yatim piatu,
hidup tiada tempar mengadu,
sering bersedih sepanjang waktu.

wahai ayahku semua muslim,
dengarlah rintih  si anak yatim,
hidup sendiri sepanjang musim,
hanyalah Allah yang Maha Rahim.

Inilah ratap bercampur tangis,
perih hatiku bagai teriris,
sedih dan papa telah terlukis,
sepanjang masa tak pernah habis.

Wahai ayahku mukmin semua,
mengapa ayah begitu tega,
lihat ananda bermuram durja,
menangis pilu diujung senja.

II
Ibuku mati ayahku hilang,
berkali sudah masa terbilang,
pilu hatiku bukan kepalang,
rindunya daku kasih dan sayang.

Puncaknya pedih di hari raya,
melihat anak gembira ria,
pergi ke mesjid bersama ayah,
berbaju baru bagus meriah.

Sedangkan aku duduk tergugu,
memakai baju koyak lamaku,
robek kujahit dengan tanganku,
itulah wujud hari rayaku..

III
anak yang lain kian kemari,
berjajan kue yang digemari,
kuteguk air liur sendiri,
tak ada tangan datang memberi.

Tawa dan canda dimana-mana,
kembang apipun terang merona,
melihat semua daku terpana,
sambil berdiri diujung sana.

Kadang tangisku sampai mengigil,
berharap Dia segera mengambil.
imanmu masih lemah dan labil,
menuduh Dia sudah tak adil.

IV
Kutahu ayah pernah berhikmah,
pelihara ananda tugas utama,
akan diberkati empat puluh rumah,
atas ketaatan pada agama.

Allahu robbi telah berfirman,
pendusta agama tidak beriman,
bila si yatim jadi tak aman,
neraka wail tempat ditahan.

Hamba bermohon kepada ayah,
anak yatim jangan disia,
di sorga dibalas satu rumah,
diberkati Allah sepanjang usia.

IV
Kadang liurku jatuh terlompat,
terbayang enaknya rasa ketupat,
dimakan dengan opor sekerat,
tapi semua hanya ibarat.

Kadangpun ada orang kasihan,
dibagi aku saat lebaran,
cukuplah agar tak penasaran,
sebagai obat untuk hiburan.

Kadang ayah tak kusalahkan,
harapan kami tak tersampaikan,
karena yatim berperasaan,
kalau ditolak jadi rintihan.

Inderalaya, 30-10-2010
Hamba Allah

SYAIR RUMAH SAKIT

Posted by Marchsada


Oleh
Hamdi Akhsan
Syair sederhana ini dibuat sambil nunggu istri di RSMH Palembang. sekedar intermezo,moga bisa menghibur.

I
Syair pendek ini dibuat,
sambil menunggu istri dirawat,
mengisi waktu supaya lewat,
sampai istri menjadi sehat.

Administrasi mengurus surat,
borang diisi kalimat dibuat,
setelah ruang gawat darurat,
dilayani baik para perawat.

Sambil menunggu kamar yang kosong,
berlalu lalang kereta dorong,
ada yang nangis atau melolong,
semua ingin segera ditolong.

Betapa mulia para dokternya,
walaupun letih gesit kerjanya,
senyum mengembang di wajahnya,
Ya Allah balaslah kebaikannya.

Sibuklah pula para asisten,
demikian pula para residen,
dengan cekatan mengurus pasien,
satu persatu dengan telaten.

II
Ada pula yang teriak-teriak,
sampai suaranya terdengar serak,
ada pula yang muntah berak,
baunya menyebar busuk,alah maaaaak.

Ada pula yang patah tulang,
sudah berbulan tak bisa pulang,
inginnya jangan tanggung kepalang,
supaya nanti tidak mengulang.

Ada pula yang nangis-nangis,
peduli jelek ataupun manis.
kalau tak nangis ia meringis,
karena sakit serasa diiris.

III
Dimana-mana bau obat,
mirip bau petai sekebat,
ataupun bau wese tersumbat,
alamak.......tobaaaaaat.

Penunggu pasien berlalu lalang,
sudah lama tak pernah pulang,
ada yang bau bukan kepalang,
seperti bau bakaran belalang.

Ada pula yang tak semangat,
uang habis selalu teringat,
karena mahalnya biaya obat,
atau operasional untuk merawat.

IV
Banyak juga yang menggerutu,
karena tak puas sudahlah tentu,
haruslah mereka jangan begitu,
karena yang diurus bukannya satu.

