Archive for February 2011

Kompilasi Pantun-Pantun Religi (1-5 Februari 2011)

Saturday, February 5, 2011
Posted by Marchsada



Oleh
Hamdi Akhsan

I 
Ayam berkokok menjelang fajar,
Itu pertanda hari telah pagi.
Pabila esok telah sampai qadar,
jadikan madah sebagai pengganti.

Burung elang bukan ababil,
tapi raja angkasa gagah.
Tua berpulang muda diambil,
takdir Ilahi tak bisa duga.

Hendak gugur,gugurlah nangka,
jangan menimpa bunga melati.
Hendak tidur,tidurlah mata,
jangan terbawa perih dihati.

II
Sendi belikat temu belikat,
tulang patah sambunglah lagi.
Hari jumat bertemu jumat,
berkurang usia tujuh hari.

Sendi ngilu karena patah,
terasa perih walau dibalut.
Hari berlalu tanpa terasa,
rambut putih kulit keriput.

Tak lama ngilu kalau terkilir,
balsem yang baik mari borehkan.
Pertanda waktu hampir berakhir,
amal yang baik mari tingkatkan.

III
Jati yang teduh biarlah teduh,
kelak kan datang burung kesana.
Hati yang rapuh biarlah rapuh,
kelak kan datang masa bahagia.

Bata dihuma biar dihuma,
kalau dibawa cukup sedikit.
Jiwa merana jangan merana,
kalau dibiar badan kan sakit.

Gugur-gugurlah si pisang raja,
jangan menimpa si buah waluh.
Tidur-tidurlah wahai sang mata,
jangan derita selalu mengeluh.

IV
Buat kenikir dilalap mentah,
Rasanya sadah sedikit getir.
Rakyat Mesir sudah menderita,
Moga semua segera berakhir.

Yang berpati disayur bisa,
yang diparut bukannya ikan.
Yang mati itu rakyat biasa,
yang bunuh pendemo bayaran.

Sisa manggar silah dikirim.
ikatlah tali supaya erat.
Moga sadar pemimpin zalim,
akherat kelak disiksa hebat.

V
Angin melanda jatuh sendayang,
ambillah satu rautlah lidi.
Bangunlah segera anakku sayang,
ambillah wudhu hadap Ilahi.

Buah coklat diambil mengkal,
untuk diramu jemur seharu.
Jagalah sholat jangan tertinggal,
agar hidupmu kan diberkati.

Manggis diunduh bertambah subur,
dipagar bambu dihari rabu.
Sehabis subuh janganlah tidur,
agar tubuhmu sehat selalu.

VI

Hujan pagi runtuhkan jurang,
tertutup sudah ladang dan sawah.
Hari berganti umur berkurang,
pada-Mu jua bermohon hamba.

Hendak ke ladang hujan mengguyur,
kenalah badan bekalpun basah.
Hendak panjang,panjanglah umur,
kalau tak iman perbanyak dosa.

Angin deras pohonpun rubuh,
terhambur pula dahan sendayang.
Ingin menderas,deraslah subuh,
hati kan lapang di hari siang.

VII
Bakinya berat tumpahlah agar,
untunglah ada sisa irisan.
Rezeki diharap bala dihindar,
itulah doa sebagai insan.

Sarapan pagi piringnya dua,
belah sedikit jangan dibuang.
Harapan tinggi beriring doa,
pabila nasib tidak kan hilang.

Ikat melati dalam jambangan,
indah dipandang harum baunya.
Selamat hati selamat badan,
itu harapan hidup didunia.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Malam berbintang cerah suasana
Hakikat ciptaan Yang Maha Kuasa
Hidup di dunia hanya sementara
Isi lah dia dengan ibadah

...Ketika larut mulai menjelang
Bangun kan diri untuk sembahyang
Menghadap pada NYA Yang Maha Penyayang
Bersimpuh sujud memohon ampunan

Itu lah sekilas hamba mengingatkan
Kepada saudara ku sahabat dan teman
Tak ada arti hidup tanpa pegangan
Agama kita yang mengajarkan

Mohon di maaf kalau lah keliru
Hamba bermadah bukan cerdik selalu
Sekedar mengingatkan yang beta tau
Agar selamat didunia dan akhirat sudah lah tentu



        Oleh
        Hamdi Akhsan


PANTUN SENIN PAGI (31/1/2011)

Bakinya berat tumpahlah agar,
untunglah ada sisa irisan.
Rezeki diharap bala dihindar,
itulah doa sebagai insan.

Sarapan pagi piringnya dua,
belah sedikit jangan dibuang.
Harapan tinggi beriring doa,
pabila nasib tidak kan hilang.

Ikat melati dalam jambangan,
indah dipandang harum baunya.
Selamat hati selamat badan,
itu harapan hidup didunia.

PANTUN PENUTUP (29/1/2011)
Pandan berduri simpan dibilik,
dibelah-belah bikin kelasa*
Pasrahkan diri pada pemilik,
itulah daya sebagai hamba.

Terap dikebun kini telah rebah,
dibuat getah seperti pulur.
Berharap ampun segala dosa,
selamat dunia selamat kubur.

Hendak gugur,gugurlah nangka,
di pandan jua kan dijatuhkan.
Hendak tidur,tidurlah mata,
pada-Mu jua hidup serahkan.

PANTUN MALAM (29/1/2011)
Belidang tajam bagaikan buluh,
terkena kulit membawa luka.
Panjang jalan banyak ditempuh,
lama hidup banyak dirasa.

Getah rengas membuat gatal,
kulitpun bengkak berwarna merah.
Janganlah puas jalankan akal,
supaya rahmat terus tercurah.

Hendak putih,putihlah jati,
buatlahlah papan didipan jua.
Hendak sedih,sedihlah hati,
simpanlah dalam didalam jiwa.

PANTUN MALAM (28/1/2011)
Cincin terbalik pasang dijari,
pindahkan ia ke jari tengah.
Cinta yang baik selalu diuji,
bila bersabar kan bahagia,

Pergi ke curup jalannya licin,
jalan yang licin pakai sepeda.
Kalaulah hidup masihlah miskin,
yang penting iman didalam dada.

Hendak berat, beratlah timba,
tetapi jangan patahkan alu.
Hendak istirahat,istirahat kita,
tetapi doa tetap selalu.

PANTUN SORE (28/1/2011)
Hujan petang sirami bumi,
Subur sudah sawah dan lahan.
Segala yang datang tak diketahui,
taqdir didepan rahasia Tuhan.

Mendung sudah semenjak zuhur,
pertanda hujan kan datang sudah.
Sedikit sabar banyak bersyukur,
niscaya rezeki akan ditambah.

Jaga telaga dari polusi,
niscaya sehat air yang ada.
Jaga keluarga beserta diri,
niscaya hidup kan bahagia.

PANTUN JUMAT PAGI (28/1/2011)
Hujan dihulu turunnya petang,
banjir melanda airnya tinggi.
Malam berlalu pagi pun datang,
berkurang usia sehari lagi.

Basahlah beras didalam talam,
jadilah bubur nasinya kental.
Bekerja keras siang dan malam,
masuk ke kubur harta ditinggal.

Hendak lari, segeralah lari,
kalau telah letih istirahatkan.
Hendak cari,harta dicari,
usia bertambah jangan lalaikan.

PANTUN MALAM (27/1/2011)
Kenduri serempak di malam jumat,
banyak acara sudahnya dalu.
Karena lapak sepi peminat,
bailklah tutup saja dahulu.

Hendak ke hulu hujannya lebat,
tak bawa payung orang terkejut.
Tidurlah dulu di malam jumat,
semoga sempat bangun tahajut.

Gugur-gugurlah si buah mangga,
janganlah manggis ditimpa mati.
Tidur-tidurlah wahai sang mata,
simpanlah tangis perih dihati.

PANTUN SIANG (27/1/2011)
Ikan betulu tidak beranak,
bertelur ia di hari pagi.
Berhenti dahulu kerja sejenak,
ambillah wudhu hadap Ilahi.

Putih mengkilat sisiknya ikan,
kalau ditumbuk jadi terasi.
Setelah sholat pergilah makan,
kerja menumpuk lanjutkan lagi.

Hendak mentah,mentahlah nasi,
tetapi gulai tetap hidangkan.
Hendak kerja,kerjalah diri,
amal ibadah jangan lalaikan.

Inderalaya, 31/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

 Anak dara pandai menari ,
makan sirih tarikan dulu
telah berlalu bulan januari
tidak terasa waktu berlalu

...kalau berlayar sampai kepulau
berjalan pula sampai kebatas
hendak kemanapun kini engkau
jangan lupakan Tuhan diatas

Jauh sudah kapal berlayar
harungi benua menuju samudera
kalaulah hidup sudah terajar
kelak pasti selamat sentosa



               Oleh
               Hamdi Akhsan.

SMB II

Pengantar.
Sedikitnya informasi tentang para pahlawan dari Sumatera Selatan membuat hampir seluruh masyarakat tidak mengetahui keberadaan mereka. Syair ini dibuat dalam urutan tahun keberadaan mereka, semoga bermakna untuk menambah wawasan anak-anak kita terhadap Pahlawan dari daerahnya sendiri. Amien!

I
Inilah syair tentang  Pahlawan,
Gagah perkasa serta melawan,
tak takut pada hebatnya lawan,
tak gentar walau sudah ditawan.

Syair pahlawan bukanlah puja,
menjadi kabar untuk remaja,
kalau tak bagus lupakan saja,
buatlah untuk pembersih meja.

Madah pahlawan isinya singkat,
supaya di hati mudahlah lekat,
Mendoakannya pastilah berkat,
hormati mereka tinggikan harkat.
Raden Fattah
II
Raden Fatah nama pertama,
Candi Ing Laras tempat lahirnya,
Satu Ilir nama kawasannya,
Ario Dillah lah bapak tirinya.

Brawijaya lima darahnya mengalir ,
Sang Raja  Majapahit yang terakhir,
ke palembang ibunya menyingkir,
di kota ini Raden Fatah lahir.

Setelah tiba majapahit hancur,
Islampun jadi kuat termahsyur,
Kerajaan Demak lantas meluncur,
Raden Fatahlah jadi pelopor.

III
Palembang lahirkan ulama mumpuni,
Namanya Abdus Samad al-Palimbani.
Kitabnya dipakai sampai hari ini,
Wafatnya di Arab atau Pattani.

karya terakhir dan paling masyhur,
Sair as-Salikin yang ia tutur,
Bahasanya indah lagi teratur,
 baik dan buruk jelas terukur.

Sayang disayang orang tak tahu,
Al Ma'tsurat pun darinya Ilmu,
dibuat wirid setiap waktu,
baik sekarang ataupun dulu.

IV
Pahlawan ketiga sangatlah tenar,
Sultan Mahmud Badaruddin II gagah bersinar,
Inggris tak berani Belanda dikejar,
di Sungai Aur kompeni dihajar.
 Perang Menteng menjadi saksi,
banyak pejuang yang rela mati,
meninggal syahid karena Ilahi,
Lawan Belanda supaya pergi.