Perawat datang sambil tersenyum,
bawakan makan beserta minum,
kadang mengantar buah yang ranum,
atau periksa secara umum.

Lain pula para penunggu,
sebahagian malah jadi mengganggu,
banyak bertingkah juga belagu,
diingatkan orang seperti gagu.

V
Ada yang datang masih gagah,
tapi malaikat tak bisa dicegah,
atau datangnya bisa dicegah,
maka pulangnya mayat juga.

Terdengar ada orang menangis,
airmatanya terbuang habis,
nafas yang sakit dah senin kamis,
nyawapun sudah kembang-kempis.

Dirumah sakit dunia mini,
ada yang takut juga berani,
ada yang kaya hidup mumpuni,
yang miskin juga kan ditemui.

VI
Ada juga yang tak diduga,
merasa sakit padahal gagah,
tau bisa faham atau dicegah,
minta dirawat inap juga.

Ada pula yang merasa kesal,
dari bengkulu ia berasal,
sudah dua bulan ia di bangsal,
belum apa sakitnya asal.

Disudut sana ada yang duduk,
sambil lehernya terlilit handuk,
persis seperti supir truk,
padahal pasien baru berwudhuk.

VII
Kadang pasien salah rasa,
menganggap dokter semua bisa,
padahal mereka manusia biasa,
kadang salah atau tak bisa.

Menjadi dokter tidaklah mudah,
Biaya banyak habislah sudah,
praktek diluar mencari tambah,
supaya ekonomi bisa berubah.

Memang itulah dirumah sakit,
pasti keluar banyak sedikit,
supaya sembuh dan bisa bangkit,
cari rezeki sebesar bukit.

VIII
PENUTUP
Inilah syair sekali lewat,
sambil menunggu istri dirawat,
mengisi sepi kata dibuat,
ya...kadang ada yang terlewat.

Di rupit indah tempat berada,
ruang saraf dilantai dua,
sambil berbaring wajah tengadah,
berharap sembuh untuk istrinda.

Syair berakhir sampai disini,
sebagai pengisi malam yang sunyi,
inilah cobaan sebagai seni,
taqdir ilahi mari imani.


RSMH Palembang, 1 Oktober 2010
Hamba Allah

SYAIR RINDU

Posted by Marchsada



Oleh
Hamdi Akhsan


Syair sederhana tentang rindu berbagai kelompok,berbagai katagori, terdiri dari 76 bait dan 304 baris, moga bisa menghibur!

I
Awal syair bismillah dulu,
kepada Ilahi terasa malu,
atas lidah yang kadang kelu,
untuk berzikir dimalam dalu.

Dalam dunia yang beraneka,
banyak pula makhluk bertingkah,
yang Allah benci dan Allah suka,
yang tersembunyi atau terbuka.

Satu bagian yang rahasia,
rindu dendam pada manusia,
tak pandang waktu serta usia,
tak pandang berguna atau sia-sia.

II
Yang paling banyak orang berfikir,
karena asmara rindu mengalir,
seperti pemahat dan kayu ukir,
ataupun pisau dengan kikir.

Paling terkenal rindu remaja,
ingat kekasih merona wajah,
peduli rakyat ataupun raja,
ya...semuanya sama saja.

Dikala rindu pada kekasih,i
ngin bertemu tak pernah risih,
walau nantinya kan berselisih,
yang penting diri tidak tersisih.

III
Lain pula rindu sahabat,
ingin bergurau sambil berdebat,
saling berlomba tunjukkan hebat,
peduli rakyat atau pejabat.

Rindu sahabat terbagi dua,
sahabat baik membawa berkah,
sahabat buruk bikin celaka,
malangnya lagi?...ajak ke neraka.

Sahabat baik selalu menjaga,
terhadap kita jiwa dan raga,
serta berikan ilmu berharga,
agar bersama masuk ke surga.

IV
Berbeda pula rindukan kampung,
terbayang indah lembah dan gunung,
sejuknya mandi pancuran tampung,
serta indah kicauan burung.

Teringat pula ke masa kecil,
nenek cerita tentang sang kancil,
ataupun sahabat yang suka mbangkil,
juga bermain tempat terpencil.

Teringat juga jagoan kampung,
kalau berjalan dada membusung,
merasa hebat karena terkungkung,
seperti katak dalam tempurung.

V
Sangat berbeda rindu ibunda,
terhujam dalam didalam dada,
perduli tua ataupun muda,
diseluruh dunia tiada berbeda.

Rindu ibunda tiada berakhir,
di dalam kitab sudah diukir,
walaupun kaya ataupun fakir,
sampai lidah berhenti berzikir.

Rindu ibunda tak pernah layu,
walaupun matanya sudah sayu,
walau dipaksa atau dirayu ,
walau disalib ditiang kayu.

VI
Kalaulah orang rindukan kaya,
segala cara segala gaya,
supaya tampak hidupnya jaya,
walaupun semuanya cuma maya.

Pulang kampung mobilnya mahal,
tak tahu orang kalau merental,
tampaknya alim walaupun nakal,
Walaupun pelit berpura royal.

Kata-katanya tinggi selangit,
tak mau tinggi orang sedikit,
yang lain sukses dia yang sakit,
hebat bualnya setinggi bukit.

VII
Begitu pula rindu negara,
rela berjuang semangat membara,
bahu-membahu dengan tentara,
menghalau musuh bela bendera.

Rindu negara harus berbakti,
tidak korupsi harus terbukti,
rakyat yang lemah jangan sakiti,
naik jabatan benar dititi.

Itulah bentuk rindu negara,
rela berkorban walau berdarah,
bukannya cuma berhura-hura,
atau menghasut terjadi sara.

VIII
Berbeda pula rindunya anak,
tahunya diberi apa dihendak,
tak dikabulkan kadang membentak,
....masya Allah!dimana kau punya otak!

Rindunya anak berat sebelah,
tak mau dimarah kalau bersalah,
pada saudara tak mau mengalah,
kalau bertengkar minta dibela.

Rindunya anak akan menggumpal,
kala orangtua meninggal,
tak bisa bakti bikin menyesal,
menangis ia merungkal-rungkal.

IX
Hebat pula rindu jabatan,
berbagai cara dan perbuatan,
sampai meminta bantuan syaitan,
masya Allah...sungguh kelewatan!

Kalaulah memang punya prestasi,
memang jabatan haknya diri,
tapi kalau tak tahu ukuran diri,
pasti menjilat kanan dan kiri.

Kalau jabatan sudah didapat,
gayanya tentu berubah cepat,
yang berprestasi terbukti hebat,
yang tak mampu sibuk menjilat.

X
Lihatlah pula yang rindu barang,
segala yang antik akan dipajang,
kalau cerita kepada orang,
pasti matanya bersinar terang.

Barang lama banyak dikumpul,
yang sudah rusak juga didempul,
bahkan sampai cari jin gundul,
angkat pusaka supaya muncul.

Dikumpul semua barang antik,
baik yang jelek atau yang cantik,
jadilah rumah seperti butik,
atau suasananya menjadi mistik.

XI
Ada pula yang rindu ilmu,
hasil membaca kan dia ramu,
selalu ilmiah kalau bertemu,
Ah...yang bener aja kamu!!!

Orang ilmiah kadang berbangga,
padahal Allah tiada terhingga,
ilmunya hebat tak bisa diduga,
meliputi neraka sampai ke surga.

Orang berilmu kan rendah hati,
berkata baik dan hati-hati,
bagaikan pepatah ilmu padi,
semakin runduk semakin berisi.

XII
Berbeda pula yang rindu janda,
selalu bolak balik di beranda,
oleh-olehnya bermacam benda,
sebagai isyarat atau pertanda.

Masih banyak macamnya rindu,
kalau diurai bisa sewindu,
tapi karena mau beradu,
syairnya disambung setelah wudhu.

inilah  rindu kepada Allah,
ibadah  zikir tak pernah lelah,
dipuji mengucap Subhanallah,
diberi mengucap Alhamdulillah,
akhirnya?ketika mati mengucap LA ILAHA ILALLAH.

XIII
Termahsyur sudah sepanjang zaman,
harumnya bagai bunga ditaman,
sampai di kitab Allah berfirman,
hamba yang rindu karena iman.

Karena rindu ia berperang,
rela patuhi apa dilarang,
kerjakan perintah dengan riang.
ibadah khusuk gelap dan terang.

Sungguh indah rindu Ilahi,
terasa lezat sepanjang hari,
semerbak baunya harum mewangi,
bawa bahagia yang kan abadi.

XIV
Rindu Ilahi tiada terukur,
terhadap nikmat selalu bersyukur,
terhadap alam ia bertafakkur,
bersujud si hamba jatuh tersungkur.