Walaupun berjuang sekuat tenaga,
Tiga hari tiga malam beliau berlaga,
akhirnya ditangkap dibuang juga,
Di Ternate tempat ditanam raga.

V
Abdul Hamid bin Mahmud namanya awal,
Ki Marogan selanjutnya ia dikenal,
Berdakwah dan dagang menjadi bekal,
Sangat ditakuti mereka yang nakal.

Ia berdakwah kemana-mana,
Karomahnya banyak bikin terpana,
Mesjid dibuat sebar agama,
Lawang kidul setelah yang pertama.

Dakwahnya indah memikat hati,
ke lawang kidul setiap hari,
zikir di perahu amalannya dari,
pancarkan dakwah ke seluruh negeri.
Dr. AK. Gani

VI
Adapula Dr. AK. Gani,
Pahlawan Rakyat gagah berani,
Melawan jepang serta kumpeni,
Sumpah Pemuda ia lakoni.

Proklamasi di Palembang ia proklamirkan,
Berbakti pada negara ia jalankan,
obati yang sakit ia ikhlaskan,
Namanya disebut tuk dikenangkan.

Kalauah ingin tahu juangnya,
pergilah sendiri ke musiumnya,
Jalan Mangku Negara alamatnya,
Sukamaju Sako itu Wilayahnya.

VII
Ada pula yang lain lagi,
Residen A Rozak pejuang sejati,
berjuang hebat saat agresi,
walau menderita ikhlaskan hati.

BR Motik juga terkenal,
pejuang ekonomi ia berasal,
Perwabi jasanya sebagai misal,
juangkan pribumi ia tak ia sesal.

Itulah pahlawan yang kita punya,
orangpun tentu banyak bertanya,
Kapten A Rivai tak disebutkannya,
Isa Anshari pun tak dimunculkannya.

VIII
Pahlawan lain sangatlah banyak,
tapi namanya tak di khalayak,
karena tak tahu tempat berpijak,
atau tiada yang bikin sajak.

Mari sahabat kita sadari,
jadilah Pahlawan daerah sendiri,
yang baik dukung jangan cakari,
supaya bagus seluruh negeri.

Diakhir syair kumohon maaf,
kalaulah lupa ataupun khilaf,
kepada Allah hamba berharap,
diberi ampun kelak menghadap.


al Faqiir

Hamdi Akhsan



               Oleh
               Hamdi Akhsan.


Telah Meninggal dunia M. Husni Tamrin, Mantan Ketua Umum KAPPI 1966, Ketua Umum PB PII, Wakil Ketua MPR-RI. Moga jasa dan amalnya diterima disisi Allah sebagai kebaikan yang banyak. Amien!

Saudaraku...
Dihari ini engkau pun pergi,
Menghadap Dia Yang Maha Suci,
sebagai hamba penuhi janji,
sebelum lahir ke alam ini.

Jasadmu kini telah terbaring,
tinta emasmu tak pernah kering,
bela yang lemah dahulu sering,
semoga kami bisa mengiring.

Masa mudamu berisi juang,
ditulis indah untuk dikenang,
smangat juangmu terus kumandang,
bagai satria menghunus pedang.

Pergilah engkau menghadap Allah,
doa mengiring dari yang kau bela,
Semoga diampun segala salah,
ditutupi-Nya segala cela.

Kelak kamipun akan menyusul,
yang tua pergi yang muda timbul,
itulah sunnah yang sungguh betul,
Dalilnya Quran dan sunnah Rasul.

Ya Allah,
Terimalah ia kembali pada-Mu,
karuniai ia dengan rahmat-Mu,
limpahi dia kasih sayang-Mu,
Masukkan dia dalam Surga-Mu.

Inderalaya, 31/1/2011

Mantan Ketua Umum
PW PII Sumatera Barat 1990-1992

Hamdi Akhsan.

Selamat jalan hai putera bangsa
kan kami kenang segala jasa
smoga dosa diampun yg Esa
dari yg lupa hinga sengaja..

...Jasa-jasamu bagai permata
pada negara kau penuh cinta
smoga diterima amal segala
ditempatkanNYA di taman surga
 
 



               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Di hari ini,
Bumi seribu piramid terguncang dahsyat,
Jutaan manusia tumpah teriakkan kepedihan rakyat,
Darah mengalir dan tangis kesakitan terdengar  menyayat,
Sungguh ketika telah  bersatu rakyat menjadi  kekuatan hebat.

Betapa kejahatan, kerakusan dan kebohongan  kini terbongkar.
Segala tipu muslihat digunakan untuk menyimpan makar,
Bahkan peluru tajam membuat rakyat mati terkapar.
Bagi penguasa busuk segala cara disasar.

II
Di negeri seribu menara kini rakyat telah murka,
Sejuta sumpah  ditujukan pada pemimpin yang serakah.
Yang kebijakannya banyak membuat hati rakyat terluka.
Yang tidak takut pedihnya ancaman api neraka.

Apa saja yang dikerjakan wahai para penguasa,
Setiap  hari sibuk dengan kejahatan dan gelimang dosa.
Tumpukkan harta untuk anak turunan sepanjang masa.
Seolah  terhadap azab  engkau telah mati rasa.
III
Inilah selarik Do,a

Wahai Tuhan...
Jangan Engkau biarkan rakyat menderita  kezaliman,
Atas darah yang tertumpah berilah mereka keadilan.
Berilah mereka pemimpin yang penuh belas kasihan.
Bagaikan Salahuddin  Al-Ayubi yang  membebaskan.

Inderalaya, 3/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

kedzaliman penguasa Mesir memang terkenal sepanjang masa
mungkin keturunan fir’aun selalu ada penggantinya
dulu pernah negeri Mesir menjadi kota yang bijaksana
pada saat Yusuf alaihis salam sebagai parlementnya
...
terntara Mesir memang terkenal gagah
hingga pengusanya bersikah pongah
tak perduli rakyat amatlah susah
bahkan pernah mengaku diri sebagai Allah

Yaa Allah Tuhan kami semesta alam
Kami berdo’a hanya kepada Mu siang dan malam
buatlah penguasa dzalim jadi tenggelam
seperti pernah Engkau buktikan melalui Musa Alaihis Salam


Semoga Mesir cepat damai
Hilangkan Semua segala tikai
Agar rakyatnya tak terbengkalai
atau menjadi kumpulan bangka

Demontran Bayaran

Posted by Marchsada



               Oleh
               Hamdi Akhsan
Demonstran pendukung mubarak ; tegap,rambut cepak, dan terampil
I
Inilah kisah  zaman  sekarang,
diseluruh dunia dipakai orang,
para demostran yang garang-garang,
untuk bertahan atau menyerang.

Pemimpin zalim ingin bertahan,
dicari tenaga dipukul tahan,
siap pula pura-pura ditahan,
untuk tipu manusia dan lawan Tuhan.

Uang ditabur tentu seraya,
dengan menghitung unsur biaya,
tak apa karena mereka kaya,
supaya penonton bisa diperdaya.

II
Rakyat tak tahu memang tertipu,
ada pendukung pemimpin begitu,
bentrokan berdarah terjadi tentu,
padahal pendukung semua palsu.

Yang nyamar bisa juga petugas,
lihat badannya gagah dan tegas,
wajahnya terlihat pada beringas,
pakaiannya nampak ringkas-ringkas.

Kalau mereka dari swasta,
ada lembaga tempat meminta,
setelah nego demo ditata,
sesuai dengan pesanan kita.

III
Itulah kita harus waspada,
demontran murni dipukul sudah,
berdoa kita didalam dada,
supaya kisruh segera mereda.

Pemimpin zalim akalnya licik,
yang benar jadi salah terbalik,
kumpulkan uang emas sebilik,
kelak disiksa sampai mendelik.

Pada mereka yang kena bayar,
ingatlah selalu dosamu besar,
membela mereka yang sudah kesasar,
memukul rakyat seenak pusar.

IV
Itulah madah tentang demonstran,
ada yang bayaran ada beneran,
tak perlu kita menjadi heran,
karena zaman sudah keteteran.

Pada mereka yang lurus hati,
berharap moga berhati-hati,
terhindar dari lecutan cemeti,
ataupun luka setengah mati.

Pada pemimpin yang rakyat benci,
jantanlah jangan seperti banci,
padahal kotor masih sok suci,
sungguh terhina bagai kurcaci.

V
Jadilah pemimpin yang tidak pekak,
tahu hak dan kewajiban letak,
amanah emban janganlah retak,
supaya dicinta rakyat yang banyak.

Bekerjalah engkau secara adil,
jangan biasa gunakan bedil,
pasti dikabul doa rakyat kecil,
sengsara engkau dicabut izrail.

Madahku selesai sampai disini,
moga berguna dan dimengerti,
Bermohon hamba pada Ilahi,
moga diampun salahnya diri.

Inderalaya,
Al Faqiir

Hamdi Akhsan.

Pemimpin keji tak punya hati
rakyat sekarat tak dipeduli
segala cara akan dititi
walau sengsara akhirat nanti..

...Zaman kembali ke masa jahil
pemimpin adil semakin kecil
iman menjadi barang komersil
dijual-beli seperti candil..



               Oleh
               Hamdi Akhsan

Zainal Abidin ben Ali.
Bekas Diktator Tunisia

I
Tuhan...
Dengarlah ratap seorang budak-Mu yang berteman sepi.
Tentang segala peristiwa di negeri para Nabi.
Tempat turunnya agama Ilahi.
Dan kitab-kitab suci.

Sampai hari ini ya Allah,
Bumi Palestina bersimbah darah.
Gaza menjadi sisa penjajahan terakhir di dunia.
Dan Pemimpin muslim di negeri tetangga sibuk berpesta pora.

II
Dalam kurun seribu tahun   cahaya- Mu terangi seluruh Jazirah,
Menjadi pemuka  peradaban  di bumi yang  mencerahkan jiwa.
Para pemimpinnya hidup dalam kemuliaan  dan penuh wibawa.
Serta  rakyatnya  beriman dan  melandasi hidup  dalam taqwa.

Tapi  kini, Para pemimpin  mereka kehilangan  kepercayaan diri.
Mereka sibuk  kumpulkan  harta  dan memuaskan  hasrat birahi.
Kejam dan tega  terhadap rakyat  dalam negeri mereka  sendiri.
Namun takut bagai anjing dikejar pemukul kepada zionis yahudi.

III
Semua terjadi, manakala  tuntunan suci-Mu telah  ditinggalkan.
Mereka sibukkan diri dengan harta dan kekuasaan.
Dibawah perlindungan dan tipu daya syaitan.
Yang membuat  amanah  terlalaikan.

Musuh-musuhpun bertepuk gembira.
Melihat Pemimpin muslim remehkan khilafah.
Yang selama ribuan tahun membuat umat berharga.
Dan menjadikan musuh tidak mampu bertindak semena-mena.

IV
Tuhan...
Dalam gelapnya peradaban dajjal yang begitu dipuja,
kepada siapa kami harus adukan segenap duka.
Para pemimpin sibuk pertahankan kuasa,
sedang rakyatnya banyak menderita.

Kapankah...?
Kapankah akan Engkau turunkan hamba-Mu yang penyayang.
Yang dalam jalankan amanah azab-Mu selalu terbayang.
Yang berantas maksiat dan anjurkan sembahyang.
Serta pada rakyatnya dia selalu sayang.

Tuhan...
Padamu jua  kami haturkan pinta,
Berilah kekuatan-Mu pada rakyat yang menderita.
Jadikan doa dan ratapan mereka sebaik-baik senjata.
Agar bertaubat pemimpin yang sesat atau turun takhta.

Tuhan...
Hanya pada-Mu kami haturkan tangis duka.

Inderalaya, 3/2/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

para pemimpin sudah berani berkhianat,
tertipu rayuan seytan laknat,
mengumpulkan harta jadi konglomerat,
tak peduli yg penting naik harkat n martabat.

...Sampai dtengah laut dah lupa darat,
ungkapan bagi mereka ibarat,
pemimpin menjadi lintah darat,
menguras tenaga n pikiran kaum melarat.

Sungguh...
Semua telah terjerembab,
trselubung dlm nafsu setan yg bejat,
mari sama2 kita munajat,
berdoa agar terbuka jalan hati trsesat.
 
Syair anda sungguh bermakna
Pikiran melayang jiwaku terpana
Tak mampu daku merangkai kata
Sebagai komentar yang kuanggap setara
...
dulu Israel berada di mesir
dalam tindasan lalu terusir
sungguh hatiku sangat kuatir
pemimpin mesir justru disetir

Dalam Al-qur’an pernah kubaca
Kaum yang di laknat sepanjang masa
itulah kaum keturunan yehuda
yang tak akan habis sampai kiamat tiba

yaa Allah, Engkau maha bijaksana
lindunggi kami agar tak resah
yaa Allah Engkau pasti punya rencana
Agar ummat mengambil hikmah

SYUHADA PUN BERGUGURAN

Posted by Marchsada



               Oleh
               Hamdi Akhsan

I
Dihari ini,
Para pencinta-Mu kembali syahid ditangan penguasa yang penuh angkara.
Darah mengalir tebarkan semerbak bunga  jelang dekatnya masa Khilafah.
Suburkan tumbuhnya  ribuan benih untuk datangnya para mujahid muda.
Yang  ikhlaskan diri  berlomba dengan sebuah transaksi  berhadiah  surga.

Di hari ini.
Amru bin Ash bagaikan datang bersama ribuan pasukan.
Tanpa rasa takut teriakkan segenap kepedihan dan kezaliman.
Walau telah beratus-ratus yang gugur bagaikan layunya bunga ditaman.
Mereka bagaikan layunya bunga yang kelak tumbuhkan biji bagi kekhalifahan.

Indah,jelang kematian sang bidadari datang menyambut dari jannatul Ma'wa.
Tiada sakaratul maut yang dirasakan para Mujahid saat terlepasnya jiwa.
Janji suci Ilahi  yang tak  pernah membuat sang hamba  kecewa.
Melesat ke taman-Nya bagai anak panah lepas dari gendewa.

II
Kelak...
Akan lahir para pembela-Mu yang banyak menangis dan sedikit tertawa.
Yang mampu iringi perjuangan suci Sang Mahdi tegakkan wibawa.
Yang tentu bukan lahir dari jiwa oleh nafsu mudah terbawa.
atau mereka yang putus asa dan dilanda rasa kecewa.

Dalam tangisan yang menggelegak.
Hamba bermohon pada-Mu dengan kepala tak mampu tegak.
Malu dengan generasiku yang biarkan saudaranya dihina tergeletak.
Bagaikan setumpuk semut yang tiada daya dipatuk oleh burung gagak.

III
Kekasih.
Dalam  perjalanan usia  hamba  yang kini  menjelang  pulang.
Telah ratusan tahun masa penghinaan untuk kami berbilang.
Jadikan generasi  penerus membawa  cahaya-Mu cemerlang.
Agar rahmat-Mu yang melingkupi  bumi ini tidak  menghilang.

Inderalaya, 4 Februari 2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

               Oleh
               Hamdi Akhsan
Mujahidin Afghanistan

I
Di hari ini,
Kilatan pedang para pengembara surga nyaris tiada lagi dibumi,
Pekikan takbir telah berganti seruling musik yang mendayu merasuk hati.
Panglima perkasa seperti Salahuddin Al Ayubi terputus dan tiada regenerasi.
Tinggallah umat yang sepanjang lahir sampai mati sibuk demi pemenuhan syahwat materi.
Sungguh harga diri para pencinta Ilahi kini telah mati.

Terkadang, kegeraman bergejolak didalam dada,
Tatkala bom-bom berjatuhan di Iraq, afghanistan dan Ghaza,
Namun rasa itu hanya sejenak dan segera diganti khabar duniawi yang meriah,
Tinggallah mereka hidup dalam kehinaan dan teraniaya,
Sungguh izzah telah begitu lemah.

II
Sang Utusan Agung dimasa lalu telah ratapkan kesedihan hati,
Ia tak khawatirkan kemiskinan pada umat yang akan bergelimang materi.
Segala kekayaan berdatangan tatkala pusat-pusat kekayaan dunia telah dkuasai,
Tinggal kini kenangan tentang para pengembara yang bahagia sambut datangnya mati.

Sang utusan Agung dahulu telah berwasiat tentang datangnya  agama  secara aneh.
Dan kelak, segala yang telah diajarkan olehnya dianggap aneh bahkan remeh.
Yang dahulu dibangga kini dinista, yang dulu dilarang sekarang boleh.
Dan darah umatpun tiada berharga dimana-mana meleleh.

III
Kurindukan gagahnya pasukan Khalid bin Walid muncul bagai malaikat dari tengah gurun.
Tawarkan perdamaian atau biang segala ketakutan perang akan terhimpun.
Para penentang akan disapu bagaikan dahsyatnya badai taifun.
Sungguh tinta emas sejarah yang membuat diri tertegun.

Sedang di zamanku...
Para pemuda gagah seperti Ali dan Hamzah sibuk habiskan malam dengan tuangan arak.
Kepala dan tubuh mereka bergoyang ikuti alunan musik nan semarak.
Antara mereka dengan Tuhannya garis cinta telah retak,
dan pasukan Iblis pun tertawa terbahak-bahak.

IV
Wahn telan melanda,
Musuh pun datang bagai pasukan berkuda,
Menjajah peradaban dan merampas semua hasil bumi yang ada,
Sedang diri, hanya tersandera dalam tumpukan hutang demikian lama.
Sungguh sebuah kehinaan yang menyakitkan dada.

Semua karena wahn,
Keinginan hidup abadi dan ketakutan akan kematian.
Segala upaya dipakai untuk membuat kulit tubuh tetap rupawan.
Dan merasa bangga apabila dihadapan manusia bisa memikat dan tampil menawan.

V
Sedang jiwa,
Meronta karena miskin dan menderita.
Dirumah-rumah nan mewah kitab suci dibaca jadi langka.
setiap hari sibuk menghitung penambahan emas dan permata.
Dan tanpa sadar rambut memutih dan bersiap untuk menutup mata.

Kehinaan akan semakin dalam dengan tetap memelihara wahn,
Kehidupan akan jadi lemah tanpa pengorbanan pahlawan.
Terhadap kesewenangan ia sanggup untuk melawan.
Sehingga berharga di mata Tuhan.

VI
Aku rindu,
Para pemuda yang tegakkan kepala tunjukkan ilmu.
Atau mereka yang tekun jelajahi dunia taklukkan tebalnya buku.
Membaca ayat-ayat-Nya di semesta raya membuat orang takjub terpaku.
Sehingga kejayaan yang pernah ada tidak sebatas kisah yang ada di masa lalu.

Tidak mungkin negara-negara perkasa penguasa teknologi akan mau berbagi.
Bagaikan singa, tiada yang mau berbagi tempat dengan seekor sapi.
Karena kekuatan akan membuatnya memegang supremasi.
Dan bangsa lain bagai pengemis mohon dikasihani.

VII
Mengapa para putra pengembara surga tiada sadar,
Mereka berikan hanya budaya sampai yang di negerinya telah memudar.
Bantuan teknologi yang diberikan untuk uji coba sebelum dijual sebagai saudagar.
Wahai pemuda, mengapa engkau tidak isi dadamu dengan kekuatan iman para mujahid badar.

Tiada putra elang yang perkasa tanpa pendidikan yang kejam dan kuat dari sang induk.
Atau bagaikan anak singa gurun ditinggal induk tatkala ia masih ingin dipeluk.
Walau kasih sayangnya luar biasa, menangis ia dengan menunduk.
Agar sang putra Raja Gurun tidak lemah seperti pelanduk.

VIII
Anakku...
Jadilah engkau pengembara akherat seperti pendahulumu
Ukirlah tinta emas sejarah dizamanmu,
dan kami akan berdoa untukmu.
Agar kasih-Nya besertamu.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Syair Mujahid Gaza.

Posted by Marchsada


               (Antologi Syair-syairAkhir Zaman)

               Oleh
               Hamdi Akhsan

Para Daud Kecil gagah berani melawan kezaliman Thalut

I
Anakku,
Dengarlah olehmu kisah tentang Mujahid Gaza,
Yang selalu siap korbankan nyawa dan darah,
Yang selalu tegar dan pantang menyerah,
dan senantiasa bersandar kepada Allah.

Dari balik penjara besar dengan jutaan penghuni,
Muncullah jiwa-jiwa pencinta indahnya surgawi.
Jiwanya  rindukan balasan  sebuah transaksi,
yang telah dijanjikan-Nya dalam kitab suci.

II
anakku...
Di zaman ketika manusia bumi telah beradab.
Masih ada  penjajah zionis Israel  yang sangat biadab,
Membunuh wanita dan anak-anak sambil tertawa dan bersantap.
Hancurkan rumah-rumah yang jadikan mereka tidur dibawah langit tanpa atap.

Sungguh ironi, ketika tangan-tangan kecil lemparkan batu diiringi gema takbir,
Hadapi keperkasaanlapis baja  dan pesawat  tempur yang membordir,
Sedang saudara sedarahnya empat milyar bagaikan orang pandir.
Bahkan dengan tanpa sadar ada yang mencibir.
Gadis kecil Ghaza yang mencari ayah bunda

III
Anakku...
Tahukah engkau dengan banyaknya keajaiban yang terlihat.
Para mujahid bersumpah bahwa mereka dibela oleh para  malaikat.
Atau pesawat musuh yang datang dihadang tentara Allah berupa badai dan kilat.
Atau tanpa diketahui ternyata  pasukan zionis lari dengan membawa ketakutan yang sangat.
Sungguh bagi mereka pertolongan Ilahi ternyata sangat dekat.

Sedang Muslimah gaza,
Selalu bangga lahirkan para pencinta surga,
tangan-tangan kecil lontarkan batu menghantam lapis baja.
Yang membuat musuh tak bisa tidur nyenyak walau hanya sekejap saja.

IV
Dalam kepedihan, penderitaan dan kelaparan.
Setiap tahun bermunculan tunas-tunas baru Hafiz Alquran.
Mujahid mudah tumbuh menggantikan mereka yang berguguran.
Sungguh sebuah keajaiban yang mencengangkan para ahli peradaban.