Orang yang rindu selalu teringat,
ingin bertemu setiap saat,
tak pernah lalai tak mau telat,
sampai el-maut datang mencegat.

Baca surat-Nya mata mengalir,
ucap asma-Nya hati berdesir,
dengan tanda-Nya selalu berfikir,
hanya pada-Nya rindu terukir.

XV
Lalai pada-Mu hati gelisah,
langgar perintah-Mu jiwapun susah,
dengan rahmat-Mu tak putus asa,
rindu pada-Mu sepanjang masa.

Wahai Ilahi tujuan hamba,
pada-Mu jua hamba menghiba,
kuatkan hamba dalam musibah,
Rindu pada-Mu tidak berubah.

Hamba bermohon sepenuh hati,
rindu pada-Mu sampai ke mati,
susah dan senang ikhlas dititi,
sampai datangnya hari yang pasti.

XVI
Terhadap hidup kadang gelisah,
dapat musibah berkeluh kesah,
kadang dihati terasa resah,
ingat pada-Mu tenanglah rasa.

Wahai Ilahi dengarlah ratap,
hanya ridho-Mu selalu kuharap,
menangis hamba dimalam senyap,
bermohon iman selalu tetap.

Hamba memohon diberi umur,
selalu hidup dalam bersyukur,
terhadap nikmat tiada kufur,
sampai menghadap kelak dikubur

XVII
Rindu Ilahi berbalas pasti,
asal perintah larangan dititi,
bagaikan siang malam berganti,
sampai bertemu diakhir nanti.

Betapa dangkal rindu manusia,
terbatas ia pada usia,
walau jumlahnya sampai selaksa,
ketika mati akan binasa.

Demikian pula rindukan harta,
belumlah mati kadang disita,
atau diwarisi keluarga tercinta,
atau dicuri dimalam buta.

XVIII
Rindu jabatan akan berakhir,
belumlah mati sudah diafkir,
atau berganti karena digilir,
bisa juga karena jabatan dipelintir.

Walaupun jabatan tiada cacat,
kalau pensiun semua dibabat,
kendaraan bagus ditarik surat,
kalau tak siap bisa melarat.

Rindu Ilahi tidak berkarat,
amal dibuat tidaklah berat,
berbalas ia ganjaran kuat,
baik di dunia atau akherat.

XIX
Rindu yang tulus membuat haru,
seperti nenek rindukan cucu,
seperti murid rindukan guru,
yang tiada pamrih atau cemburu.

Guru yang baik akan dikenang,
mendidik murid menjadi bintang,
sekolahnya selalu gilang-gemilang,
prestasi hidupnya akan cemerlang.

Rindunya nenek bersifat sabar,
usia yang tua membuat sadar,
cucu dididik agar berpendar,
doanya tulus bagaikan radar.

XX
Ada pula rindu terlarang,
dibalut nafsu menjadi garang,
tak mau dengar nasehat orang,
walau berakhir patah arang.

Ada juga rindu berlabuh,
hanya dirindu hangatnya tubuh,
berakhir setelah datangnya subuh,
kena penyakit mengaduh-aduh.

Rindukan benda kan sementara,
bagaikan minyak menyiram bara,
apinya sebentar merah membara,
tinggallah sesal dan duka lara.

XXI
Para sahabat mari  merenung,
tengoklah rindu bangsa burung,
mata terlepas badan terkurung,
jiwa tersiksa badan terkungkung.

Rindu yang indah karena memberi,
rajin berkorban sifatnya diri,
memberi dari milik sendiri,
mendapat hormat siapapun dari.

Janganlah diri jadi terlena,
karena rindu dendam tak sudah,
karena hidup berakhir fana,
akan dibalas kita karena.

XXII
Ada yang rindukan masa lalu,
selalu banggakan kisah dahulu,
kadang cerita sampai dalu,
sampai lidahpun menjadi kelu.

Ada pula rindu merusak,
ketawa sendiri sampai ngakak,
kemana-mana membawa kotak,
memang miring ia punya otak.

Begitu juga rindu merpati,
tak akan berubah sampai mati,
susah senang sama dititi,
seiring sejalan sepenuh hati.

XXIII
Dengarkan pula rindu tak sampai,
merana badan lemah terkulai,
makan tak enak walau bergulai,
serasa nyawa habis terurai.