Wajah-wajah pasrah yang penuh kekuatan iman nampak cantik dan gagah,
Seakan pada raut mereka terpancar terangnya cahaya.
Cahaya cinta dan kerinduan akan jannah.
Sebagai pemilik Izzah.

V
Anakku...
Sadarkah engkau, bahwa mereka adalah saudaramu.
Yang kepedihan dan penderitaan mereka menjadi tanggungjawabmu.
Yang kelak di Padang Mahsyar akan ditanya oleh-Nya apa pembelaanmu.
Apakah perbuatan nyata yang telah dilakukan olehmu.

Ingatkan engkau  akhir  tahun  duaribu sembilan yang silam.
Ketika bom-bom biadab  zionis bagaikan hujan menghantam.
Hancurkan rumah-rumah dan membuat lubang-lubang dalam.
Serta jadikan langit penuh kepulan  radiasi yang  menghitam.
Sungguh biadab, beraninya dengan anak kecil
VI
Betapa dalam kepedihan dan airmata mengalir,
Saksikan wanita dan anak-anak bersimbah darah di bombardir,
Dan merekapun menghadap Ilahi dengan senyum sebagai martir.
Ternyata, mereka yang syahid hampir seimbang dengan yang lahir.
Sungguh sebuah keajaiban Ilahi dengan nyata telah terukir.

Belumlah lagi adanya pengkhianat dari saudara seagama.
Yang beralas darah duduk semeja dengan musuh untuk makan bersama.
Padahal tahu perundingan hanyalah taktik musuh mengulur waktu percuma.
Yang penggkhianatan itu selalu diulang-ulang kembali sejak lama.

VII
Anakku...
Bersyukurlah dirimu hidup di negeri yang subur,
Namun jangan pernah tinggalkan kebiasaan untuk bersyukur,
Kalaulah atas nikmatnya bangsamu malah semakin kufur.
Ingatlah kelak kalian akan hancur.
Senjata yang diberi bahan fosfor putih peluluh tulang
Jangan menunggu lagi,
singsingkan lengan untuk bekerja keras petang dan pagi.
Jauhi berhura-hura dengan segala kesenangan yang akan membuatmu rugi.
Karena ketinggian derajat tak didapat dengan sibuk memetik kecapi.
Anakku, jangan sampai kasih-Nya pergi.

VIII
Anakku...
Hariku sudah menjelang sore dan masaku telah berlalu,
Jadilah engkau pencinta surga seperti para pendahulu,
Biasakan diri untuk bangun bermunajad di malam dalu.
Agar kelak di Sorga Allah engkau akan jadi penghulu.

Anakku,
itulah yang kami rindu.


Al Faqiir
Hamdi Akhsan



               Oleh
               Hamdi Akhsan.

Jembatan Ampera Ikon Kota Palembang

Pengantar
Even internasional yang kolosal dalam waktu dekat di Sumatera Selatan adalah Seagames dan even nasionalnya adalah Jambore Nasional di Teluk Gelam (Kabupaten OKI). Selain itu banyak pertanyaan tentang Palembang dari berbagai pihak. Syair sederhana ini mencoba memberikan gambaran tentang Palembang, walaupun banyak kekurangan semoga berguna untuk mereka yang mencari informasi tentang Palembang atau akan berkunjung ke Palembang. Terima Kasih!

I
Inilah syair tentang  Palembang,
ribuan tahun kota berkembang,
dikenal  negeri para  pedagang,
kini  menjadi  kota terpandang.

Diyakini  dulu  pusat Sriwijaya,
negara bahari pernah berjaya,
SwarnaBhumi jadi gantinya.
bumi emas makna katanya.

Di sungai banyak pencari emas,
dilimbang pasir sambil diawas,
didapat emas hatinya puas,
jadilah Palembang dikenal luas*.

II
Pernah ada Kesultanan berjaya,
Palembang Darussalam pasti namanya,
Simbur cahaya kitab rakyatnya,
dari agama sumber hukumnya.

Raden Fatah Sultan di Demak,
Dari Palembang ia menapak,
didukung walisongo ia serentak,
jadilah ia Sultan yang bijak.
Sultan Mahmud Badaruddin II
Terkenal seorang Pahlawan Gagah,
Mahmud Badaruddin II pasti namanya,
Ternate tempat pengasingannya,
disana pula tempat kuburnya.

III
Tempat wisata banyak tersebar,
setiap tahun berlomba bidar,
wisata kapal putri kembang dadar,
atau jalan-jalan sore untuk sekedar.
Benteng Kuto Besak
Kutobesak namanya benteng,
dekat ampera ia mentereng,
di Pulau kemarau ada kelenteng,
menyolok merah atapnya genteng.
Pulau Kemarau

Makam Sultan kawah tekurep,
lokasinya dekat kampung arab,
Doa dilantun berkah diharap,
supaya makmur palembang tetap.

IV
Terkenal nama bukit siguntang,
dalam legenda Masa Sang Hiyang,
Berasal disana terus cemerlang,
Sriwijaya lama dulu berkembang.
Musium Balaputra Dewa

Jangan lupa ke musiumnya,
Balaputra Dewa nama lengkapnya,
dekat ampera lokasi tepatnya,
segala peninggalan ada didalamnya.

Diseberang benteng rumah kapitan,
tinggalandahulu di pecinaan,
berbaur mereka para peranakan,
bersatu damai tuk penghidupan.

V
Terkenal pula makanan khasnya,
ikan menjadi bahan dasarnya,
pempek palembang tentu barangnya,
enak dimakan dengan cukanya.
Pempek

Selain pempek dikenal tekwan,
bahan dasarnya bersumber ikan,
ditambah timun dicencang-cencang,
kuahnya enak tuk dihirupkan.

Selain dibuat pempek dan tekwan,
model juga tak kalah tuan,
dicampur kuah dengan cendawan,
makanan enak sungguh menawan.

VI
Janganlah lupa kerajinannya,
kain Songket itu namanya,
murah dan mahal macam harganya,
tergantung dompet sang pembelinya.

Kain songket jadi perlambang,
dibawa tujuh saat meminang,
dipakai resepsi hati kan senang,
momen yang indah terus dikenang.

Kalaulah anda ingin mencari,
ke Tangga buntung orang kan pergi,
atau sumbernya daerah OI,
jadikan kenangan ke Palembang dari.

VII
Wah, jangan pula lupakan pindang,
enak dimakan sedap dipandang,
ada yang langsung ada dipanggang
itulah ciri pindang palembang.

Ikan asap juga disuka,
di Musi dua dagang dibuka,
bikin sendiri tentu mereka,
segar terasa saat dibuka.

Ada pula pindang tempoyak,
durian diawet bentuknya loyak,
dihirup enak dimakan layak,
tradisi buatan para khalayak.

VIII
Itulah tradisi kota Palembang,
datanglah anda sambil bertandang,
dimana-mana bisa dipandang,
banyak tersebar sawah dan ladang.

Kalau ke hulu banyak buahnya,
terkenal manis duku komeringnya,
durian hutan sungguh nikmatnya,
dibuat dodol lempok namanya.

Belumlah lagi ikan disungai,
belida dicari khalayak ramai,
dibuat empek-empek sungguh aduhai,
nikmat terasa sampai terbuai.

IX
Keluar palembang banyak dilihat,
danau Ranau tempat Istirahat,
Bukit Telunjuk ada di Lahat,
Gunung demponya di arah barat.

Ada pula air terjunnya,
di Muara enim tempat pastinya,
di Ulu Ogan gemuhak namanya,
indah sungguh pemandangannya.

Goa putri ada di OKU,
Bukit petir di MURA Ulu
Rumah Knockdown di Tanjung Batu,
di Pedalaman tersisa kubu.

X
Di Linggau ada bukit sulap,
petir menyambar mengkilap-kilap,
Bendung Watervang tempat yang alap,
untuk bersenang lemaskan syaraf.

Di OKU timur janganlah lupa,
ada namanya bendung perjaya,
ribuan hektar airi sawah,
orangpun kesana tuk cuci mata.

Kebun teh bagus di Pagar alam,
terasa dingin di waktu malam,
dihari pagi mentari salam,
menjelang sore indah temaram.

XI
Ini sekelumit tentang Palembang,
Sumatera Selatan terus berkembang,
jadi Provinsi disegani orang,
apalah lagi masa sekarang.

Menjelang even yang besar tiba,
marilah kita saling menjaga,
tamu datang disambut ramah,
supaya harum dimana-mana.

Maafkan saya sudah berani,
walau ilmu belum mumpuni.
Menulis Madah sebagai seni,
Syairku habis sampai disini,

Inderalaya, 2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Kalau tidur janganlah ngigau
Biki nkaget teman seatap
Kalau bapak mampi ke Linggau
Ada yang namanya Bukit Sulap

...Linggau sekarang menjadi Kota
Banyak dikunjungi para pedagang
Disana ada tempat wisata
Namanya bendungan watervang


Alangkah masam buah pelam
dipetik dari kebun siajun
Kalau anda kedesa Temam
Disana terdapat air terjun

...Kalau ujian harus lulus
itu nasehat Bu guru sri
Mari singgah ke Ulu Malus
Alamnya asli dan sangat asri


Baturaja ada Lesung Bintang nya
...Limpahan Durian di Bukit Pelawi
Pindang Seluang tak kalah nikmatnya
Kotanya terus berbenah diri


inilah syair tentang wisata,...
palembang itu tempat negrinya
kalau daku hidupnya kaya
akan ku singgahi semua tempatnya
               Oleh
               Hamdi Akhsan

Jembatan Ampera menghubungkan dua sisi sungai Musi di Kota Palembang

PENGANTAR
Propinsi Sumatra Selatan (Sumsel) dialiri banyak sungai besar. Salah satunya, sungai Musi yang berhulu di gugusan Bukit Barisan dan bermuara di laut tepian pantai Timur Sumatra ini. Karena terdapat 8 sungai besar yang menjadi anak sungai Musi, maka Sumsel di sebut juga Tanah Batanghari Sembilan atau Tanah Sembilan Sungai.
Kesembilan sungai yang termasuk batanghari sembilan dari hulu hingga ke hilir adalah: 1. Sungai Musi, 2. Sungai Batanghari Leko, 3. Sungai Lalan. 4. Sungai Lakitan 5. Sungai Kelingi, 6. Sungai Rawas, 7. Sungai Lematang, 8. Sungai Ogan, dan 9. Sungai Komering.
Berikut syair batanghari sembilan. Semoga menjadi kenangan untuk generasi penerus kelak manakala sungai-sungai yang ada telah kering dan tidak lagi menjadi inspirasi budaya masyarakat Sumatera Selatan.

I
Syair berawal dengan Bismillah,
berkisah tentang ciptaan Allah,
Karena sungai tanah terbelah,
airpun mengalir lalui celah.

Sungai disini banyak gunanya,
untuk banyak keperluannya,
dari bangun sampai tidurnya,
tak lepas sungai dari hidupnya.

Ratusan kilo panjangnya sungai,
Awalnya gunung akhirnya pantai,
akhirnya bertemu di muara landai,
nama yang awal akan selesai.