Macam-macam jenisnya rindu,
ada yang berakhir sepahit empedu,
atau rasanya asam bagai mengkudu,
ataupun bermusuh bak kambing adu.

Kadang manusia terpesona,
lupakan bahwa dunia fana,
merasa pasti dengan rencana,
padahal semua fatamorgana.

XXIV
Rindu politik ada dua,
ada yang baik yang buruk juga,
yang baik bikin rakyat bahagia,
yang jelek bikin rakyat menderita.

Rindu kursi banyak cobaan,
kalaulah dapat membahagiakan,
kalau tak dapat menyengsarakan,
anak dan istri ikut tertekan.

Begitu juga dalam pilkada,
rindu jadi pimpinan daerah,
bujuk dan rayu melimpah-limpah,
tapi buktinya?hampir tak ada.

XXV
Rindu Rasul rindukan sunnah,
berteladan kita oleh karena,
supaya agama jadi sempurna,
jadilah diri mukmin paripurna.

Betapa hamba rindukan rasul,
nabi terakhir yang pernah muncul,
membawa umat ke jalan betul,
inilah jalan yang pasti maqbul.

Kepada Rasul hamba meminta,
safaat kala gelap gulita,
mendapat surga memang dicita,
serta ridhonya Allah semata.

PENUTUP
Diakhir syair kumohon maaf,
bukan tak rindu pada sahabat,
jari-jariku merasa penat,
memencet hape yang sering ngadat.

RSUD Muhammad Husen,03  Oktober 2010
Wassalam
Hamba Allah


(Untuk Saudaraku di Mentawai)

Oleh
Hamdi akhsan

PENDAHULUAN
Telah terjadi kerusakan didarat dan dilaut akibat ulang tangan manusia. Sesungguhnya Allah tidak menyukai kaum yang dzalim.(Al Quran)

I
Bismilah awal pembuka syair,
dengan izin-Mu hamba berfikir,
dengan nama-Mu hamba berzikir,
sampai hidup kelak berakhir.

Syair tercipta karena gelisah,
melihat bumi akan binasa,
untuk merubah tiada kuasa,
hanya bertutur yang hamba bisa.

II
Syairku ku ini berwujud kisah,
curahan dari jiwa yang resah,
bukan karena berputus asa,
atau tegakkan benang yang basah.

Bumi dicipta sejak dahulu,
berpuluh ribu tahun yang lalu,
usianya semakin bertambah selalu,
menuju tiada seperti dulu.

Karena usia sudah tua,
merawat hendaknya kita semua,
baik sendiri atau bersama,
agar tiadalah binasa ia.

IIII
Ingatlah kisah masa dahulu,
Adam dan Hawa meratap pilu,
Langgar perintah dari Yang Satu.
Sorga yang indah jadi masa lalu.


Mulai berubah cara mencari,
hidup berdua ditempat sunyi,
bekerja keras setiap hari,
sebagai khalifah di muka bumi.

Anak turunan mulai ada,
sepasang ia jenisnya beda,
rukun dan damai tercipta sudah,
namun musibah datang melanda.

IV
Fasad pertama dalam sejarah,
habil dibunuh oleh saudara,
karena tak mampu tahan amarah,
dipukul ia bersimbah darah,

Zaman berubah musim berganti,
manusia yang ada lahir dan mati,
Menyembah Allah mulai berhenti,
sembah berhala telah diminati.

Rusaklah tauhid kaum nabi Nuh,
dia berdakwah tiada mengeluh,
sekuat tenaga berpeluh-peluh,
namun hasilnya masihlah jauh.

V
Rusaknya tauhid datang musibah,
hujan yang dahsyat bawa air bah,
seluruh yang ingkar hancur dan rebah,
umat yang ada rajin menyembah.

Tapi manusia kembali lupa,
durhakai Allah muncul serupa,
menyembah makhluk berbagai rupa,
azab yang datang terus menimpa.

Terkisah sudah dalam sejarah,
umat diazab karena marah,
ingkari Allah tak pernah jera,
walaupun sampai menjadi kera.

VI
Cerita Alquran jadi perlambang,
supaya manusia rajin menimbang,
hidup beriman tak pernah bimbang,
agar selamat agar seimbang.

Terbunuh habil karena amarah,
banjir nabi nuh karena berhala,
Umat nabi soleh sombong dan bangga,
Kaum Ibrahim menyembah raja.