II
Beribu tahun sungai bersaksi,
manusia hidup kemudian mati,
tempat pedagang berjual beli,
tempat orang  bertransportasi.

bagi penduduk disana mandi,
dipakai pula untuk mencuci,
bersiram-siram putra dan putri,
ikan mudikpun menari-nari.

Sawah yang subur kan diairi,
tanaman hijau berseri-seri,
rahmat Ilahi Maha Pemberi,
untuk penduduk seluruh negeri.

III
Airnya jernih sejuk mengalir,
dari yang hulu sampai ke hilir,
bunyi gemericik bagaikan zikir,
indah menawan bagaikan syair.

Ditanah tinggi sungai bermula,
Rimba yang lebat sumber airnya,
jernih mengalir pasti segarnyanya,
diminum langsung sehat orangnya.

Air menjadi sumbernya hidup,
sepanjang sungai tak pernah redup,
orang berdagang diperahu sungkup,
dari pagi sampai mentari redup.

III
Di nama sungai melekat suku,
ogan dan komering bagian hulu
ratusan tahun tinggal disitu,
hormati sungai hidup menyatu.

Ke ladang orang di subuh dalu,
lewati sungai dengan perahu,
susuri air hindarkan batu,
berharap rezeki sudahlah tentu.

Sungai ogan memelah OKU,
Muaraenimpun ada dilalu,
di Ogan Ilir pecah menyatu,
Bermuara di musi sejak dahulu.

IV
Demikian juga di rawas ulu,
tanahnya tinggi sungai berbatu,
airnya dingin jernih bermutu,
membuat sehat sudahlah tentu.

Penduduk hulu banyak bertani,
pergi ke huma setiap hari,
tatkala pulang kayuh kemudi,
terkadang sambil ikan dicari.

Sungai Rawas bergabung musi,
Jadi kabupaten nama lokasi,
berbatas Bengkulu dibarat sisi,
ke MUBA mengalir sepanjang hari.

Sungai Lakitan ada di Mura,
Sungai Kelingi juga disana,
sebagai nadi masyarakatnya,
untuk jalani aktivitasnya.

IV
Batanghari Leko ada di MUBA,
mendekat jambi arah wilayah,
Airnya mengandung minyak tanah,
mengkilap-kilap kena cahaya.

Di MUBA sungai tidaklah satu,
banyak berguna sudahlah tentu,
besar dan dalam juga berbatu,
seperti Sungai lalan ada disitu.

Alanya subur buminya kaya,
sawitnya banyak karet seraya,
sekarang jadi daerah yang jaya,
juga terpandang serta mulia.

V
Lahat dan enim mengalir sungai,
Lematang ia disebut ramai,
ikannya sungguh enak digulai,
laguinya indah cantik membelai.

Sungai Lematang mengalir jernih,
sampai sekarang segarnya masih,
untuk dimasak atau berbersih,
Berperahu ke pedalaman Prabumulih.

Semua berakhir di Sungai Musi,
lebarnya sungguh kedua sisi,
Sejak dulu tempat transportasi,
untuk manusia dan jual beli.

VI
sungai musi sungai yang besar,
di tepi sungai banyaklah pasar,
tempat berkumpul para saudagar,
melalui darat atau berlayar.

Musi bermuara ke selat bangka,
bercabang dulu kemana suka,
dibagian hilir terdapat palka,
bengkel dan tempat kapal dibuka.

Inilah syair batanghari sembilan,
dibuat untuk sanak kenalan,
disusun sebentar diakhir bulan.
semoga berguna untuk tinggalan.

Inderalaya, 30/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan
sungai di hulu, airnya jernih dan sehat
 
Jikalah rimba habis ditebang,
kala kemarau sungaipun gersang,
kala penghujan sungai meradang,
segala terlewat habis diterjang..

...Marilah jaga si rimba hutan,
jgn ditebang jati dan rotan,
agar di sungai hiduplah ikan,
untuk dijual juga dimakan..
 
Sungai musi membelah kota palembang...
Dihubungi oleh jembatan ampera hilir dan hulu
Hati ku rindu ingin kembali pulang
tempatku pernah menuntut ilmu



                Oleh
                Hamdi Akhsan

Apalah hebatnya lagi kalau sudah begini

I
Dengan Bismillah syair kutulis,
wasiat mengalir setiap baris,
harapan mulia akan kulukis.
curahan tulus bercampur tangis.

Kutulis ini untuk pemimpin,
rakyat negeri banyak yang miskin,
doanya didengar pastilah yakin,
sedang yang kaya bertambah makin.

Walaupun diriku tiada berarti,
rendahkan hatimu tuk dinasehati,
kelak berguna di hari nanti,
untuk hidupmu setelah mati.

II
Kuyakin ingatanmu masihlah segar,
kisah yang baik pernah didengar,
pemimpin adil rahmat memancar,
pemimpin zalim jatuh menggelepar.

Contoh yang baik adalah umar,
adil dan tegas beriring sabar,
sangat sederhana dalam berujar,
tiada mengeluh selalu tegar.

Terhadap pejabat sangatlah sangar,
bila memutus salah menakar,
membuat mereka sampai gemetar,
bagaikan takut akan dibakar.

III
Tetapi semua patuh padanya,
karena satu kata perbuatannya,
tiada mengumpul tuk keluarganya,
atau mengangkat sanak saudaranya.

Sangat sedikit tidur malamnya,
dihadapan Ilahi pecah tangisannya,
meratap takuti berat siksa-Nya,
dan mengharapkan rahmat dari-Nya.

Sanak keluarga dikumpulkannya,
Untuk tak pakai kedudukannya,
atau gunakan nama besarnya,
sebagaimana pesan Rasul-Nya.

IV
Ingat dahulu masa kecilmu,
kuajar engkau iman dan ilmu,
walaupun kini hebat dirimu,
janganlah lupa ke akheratmu.

Jabatan itu hanya titipan,
sebelum mati telah digantikan,
kalau amanah tak ditegakkan,
setelah lepas kau dipusingkan.

Berhati-hati para pembisik,
hatinya kelak pasti berbalik,
ketika enak tidak berisik,
setelah jatuh memekik-mekik.

V
Harta segunung jangan tumpukkan,
kelak dikubur engkau tinggalkan,
mereka yang hidup kan menghabiskan,
tinggal dirimu tangungjawabkan.

Di Padang Mahsyar engkau melata,
di tuntut rakyat puluhan juta,
kian kemari matapun buta,
tiada guna dulunya harta.

Kalau dirimu ingin selamat,
segerakan diri untuk bertaubat,
agar tak hancur amal akherat,
sebelum terlanjur datangnya sekarat.

VI
Diriku bukan orang yang pintar,
namun sayangku masih menggetar,
harapkan amanahmu tidak terlantar,
jauhkan cambuk malaikat yang menggelegar.

Anak dan istri bukan menolong,
mereka sendiripun sibuk melolong,
disate malaikat badannya bolong,
ditendang hancur sampai ke kolong.

Percaya engkau nasehat ini,
menantang Tuhan jangan berani,
tak guna ribuan pengawal gagah berani,
kala usus terburai kayak tembuni.

VII
Mengapa siksamu sangatlah berat,
karena kuasamu sangatlah kuat,
koruptor yang ada tinggal kau jerat,
mudah pula bantu yang sekarat.

Kalau semua tak kau lakukan,
kerjamu sibuk berjalan-jalan,
pajak rakyatpun engkau habiskan,
tunggullah balasan dalam kuburan.

Belumlah lama engkau dikubur,
daging dan tulang pisah bertabur,
cacing yang datang bukan menghibur,
hancurkan dagingmu menjadi bubur.

VIII
Belum pengantar jasadmu pergi,
terhina sudah hebatnya diri,
tanah diatas diinjak kaki,
ditambah tutup yang berat lagi.

Dirimu kelak tinggal sendiri,
malaikat membawa cambuk berduri,
dihantam engkau saat berdiri,
terus-menerus tersayat nyeri.

Daging-dagingmu bagai tersayat,
mata melotot badan menggeliat,
rambut memutih sakitnya dahsyat,
ya Allah berilah waktu untuk bertaubat.

IX
Belumlah lagi ahli warismu,
berebut dia gudang hartamu,
segala cara diazab dirimu,
karena harta bukan milikmu.

Hidup di dunia hanya sebentar,
betapa rugi akherat terlantar,
karena uang jutaan lembar,
ataupun emas bertikar-tikar.

Diakhir syair kumohon maaf,
kepada Allah ampun kuhadap,
kuharap engkau segera bertaubat,
agar akherat bisa selamat.

Inderalaya, 28/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

memang bagus syair p.hamdi,
bila tk baca pstilach rugi.
untuk pljaran hidup ini,
atau skedar pnghibur hati.


terina kasih buat nasehat
moga ini jadi manfaat
menjadi bimbingan tuk buat taat
juga hindarkan kerja maksiat

Semilir angin di pegunungan.
Kicauan burung bersahutan.
Syair pak Hamdi akhsan,
Mau lie simpan tuk menambah keimanan.

bagus kalau nak pergi ke kota lahat
pergi ke sana dengan mobil kuda
bagus kalau kita mempedomani nasehat
akan lebih baik jika kita ajak yang lain juga

...bukan lahat sembarang lahat
kotanya indah tak jauh dari endikat
bukan nasehat sembarang nasehat
nasehat untuk jadikan hidup berkat

jadi ipin hidup tak perlu susah
karena ipin dari kuala lumpur
jadi pemimpin jangan tak amanah
karena akan tersiksa di dalam kubur



               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Anakku...
Di hari ini usiaku sudah menjelang pulang, sedang generasimu  baru akan pergi.
Tulang-tulangmu masih kokoh untuk susuri tingginya puncak bersalju abadi.
Cita-cita pun hebat bagai nakhoda hadapi badai ganas di tengah bahari,
Dan harapanmu masih panjang bagaikan pencarian cinta para sufi.
Sedang hari-hariku, hanya tinggal sebentar lagi.

Sebelum  generasiku berganti dan menghilang.
Ingin kusampaikan pesan-pesan pembakar jiwa wahai putra elang!
Karena kini pancaran cahaya Kebenaran-Nya semakin jauh dari cemerlang.
Bagaikan hilangnya lazuardi dilangit luas nan biru ketika malam datang menjelang.

II
Anakku...
Peradaban yang berpusat pada keyakinan anti Tuhan kini merajalela di bumi.
Merampas kehormatan, kesucian dan memerasnya habis untuk pemuasan birahi.
Segala kekuatan teknologi dan akal dipergunakan untuk halangi penerapan kitab suci.
Sungguh dunia telah dekat harinya menjelang mati.

Dalam dirimu, setiap detik dijejalkan keserakahan yang diatas kemampuan diri,
Bank-bank begitu pandai merayu untuk berhutang demi palsunya harga diri.
Hadirlah  sebuah generasi  yang rapuh dan  tak mampu tegak berdiri.
Bagaikan lelaki gagah berorot yang perkasa namun telah dikebiri.
Anakku, sadarlah engkau punya kebanggaan sendiri.