Kaum nabi Luth sodom-gomorah,
bumi dibalik malaikat marah,
hubungan sejenis tak pernah jera,
iman taqwanya sangatlah parah.

VII
Azabnya Qarun karena harta,
setelah kaya menjadi buta,
semuanya milik Allah semata,
binasa ia dalam derita.

Karena kuasa firaun sombong,
maksiat sihir jadi penyokong,
ketika nyawa tlah dikerongkong,
barulah menjerit minta ditolong.

Rusak dilaut juga didarat,
baik yang ringan atau yang berat,
tergoda nafsu begitu berat,
sehingga lupa kelak sekarat.

VIII
Untuk manusia bumi dicipta,
untuk diolah serta ditata,
supaya hidup tak menderita,
serta tak pula saling menista.


Tapi banyaklah yang tak bersyukur,
sifat serakah tidak terukur,
bumi digali menyembur lumpur,
tanah yang subur menjadi kapur.

Pohon ditebang banjirpun tiba,
Rumah-rumah pun semua rebah,
sawah dan ladang kena air bah,
karena kemaruk datang musibah.

IX
Hutan yang hijau habis ditebang,
tanah pun tandus lahan pun gersang,
tak bisa lagi bersawah ladang,
miskin dan lapar pastilah datang.

Bumipun rusak karena dilubang,
minyak mineral asyik ditambang,
masa ke depan tidak ditimbang,
bagaimana kita akan berkembang?

Mengapa kita tidak berfikir,
hidup di bumi akan bergilir,
kalau yang didepan semua afkir,
anak cucu kelak menjadi fakir.
X
Belum lagi lihat lautan,
disapu habis anaknya ikan,
diambil geranat dan diledakkan,
...masya Allah...sungguh kelewatan.

Lain pula kalau dipantai,
pakaian yang ada sungguh aduhai,
iman didada jadi terkulai,
waduuuhh...zikir juga jadi terbengkalai.

Tradisi pantai merusak agama,
mengumbar aurat kerja utama,
tak peduli aturan agama,
bagaikan hewan yang bersenggama.
XI
Belum lagi bidang energi,
bahan mineral diangkut pergi,
anak dan cucu tidak dibagi,
...sampai tak ada sisa lagi.

Wahai sahabat coba renungkan,
harimau buas raja dihutan,
memburu satu habis dimakan,
baru mencari lain incaran.

Mengapa manusia begitu serakah,
perintah Tuhan selalu dilangkah,
terhadap alam sesuska-suka,
tak takut ia pai neraka.

XII
Buaya dikenal hewan melata,
sifatnya rakus orang berkata,
tak pernah sisakan didepan mata,
...tapi?sebatas perut rakusnya serta.

Tapi manusia lebih hebat,
aspal dan semen dimakan bulat,
kertas dan tinta minuman sehat,
...koral dan batu menjadi obat.

Kuasa Tuhan cepat terlihat,
gempa rubuhkan gedung yang hebat,
jalan jembatan rusak berat,
karena dibangun asal buat.

XIII
Belum lagi lupa sejarah,
gempa dan banjir sangatlah parah,
saat bencana malah menjarah,
dan...dijadikan proyek tak kira-kira!

Dikenal pula aturan hukum,
orang berduit sudah mafhum,
vonis yang jatuh sudah dimaklum,
itu mah...sudah jadi rahasia umum.

Ketika hukum sudah dijual,
keadilan jadi barang mahal,
yang haram bisa jadi halal,
yang aneh jadi masuk akal.

XIV
Ada juga yang hidup bebas,
harta orangpun juga dilibas,
istri orangpun tak pula lepas,
hidupnya liar bagaikan kibas.

Sahabat tercinta hamba Tuhan,
nafsu yang liar marilah tahan,
supaya Allah kelak kasihan,
diampuni kita diharibaan.

Waktu berlalu zaman berubah,
bumi yang ada semakin tua,
sebentar lagi musnahlah ia,
semua makhluk akan binasa.

XV
Kadang manusia jadi takabbur,
karena dukungan alam yang subur,
hidupnya kaya tentram dan makmur,
bagaikan tiada akan berkubur.

Marilah toleh ke masa lalu,
megah dan hebat firaun dulu,
membangun hebat piramida batu,
ingin saingi Tuhan Yang Satu.

Tapi apa yang kita lihat,
mummi mengering rupanya jahat,
mengerikan cara ia dibuat,
organ diambil dengan disayat.