III
Engkau terlahir dengan menggenggam mutiara berharga dari langit.
Yang harus engkau pertahankan walau harus menahan rasa sakit,
sakitnya nafsu karena asing dizaman menjelang Dajjal bangkit,
dan musuhmu akan menghadang di depan bagaikan bukit.

Dahulu, mutiaramu datang tiba-tiba dari kegelapan sunyi.
Sang Pembawa dilahirkan sebagai yatim piatu dan seorang ummi,
Tapi bagaikan badai secepat kilat cahaya-Nya menerangi seluruh bumi.
Sebagai bukti atas ketinggian harga diri karena  amalkan kidung suci Ilahi.

IV
Anakku ingatlah! manakala seekor singa ikut mengembik bagai seekor domba,
seluruh bumi akan mengejek dan memandangmu hina dalam derai tawa,
Engkau adalah putra singa gurun yang pantang dihina dan menyerah.
Yang selalu memilih syahid atau tegak dan bersinarnya Cahaya.
Anakku,berhentilah menyerah dan  jadi orang yang kalah.

Dalam darahmu mengalir semangat para syuhada Badar.
Yang pekikan takbirnya mampu membuat pasukan musuh buyar.
Inginkan engkau seperti mereka?membuat para pembenci gemetar.
Dan bendera kebenaran Ilahi agak tegak serta rahmat-Nya kembali menyebar.

V
Wahai Anak, sadarlah engkau selalu..
Mana ada pembenci yang akan hidangkan madu,
Atau membuatmu perkasa seperti pendahulumu dimasa lalu.
Engkau akan lemah, karena yang tampaknya madu adalah racun sangat jitu.
Yang akan membius dirimu  dalam peradaban dengan substansi zaman batu.
Bukan keunggulan  sebagaimana  ungkapan para agen palsu.
Anakku, sadarlah engkau telah tertipu.

Di  penghujung  waktu yang  menjelang senja,
padamu sekali lagi daku ingin sampaikan madah,
tegak  serta  perjuangkan harga  diri dan izzah,
karena hanya disitu hadirnya pertolongan Allah.


Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Wahai putera sang elang,
hari merangkak kian memetang
apa yang engkau siapkan untuk pulang,
segenggam harta tak berguna jika membangkang,
sederet kursi tak menolong jika menentang,
...yang berguna hanya jiwa yang tenang
yang menolong hanya pikir yang cerlang
yang berguna dan menolong hanya hati yang mencinta Sang Penyayang.
Wahai putera sang elang,
rindui Sang Penyayang dari pagi hingga petang
agar jiwa tenang dan pikiran cerlang.  


Terima kasih Ya Allah
Telah sampai di Sawiyah ini
Berkumpul bersama mereka yg telah dapat hidayah
Sampai larut malam berwirid zikir memuji Ilahi

...Kulihat semua tertunduk
Tafakur dengan wajah yg sebak
Mengingat dosa mengharap pahala
Siapa mengira dgn Kuasa-Nya
Bangsa yg kuat dan terhormat
Kini merendah diri kpd Allah
Kasih sayang begitu erat
Bicara hanya masaalah akhirat
Tak peduli lagi pd yg merasa hebat
Generasi baru telah muncul
Meneruskan perjuangan ayah dan bunda
Tidak lagi bebas bergaul
Sebagaimana mereka yg tdk peduli agama

Tasbih tak pernah lupa
Hati bersama Sang Pencipta
Badan bersama mnusia
Tak terpengaruh suasana sekitarnya


  

Syair Pendek Jelang Tengah Malam

Wednesday, February 2, 2011
Posted by Marchsada


                (Madah seorang Penyair Soliter)

             Oleh
             Hamdi Akhsan.


I
Kekasih...
Dengarlah ratapan seorang hamba.
Yang tangannya mengigil tuliskan kebesaran-Mu sepenuh cinta,
Yang menangis takut pada azab-Mu karena kesesatan dalam menulis madah,
Sebagaimana peringatan-Mu dalam kitab suci disampaikan sudah.

Dalam sepinya kidung para pencinta-Mu.
Betapa banyak syair puja terhadap keindahan makhluk-Mu,
Segenap curahan hati terhadap keelokan lekuk tubuh dan bahasa berselimut nafsu,
Kekasih,...hamba takut, namun hati ini rindu.

II
Teringat hamba peringatan-Mu tentang para penyair,
yang lantunkan kata indah menawan hati manusia bagaikan sihir,
dengan madah yang mempesona bagaikan tenangnya air yang mengalir.
Dan membuat hati yang dilanda asmara bergetar karena eloknya kalimat diukir.

Tertegun hamba dengan ancaman-Mu terhadap mereka yang pergi ke lembah-lembah,
Berteriak dengan madah indah membuat insan cucurkan airmata,
sedang diri sendiri mencari tepuk tangan dan rasa bangga,
Kekasih hamba ingin tapi harus bagaimana?

III
Betapa indah berteman sepi,
Dalam senyap, desiran angin bertasbih diiringi lembutnya tetesan embun pagi,
dan irama takbir terdengar dalam kicauan burung yang bernyanyi,
Kekasih, inikah wujud kidung-Mu nan suci.
Dan hamba pun sendiri.

Betapa ingin hamba berlari mencari kesejatian diri,
bagaikan Qais yang patah mengenang Laila ditengah gurun-gurun sunyi,
Yang ratapannya jinakkan keganasan singa dengan kebuasan sejati,
dan akhirnya cinta pun membakar dirinya sendiri.
Kekasih, sedihnya hati ini.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan

Kekasih...
Sungguh sunyi,malam saat manusia trlelap tidur,
tidur dalam buaian2 syaitan yg kufur,
sungguh hamba-Mu ingin bangun larut dalam tafakkur,
...semoga Engkau selamatkan hamba dari siksa kubur.

Begitu segar angin pagi,
bagaikan segarnya nafas-Mu yg masuk dalam makhluk dbumi,
dgn kemajuan zaman mereka telah lupa diri,
hanya Engkaulah Sang Maha Pemberi,
hamba takut...,hamba menyesali... 


      (Pantun Rindu, Pantun Religi)

      Oleh
      Hamdi Akhsan


PANTUN MALAM (26/1/2011)

Kalaulah buluh diadu-adu,
selagi lekat dipisah-pisah.
Kalaulah jauh dirindu-rindu,
selagi dekat disia-sia.

Buluh sebatang dibelah-belah,
untuk pelupuh dipasang-pasang.
Rindu yang ada disia-sia,
rindu yang jauh dikenang-kenang.

Gugur-gugurlah wahai sang mangga,
jangan menimpa buah mengkudu.
Tidur-tidurlah wahai sang mata,
biarkan dunia ramai berlalu.

PANTUN MALAM (25/1/2011)
Asam pauh tumbuh di ulu
dibawa rakit ke muaradua.
Dari jauh kukirim rindu,
kalaulah nasib bertemu jua.

Randu dibawa ke kota liwa,
danau ranau lewatnya dari.
Rindu rasa rindu dijiwa,
mata menetes ratapi diri.

Kalangan subuh ke jagaraga,
dalu burat pergi ke kemu.
Kalau tiada berjodoh juga,
di akherat kita bertemu.

PANTUN SIANG (25/1/2011)
Hujan deras hanyutkan batu,
hilang ikatan tangga pangkalan.
Bekerja keras sudahlah tentu,
tetapi badan jangan lupakan.

Kalau tak lebar tangga pangkalan,
tali diulur panjangkan ia.
Kalau lapar segeralah makan,
lanjut zuhur jangan ditunda.

Di Baturaja pasarnya pagi,
sehat dan segar belilah ikan.
Kerja dunia teruslah cari,
akherat tetap diutamakan.

PANTUN PENUTUP (24/1/11)
Kalau randu, biarlah randu,
jangan dirubah nama batangnya.
Kalau rindu,biarlah rindu,
jangan berubah sampai akhirnya.

Hendak hitam,hitamlah tinta,
semoga elok tertulis rapi.
Hendak pejam,pejamlah mata,
semoga esok bertemu pagi.

Gugur-gugurlah wahai sang nangka,
jangan menimpa si buah pauh,
Tidur-tidurlah wahai sang mata,
jangan rindukan dia yang jauh.

PANTUN MALAM (24/1/2011)

Dusun parit jauh di tepi,
Banyak kelapa tumbuh disitu.
Walaupun pahit kini jalani.
Moga bahagia diujung waktu.

Awan putih, langitpun putih,
alamat hujan tak reda jua.
Badan letih,jiwapun letih,
berharap semua ikhlaskan jua.

Tanam tiga,berbuah tiga,
agar subur pupuklah tanah.
Iman jaga,ibadah jaga,
agar dikubur tidak merana.

PANTUN KERJA (24/1/11)
Kalaulah kuda,biarlah kuda,
yang harum itu burung pelikan.
Kerja yang sudah,biarlah sudah,
yang belum esok kita lanjutkan.

Paruh yang putih,biarlah putih,
hendak mengkilap asahlah taji.
Tubuh yang letih,biarlah letih,
besok berharap segar kembali.

Hendak malang,malanglah kuda,
burung berbah tetap kan pergi.
Hendak pulang,pulanglah anda,
dirumah menunggu anak dan istri.

PANTUN PAGI (23/1/2011)
Ranting patah daun pun layu,
gugurlah ia suburkan bumi.
Penting ditata sudahlah tentu,
sabar dan syukur setiap hari.

Rumpun halia timbang pagi,
Bersihkan ditanah memakai air.
Hidup mulia memang dicari,
akherat juga tujuan akhir.

Hendak perih,perihlah mata,
sirih lah jua untuk bersihkan.
Hendak cari, carilah nafkah,
pada-Nya jua dipertanggungjawabkan.

PANTUN PENUTUP (22/1/2011)

Burung budbud didahan hinggap,
kalaulah hinggap jangan ganggukan.
Bangun tahajjud dipasang niat,
kalau lah dapat jadi amalan.

Lebatlah sungguh si buah padi,
asalkan burung dapat usirkan.
Teringat dosa ingat Ilahi,
moga ampunan kan diberikan.

Hendak gugur,gugurlah nangka,
jangan menimpa pinggiran pagar.
Hendak tidur,tidurlah mata,
janganlah lupa zikir istighfar.

PANTUN JELANG MAGHRIB (23/1/2011)
Berbah terbang ke atas bukit,
burung budbud bunyinya dalu.
Karena hari menjelang maghrib.
Berhenti fesbuk mandi dahulu.

Diatas bukit berbah bersarang,
baru turun di hari pagi.
Setelah maghrib segera makan,
barulah sibuk berfesbuk lagi.

Burung mematuk buah setangkai,
dibawa pulang untuk anaknya.
Didepan komputer waktu dipakai,
semoga memberi manfaat guna.

PANTUN SABTU PAGI (22/1/11)
Tebu ditanam ditetak-tetak,
dipotong lebar setiap ruas.
Sesama jangan menginjak-injak,
laku yang zalim dibayar lunas.

Mengambil sari diperas-peras,
dapat airnya dibuat gula.
Selalu berfikir dan kerja keras,
supaya hidup banyak pahala.

Hendak berdiri, dirilah rumah,
tetapi jangan sampai tak makan.
Hendak mencari,carilah nafkah,
rezeki yang halal tetap jagakan.