XVI
Belajar kita pada sejarah,
berhati-hati dalam bicara,
karena azab akan mendera,
...dibakar kaum hud dengan awan merah.


Berbeda kalau dizaman ini,
azab yang datang bentuk Tsunami,
juga goncangan gempa di bumi,
serta membara gunung berapi.

Azab yang datang silih berganti,
banyak yang hilang banyak yang mati,
banyak yang tambah iman hati,
banyak pula yang tak mengerti.

XVII
Ada pula azab dihati,
karena jalan syaitan dititi,
rezeki dijaga tak hati-hati,
anak turunan tak dinasehati.

Suami istri tidak percaya,
antar keduanya saling perdaya,
keluarga rukun hanyalah gaya,
agar jabatan tetap jaya.

Anak turunan kena narkoba,
yang dimakan bercampur tuba,
sudah dicoba tidak berubah,
bahkan menjadi bagai air bah.

XVIII
Belum lagi azab akherat,
masih didunia sudah sekarat,
lumpuh semua dia punya urat,
untuk dudukpun terasa berat.

Tak tahu kita mengapa terjadi,
semua penyakit menjadi-jadi,
anak dan istri tak mengurusi,
harta yang ada sibuk punguti.

Berakhir hidup dengan terkulai,
siapa menanam ia menuai,
dicabut nyawa mata berderai,
masya Allah...kotorannya pun terburai.

XIX
Begitu banyak rusak dibumi,
ada yang nyata yang tersembunyi,
ditempat ramai ataupun sunyi,
dengan bersama atau sendiri.

Kala tak tahan bumi bergolak,
musibah datang tak mampu tolak,
Angin dan badai ganas bergolak,
orang baik pun ikut kena balak.

Karena hutan habis dibabat,
datang musibah banjir yang hebat,
sesalpun datang tapi telah telat,
wahai saudaraku....mari bertaubat!

XX
Demikian pula dalam budaya,
Bergaul bebas sudah menggaya,
akibat korban pria buaya,
banyaklah anak yang tanpa ayah.

Rusak pula sendi keluarga,
ayah dan bunda tiada dijaga,
ketika mati malahan lega,
haraaaammm...dirimu masuk surga.

Begitu pula kakak beradik,
harusnya rukun kalau dididik,
tapi ternyata saling menghardik,
bahkan tega saling membidik.

XXI
Belum lagi dengan tetangga,
pagarnya tinggi tertutup juga,
gerbang dikawal anjing penjaga,
juga dijaga satpam bertiga.

Karena harta orang terlena,
anak dan istri manja karena,
pakaian mahal indah merona,
mobilnya mahal bukan katana.

Karena harta jiwapun nakal,
jatuh miskin badan dijual,
karena terlanjur hobinya mahal,
itulah...kalau sudah hilang akal.

XXII
Karena jiwa makin kemaruk,
bumi berlubang banyak dikeruk,
diangkut sampai ber truk-truk,
lubang yang sudah tidak di uruk.

Dengan dikeruk tanah berubah,
tak bisa lagi tumbuh kecambah,
tanahpun longsor jadi musibah,
kampung halaman dilanda air bah.

Ada pula yang hadang sungai,
tuk irigasi dia dipakai,
ikan ke hulu tak lagi sampai,
rusaklah urutan makanan rantai.

XXIII
Kalaulah bumi bisa bicara,
menjerit ia berduka lara,
saksikan manusia sepanjang sejarah,
yang banyak asyik maksiat ria.

Syair ini akan berakhir,
waktu yang ada terus mengalir,
berjalan bagai air kehilir,
sampai bertemu titik terakhir.

Mari sahabat kita renungkan,
bumi yang ada peliharakan,
tanah dan air dilestarikan,
pentunjuk ilahi kita amalkan.

XXIV
Syairku ini berakhir sudah,
bersyukur hamba pada Al-Huda,
maafkan pada semua anda,
moga bertambah iman didada. Sebelum salam hamba bermaaf,
atas segala salah dan khilaf,
semoga diri semakin insyaf,
tuk bekal nanti saat dihisab.

Akhirnya hamba ucapkan salam,
sebagai ucapan di Darussalam,
selamat istirahat dan selamat malam,
semoga dicintai Penguasa alam.
RSMH Palembang, 05 Oktober 2010
Hamba Allah
Welcome to My Blog

Popular Post

- Copyright © SASTRA - ILMU - HIKMAH -machsada-