PANTUN PAGI (21/1/2011)
Tanjungkarang ke kalianda,
singgah sebentar buat berenang.
Kalaulah orang taat ibadah,
dunia dapat akherat senang.

Ke Pariaman orang Tandikat,
menjual pala depan beranda.
Kalaulah iman kuat melekat,
berbuat salah berdegup dada.

Hendak lari,larilah kita,
jangan hamburkan sampah ditaman.
Hendak cari,carilah harta,
jangan campurkan halal dan haram.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan



                Oleh
                Hamdi Akhsan

Rakyat kera sedang membaca petisi

PENGANTAR
Konon di abad ke 23 kelak (Wallahualam), hewanpun akan secerdas manusia. Tapi karena mereka baru merdeka, para pemimpin negeri kera yang berasal dari kera duafa sangat rakus. Mereka sibuk memenuhi pundi-pundi diri, keluarga dan kroninya.
Berikut surat seekor kera terhadap rajanya. Moga bermanfaat.

I
Aku datang padamu bawa seribu berita.
Tentang keluhan mereka yang menderita.
Tentang Mereka yang hidupnya dinista,
dan tentang mereka yang terlunta-lunta.

Aku datang padamu  mengambarkan aparat yang dusta,
aku  akan sampaikan tentang  protes  rakyatmu berjuta,
aku akan datang padamu  bawa protes hutan yang rata,
dan akupun akan menjumpaimu dengan doa dan airmata.

Aku berharap dihatimu masih ada secuil rasa cinta,
aku berdoa semoga nuranimu tidak dibutakan harta.
Aku berharap pembisikmu jangan dipercaya serta merta,
Supaya diakherat engkau tidak merangkak bagai hewan melata.

II
Baginda....
Kini jalan-jalan dinegeri kami berlubang dan penuh luka.
Tambal sulam yang dibuat tidak bagus dan sesuka-suka.
Sebahagian besar uangnya pergi ke kantong mereka,
sedang ban dan mesin kendaraan kami rengkah-rengkah.

Gedung-gedung yang dibuat sangat mahal hancur oleh gempa,
Irigasi yang dibuat dengan hutang luar negeri tersapu oleh bah.
Peralatan yang dibeli dengan pajak rakyat menumpuk ditempat sampah.
Sedangkan engkau sibuk kesana kemari umbarkan sukses menepuk dada.

III
Tahukah engkau...
Hutan hujan rimbun pemberian Tuhan kini semua telah habis,
tidak ada lagi sarang binatang melata  dan burung  seperti belibis.
Hujan yang datang membuat sungai-sungai  meluap dan bukitpun terbis.
Dan sawah dan ladangpun hancur, sedang yang tersisa pada petani hanyalah tangis.

Itukah balasanmu terhadap trilyunan pajak kendaraan yang kami bayarkan?
Pupuk yang mahal harus  kami beli atas  pupuk alami yang kami tinggalkan?
Sedangkan bagi rakyat pemimpin hendaknya bukan menjadi beban,
tetapi membawa mereka pada kesejahteraan.

IV
Baginda....
Mengapa engkau biarkan para tenaga kera wanita teraniaya,
padahal mereka pergi karena engkau tak becus buat lapangan kerja.
Karena mental yang terbentuk bukan pelayan namun menganggap diri raja.
Milyaran dollar uang yang mereka kirimkan hanya kau anggap remeh dan kecil saja.

Masihkan engkau menganggap dirimu berhasil,
sedangkan penderitaan dan air mata terus mengalir ditengah orang kecil.
Untuk bayar hutang pupuk pun petani harus mencicil,
dan terhadap keberhasilan rakyat berwiraswasta, aparatmu dibawah selalu usil.

V
Baginda....
Mengapa tiada secuilpun rasa takut pada Tuhan bersemayam didada,
Tidak gemetar dengan peringatan tentang lautan api neraka yang menggelora,
tak takut daging dan tulang akan tercerai berai dihantam malaikat dengan gada.
Sungguh engkau telah begitu takabbur dan tergoda.

Baginda....
cepatlah sadar sebelum Tuhan murka,
dan sang maut mencabut nyawa para pendurhaka.

Inderalaya, 26/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan.



                   Oleh
                   Hamdi Akhsan


Kekasih...
Malam merayap semakin larut,
Seruling malam berkilau indah bagaikan mutiara jabarrut.
Para pencinta telah bersiap bagai kekasih yang datang untuk menjemput,
rindu pada-Mu, dan tak pernah menggigil takut tatkala datang  sang malaikat maut.

Terkadang hamba menangis pilu,
mengingat iman yang demikian lemah bagai pelita buram di malam dalu,
atau bagai getaran angin yang bergesek di rimbunnya daun bambu,
kekasih, hamba takut! tetapi hamba rindu.

II
Ingin kupergi ke puncak gunung-gunung sunyi,
atau berlari ditengah gurun untuk mencari kesucian diri,
ataupun pergi arungi ganasnya samudera yang tiada betepi,
Namun, yang ada hanya tangis beriring sepi,
kekasih, kemana hamba harus berlari?

Kini tiada tempat di bumi yang indah untuk para pencinta,
gelegar teknologi telah mengharubirukan generasi pengganti di semua wilayah.
Tiada lagi tangis malam tersedu dari seorang hamba,
Kekasih, hamba pasrah.

III
Kemana lagi hamba harus berlari bagaikan Qais mencari Laila,
apakah ke padang-padang sunyi yang tiada mampu dijangkau kotornya tangan manusia?
Ataukah Engkau ada ditengah keramaian tempat manusia tertawa gembira ria?
Kekasih,...kemana hidup ini akan kubawa.

Di perjalanan malam  lewati gurun pasir nan gelap,
menetes airmata rinduku sambil jiwa lantunkan harap,
agar  kiranya di akherat kelak Engkau kan sudi menatap,
dengan segenap kasih dan sayang-Mu yang penuh rahmat,

IV
Kekasih...
Mata rabunku mulai lelehkan kerinduan yang makin redup,
dimakan kejamnya dunia demi sebuah tuntutan hidup,
Berilah hamba kekuatan untuk tetap menghirup,
Kasih-Mu yang segalanya terlingkup.
Kekasih...tanpa-Mu hamba tak sanggup.

Inderalaya, 25/1/2011)
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

 
Malam perlahan semakin meninggi
Dalam aroma kebesaran MU Ya ILLAHI
Hamba MU yang lemah tiada daya ini
Menatap jauh merindu kan MU kekasih

...Di kesunyian malam yang semakin larut ini
Bintang gumintang dan rembulan ikut menghiasi
Hanya ENGKAU yang mampu melukis semesta ini
Sebagai karunia terindah bagi penghuni bumi
 
Rasanya amat sebentar malam berlalu
Susahnya mata ini menatap ayat suci
Terlena tidur hingga lupa tahjud pd-Mu
Resah nya tinggal dikubur nanti.

...Wahai yang Maha Pengasih
Kasihanilah hamba yg banyak dosa ini
Tiap sebentar merintih
Mengenang kan diri yg sepi di kubur nanti
 
sang malam kini kau segera pergi
kau bukan datang sendiri
kau juga makhluk seperti kami
kau diutus oleh Ilahi untuk kami

...di saat kau datang dan menjelang pergi
sangat baik bagi kami untuk merenung diri
siapa sesusngguhnya diri ini sejak dulu lagi
bagaimana pula nasib diri ini di akhirat nanti

ya Allah ya rabbi ampuni hamba ini
mudahkan semua urusan hamba
sungguh yak ada kekuatan diri ini
tanpa Kau berim ya rabbi



               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Kekasih...
Kini tulang-tulangku mulai renta dimakan kejamnya waktu,
sedang masa telah pergi bersama rindunya para pencinta,
bak segelas anggur merah direguk para  pemabuk malam,
Hangat tatkala  datang dan tiada di pandang ketika pergi.
Sedang yang  tertinggal  hanya piala hampa yang kosong.

Betapa kosongnya ruhani peradaban yang berpusat materi  telah sekarat.
Tangisan bayi yang lahir ke bumi tidak lagi dipandang sebagai rahmat,
tapi beban ekonomi  yang dihitung  dengan  begitu  cermat.
Seolah ia hanya mekanisme biologi tanpa kaitan akherat.
Seolah di mata insan, Engkau pun tidak dilihat.

II
Kekasih...
Dalam keangkuhan peradaban yang miskin ruhani.
Kepala manusia tegak seolah semuanya datang sendiri,
setiap sel tubuh,setiap detak jantung, bukan pemberian Ilahi,
tapi merupakan mekanisme rumit yang telah demikian terorganisasi.

Ayat-ayat-Mu yang berisi larangan dan perintah kini semakin tak diindahkan.
Bahkan menjadi komoditas yang demikian mudah diperjual belikan.
Menyampaikan kebenaran harus dicampur dagelan,demi iklan.
Dan mereka yang bersungguh-sungguh terpinggirkan.

III
Adakah cinta...
Cinta hanyalah perwujudan nafsu yang dibungkus malu-malu atas nama kebebasan.
Cinta yang bagai kera di tengah hutan demikian bebas memilih dan ganti pasangan.
Cinta yang dimasa tua akan lahirkan segenap kesedihan,kepedihan dan penderitaan.
Cinta yang telah membuat manusia  bertransaksi demi kenkmatan dan kesenangan.

Kekasih...
Bara api cinta para pencinta-Mu telah menjadi barang aneh.
Kekuatan ruhaniah yang Engkau beri sudah banyak dipadang remeh.
Pria yang menjadi idola bukan lagi mereka yang memancarkan cahaya sholeh,
Tetapi mereka yang membawa tumpukan harta dan membebaskan wanita serba boleh.

IV
Kini...
Indahnya kidung dimalam sunyi berganti dengan gelegar musik yang membuai,
lembutnya sajadah berganti dengan lembutnya tangan yang membelai.
Membuat hidup manusia semakin larut dan lalai,

Dalam tatapan tajam sang maut yang selalu mengintai dimalam hari,
sebahagian pencinta meratap sesali pelanggaran perintah suci.
Sebahagian tetap terpesona indahnya buaian duniawi,
sampai kelak tiada waktu tuk tunda lagi,
barulah semua kan disesali.

Inderalaya,25/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan
Sahabat ku.....
Kini semakin nyata mana yang bathil mana yang haq
Kebanyakan manusia mendewakan harta kekayaan
Ketampanan dan kecantikan menjadi ukuran keberhasilan
Sementara Agama dianggap penghalang tuk kemajuan
...
Sahabat ku....
Tempat hiburan malam penuh sesak pelampiasan kepenatan
Minuman ber-alkohol menjadi trademark pola kehidupan
Sementara sex bebas tidak lagi menjadi pantangan
Ini lah kehidupan modern yang mereka teriakkan

Sahabat ku...
Dunia ini semakin uzur usia nya
Semakin banyak pula macam tingkah penghuni nya
Semua itu cerminan pri kehidupan di sekeliling kita
Yang baik dan yang buruk nampak jelas berbeda

Sahabat ku...
Bukan beta ahli berdakwah ini hanya mengingatkan saja \
Semua mahluk yang hidup akan mati bila tiba waktunya
Oleh sebab itu tak salah kalau hamba bersyair nada
Mohan ampunan kepada Yang Kuasa kalau ada yang salah
 
Apakah semua itu adalah tanda,
hilangnya iman dalamnya dada,
yg terbelenggu gemerlapnya harta,
semangatpun demi nafsu dunia.

...Pedih dan sakit hati ini,
menatap dunia yg dah brmanuawi,
sang ibu tak senang lahirnya bayi,
dbuang memberatkn beban ekonomi.


      (Pantun Tahun Baru, pantun menyapa,pantun nasehat,pantun PLN)

Oleh
Hamdi Akhsan


PANTUN MALAM TAHUN BARU.(31/12-2010)

Sekerat ragi mari taburkan,
jadiah tapai simpan dibilik.
Selamat bagi yang merayakan,
moga ke depan kan lebih baik.

Sarang burung jangan rusakkan,
supaya alam bisa lestari.
Orang beruntung pasti renungkan,
salah yang sudah tak diulangi.

Hendak berduri,durilah buah,
tetapi isi tetap gunakan.
Hendak cari,carilah dunia,
tapi akherat jangan lupakan.

PANTUN MALAM.(27/12-2010)
Hanyut ke hilir buah rambutan,
diambil oleh si anak putri.
Walaupun syair tiada sambutan,
terus berkarya tuk generasi.

Buah mengkudu asam rasanya,
dibuat obat sembuhlah sakit.
walaupun syair rendah mutunya,
bisa berguna walau sedikit.

Hendak gugur,gugurlah nangka,
jangan menimpa si batang padi
Hendak tidur, tidurlah mata,
lupakan semua duka dihati.

PANTUN SEKEDAR MENYAPA.(28/12/10)
Belidang serumpun dekat teriti,
baunya tak harum seperti pandan.
Menjelang tahun akan berganti,
hisablah untung ruginya badan.

Sumur ditimba dalamnya surut,
apalah lagi dihisap selang.
Umur bertambah kulit keriput,
sebentar lagi akan berpulang.

Memetik salak tertusuk duri,
salak disimpan didalam bilik.
Maafkan salah dan lupa diri,
moga ke depan kan lebih baik.

PANTUN JELANG TUTUP TAHUN.(29/12/2010)
Getah terap sadap dipohon,
pekat mengalir cepat ditadah
Berharap hidup seribu tahun,
tetapi taqdir tak bisa rubah.

Penuhlah getah dihari petang,
lekatlah ia ke wadah panci.
Ditahun baru yang akan datang,
jagalah iman jagalah diri.

Getah dipasang burung pikatkan,
diintai pikat sepanjang hari.
Berhati-hati jaga tindakan.
Agar tak sesal dikubur nanti.

PANTUN-PANTUN PESANAN (30/12-2010)
Pohon mengkudu buahnya satu,
Jatuh ke tanah terpecah belah.
Bermohon restu ayah dan ibu,
Izinkan nanda untuk menikah.

Sari mengkudu asam rasanya,
Dipakai obat sangatlah jitu.
Kalaulah tunggu wanita sempurna,
Tak akan ada sepanjang waktu.

Buah mangga diambil muda,
Asamnya tinggi terasa ngilu.
Usia ananda terus bertambah,
sedih sendiri sepanjang waktu.

Basah celana segeralah jemur,
sebelum siang segera keringkan.
Gimana bilang tak cukup umur,
sejak SD pun sudah pacaran.

Lebar bambu untuk untuk sembilu,
kalaulah tumpul silah tajamkan.
Sabar dahulu nanda menunggu,
kuliah sekarang segera rampungkan.

PANTUN UNTUK PLN (31/12-2010)
Bunga cempiring harumnya pagi,
menjelang petang cepatlah siram.
Betapa sering seperti ini,
listrik PLN selalu padam.

Buah mumbang telah jatuh lagi,
buah seduduk manisnya lama.
Inilah memang ciri monopoli,
baik buruk terpaksa terima.

Buah kuwini dikupas lagi,
dibuat asinan untuk lebaran.
Inilah provinsi lumbung energi,
listrik dikirim diripun kurang.

Al Faqiir

Hamdi Akhsan



               Oleh
               Hamdi Akhsan


I
Kekasih...
Lazuardi nan biru semburat di kaki langit padang Arafah panas berdebu.
Jutaan bibir hamba-Mu bergetar ungkapkan untaian ratap rindu,
rindu rasa, rindu jiwa, hanya pada-Mu jua tempat mengadu.
Sungguh begitu sendu tatkala dada bergemuruh tersedu.

Terbayang kelak manusia berkumpul di Padang Mahsyar,
Jasad-jasad yang berlimang dosa panjatkan munajat gemetar.
Menjadi ibarat kelak semua menghadap-Mu dibalut kain dua lembar,
dan meninggalkan timbunan emas permata beserta uang bemilyar-milyar.

II
Kekasih...
Di Padang ini, hampir semua hamba-Mu berurai airmata.
Curahkan segenap permohonan ampun atas dalamnya dosa.
Bermohon dengan menyebut asma agung-Mu Yang Maha Kuasa,
dan meminta kemurahan-Mu agar dilepaskan dari sakit dan pedihnya siksa.

Sedang di cakrawala nan biru Jutaan malaikat-Mu menjadi saksi,
Kerinduan jutaan hamba-Mu yang datang  dari berbagai negeri.
Ada yang berkendaraan bagus dan tidak sedikit yang jalan kaki.
Sungguh wujud sebuah kebaktian yang tinggi pada Ilahi Robbi.

III
Sungguh indah, tatkala pangkat tinggi dan kemuliaan duniawi ditanggalkan.
Dua lembar pakaian ihram tak berjahit bagai pasangan kain kafan.
Begitulah kelak di Mahkamah-Mu wajah kami kan dihadapkan.
Menekur bagaikan lunglainya tubuh seorang pesakitan.
Kekasih, hamba tersedan.

IV
Betapa hamba sangat takut,
Layar waktu seakan membuat semua masa lalu tertaut.
Bagaikan tayangan lengkap peristiwa yang berkala dan runtut.
Perjalanan diri sebagai hamba yang baligh sampai maut datang menjemput.

Kekasih...
Sungguh Arafah membekas dalam bagai pancaran pemata,
terukir demikian kuat didalam relung jiwa,
Dan semua menjadi kekuatan indah,
sampai hamba menutup mata.


Inderalaya, 27/1/2011
Al Faqiir

Hamdi Akhsan

SYAIR POLIGAMI

Posted by Marchsada



Oleh
Hamdi Akhsan
Pria Pemberani berpoligami
I
Inilah madah seorang insan,
tentang perkara sepanjang zaman,
kalau dibahas bikin tak nyaman,
menjadi olokan sesama teman.

Poligami terkenal nama sebutan,
ada sembunyi ada yang pamitan,
menjadi sumber godaan syaitan,
Tatkala suami jadi rebutan.

Kalaulah memang bisa adilkan,
bersyukur tentu orang dapatkan,
tetapi susah untuk lakukan,
rebutan selalu yang dikerjakan.

II
hai...hai...
Kalau lelaki bicara ini,
menoleh dulu kesana sini,
biar tidak didengar bini,
kepala benjol sebesar kuwini.

Ada juga yang sok berani,
pastilah banyak tak disenangi,
padahal dirumah tidak begini,
takutnya...sungguh si suami.

Ada yang anggap sebagai seni,
mumpung hidup dang dijalani,
kalaulah sudah ditelan bumi,
tak mungkin bisa berpoligami.

III
Kata ini dibenci wanita,
menjadi sumber datanng sengketa.
membuat perang kata-kata,
atau mengalir air mata.

Kaum wanita pasti tak suka,
walau ditutup hati yang duka,
kadang berpura-pura tak luka,
padahal hancur batin mereka.

Lahir pula buruk sangka,
omongan dukun sangat disuka,
banyaklah kerja diterka-terka,
membuat suasana bagai neraka.

IV
Kaum lelaki memakai dalil,
agama boleh kalaulah adil,
tapi wanita akan menjebil,
karena yang cantik pasti diambil.

Apalagi sudah bermobil,
berdasi pula pabila tampil,
gaya elegan tak lagi dekil,
banyak yang naksir tinggal diambil.

Hai...hai, kaum lelaki mari terpanggil,
poligami bukanlah kecil,
kalau tak dapat berbuat adil,
pastilah susah didepan Izrail.

V
Baiknya banyak bertanya dulu,
jangan terabas tak pandang bulu,
takutnya nanti berakhir pilu,
nangis sendiri dimalam dalu.

Sekarang bukan zaman dahulu,
perempuannya nurut selalu,
kalau hatinya tersayat sembilu,
nyawapun akan bisa berlalu.

Kalaulah tidak begitu perlu,
ataukah sudah siapkan malu,
suara miring bak angin lalu,
silahkan saja jadi pelaku.

VI
Fikirlah betul sebelum bertindak,
kalau tak benar korbannya anak,
yang sudah ada kan jadi retak,
semua kan bubar dengan serentak.

Tegaklah diri sebagai bapak,
supaya benar posisi letak,
supaya kelak jangan tersentak,
setelah tua anak memberontak.

Janganlah malas memutar otak,
karena dua pundinya kotak,
sesuai perlu nafkah ditetak,
supaya keluarga jangan retak.

VII
Bagi mereka yang sudah jadi,
bekerja keraslah petang dan pagi,
jagalah betul baiknya budi,
supaya kuat himpunan lidi.

Perlulah pula banyak ibadah,
beristri banyak sungguh tak mudah,
beristri satu sering berbeda,
apalah lagi jumlahnya ganda.

Madahku berhenti  sampai disini,
pendapat pribadi sebagai seni,
kuakui bukan pria berani,
tuk jalani hidup berpoligami.

Inderalaya, Ba'da Magrib 7 Januari 2011
Al Faqir

Hamdi Akhsan

Pria idaman bermental Don Juan
Menikam sunyi mengobral rayuan
Diburu gadis jelita secantik biduan
Terlupa anak istri serba kekurangan.
 
aiih cerita poligami selalu jadi berita
apalagi pelakunya orang terkenal pula
menjadi sibuklah para kuli tinta
mengorek-ngorek keterangan buat cerita

...poligami bagiku sih oke-oke saja
yah asal yang sang pelaku adillah
nah masalahnya berlaku adil itu susah
jadi klo gak mau ada masalah, satu cukuplah

nah saya ini kan wanita
yang memandang poligami biasa saja
coz sekarang masih single pula
tapi klo nanti mungkin lain cerita... he..he..
 
pria@
berpoli gami itu boleh
tapi adil harus di toreh
kalau tidak, maka di pilih
setia pada satu si teteh
...
wanita@
kalau wanita tak mau di madu
sifat siti hadizah itu ditiru
soleh dan taat bertingkah laku
sampai kapanpun suami tetap rindu
 
jumlah cewe berbanding tiga
jika di banding dengan cowo
kalau laki-laki pada setia
nanti banyak wanita jomlo
Welcome to My Blog

Popular Post

- Copyright © SASTRA - ILMU - HIKMAH -machsada-