Posted by : Marchsada Friday, October 29, 2010




Oleh
Hamdi Akhsan


Syair sederhana tentang rindu berbagai kelompok,berbagai katagori, terdiri dari 76 bait dan 304 baris, moga bisa menghibur!

I
Awal syair bismillah dulu,
kepada Ilahi terasa malu,
atas lidah yang kadang kelu,
untuk berzikir dimalam dalu.

Dalam dunia yang beraneka,
banyak pula makhluk bertingkah,
yang Allah benci dan Allah suka,
yang tersembunyi atau terbuka.

Satu bagian yang rahasia,
rindu dendam pada manusia,
tak pandang waktu serta usia,
tak pandang berguna atau sia-sia.

II
Yang paling banyak orang berfikir,
karena asmara rindu mengalir,
seperti pemahat dan kayu ukir,
ataupun pisau dengan kikir.

Paling terkenal rindu remaja,
ingat kekasih merona wajah,
peduli rakyat ataupun raja,
ya...semuanya sama saja.

Dikala rindu pada kekasih,i
ngin bertemu tak pernah risih,
walau nantinya kan berselisih,
yang penting diri tidak tersisih.

III
Lain pula rindu sahabat,
ingin bergurau sambil berdebat,
saling berlomba tunjukkan hebat,
peduli rakyat atau pejabat.

Rindu sahabat terbagi dua,
sahabat baik membawa berkah,
sahabat buruk bikin celaka,
malangnya lagi?...ajak ke neraka.

Sahabat baik selalu menjaga,
terhadap kita jiwa dan raga,
serta berikan ilmu berharga,
agar bersama masuk ke surga.

IV
Berbeda pula rindukan kampung,
terbayang indah lembah dan gunung,
sejuknya mandi pancuran tampung,
serta indah kicauan burung.

Teringat pula ke masa kecil,
nenek cerita tentang sang kancil,
ataupun sahabat yang suka mbangkil,
juga bermain tempat terpencil.

Teringat juga jagoan kampung,
kalau berjalan dada membusung,
merasa hebat karena terkungkung,
seperti katak dalam tempurung.

V
Sangat berbeda rindu ibunda,
terhujam dalam didalam dada,
perduli tua ataupun muda,
diseluruh dunia tiada berbeda.

Rindu ibunda tiada berakhir,
di dalam kitab sudah diukir,
walaupun kaya ataupun fakir,
sampai lidah berhenti berzikir.

Rindu ibunda tak pernah layu,
walaupun matanya sudah sayu,
walau dipaksa atau dirayu ,
walau disalib ditiang kayu.

VI
Kalaulah orang rindukan kaya,
segala cara segala gaya,
supaya tampak hidupnya jaya,
walaupun semuanya cuma maya.

Pulang kampung mobilnya mahal,
tak tahu orang kalau merental,
tampaknya alim walaupun nakal,
Walaupun pelit berpura royal.

Kata-katanya tinggi selangit,
tak mau tinggi orang sedikit,
yang lain sukses dia yang sakit,
hebat bualnya setinggi bukit.

VII
Begitu pula rindu negara,
rela berjuang semangat membara,
bahu-membahu dengan tentara,
menghalau musuh bela bendera.

Rindu negara harus berbakti,
tidak korupsi harus terbukti,
rakyat yang lemah jangan sakiti,
naik jabatan benar dititi.

Itulah bentuk rindu negara,
rela berkorban walau berdarah,
bukannya cuma berhura-hura,
atau menghasut terjadi sara.

VIII
Berbeda pula rindunya anak,
tahunya diberi apa dihendak,
tak dikabulkan kadang membentak,
....masya Allah!dimana kau punya otak!

Rindunya anak berat sebelah,
tak mau dimarah kalau bersalah,
pada saudara tak mau mengalah,
kalau bertengkar minta dibela.

Rindunya anak akan menggumpal,
kala orangtua meninggal,
tak bisa bakti bikin menyesal,
menangis ia merungkal-rungkal.

IX
Hebat pula rindu jabatan,
berbagai cara dan perbuatan,
sampai meminta bantuan syaitan,
masya Allah...sungguh kelewatan!

Kalaulah memang punya prestasi,
memang jabatan haknya diri,
tapi kalau tak tahu ukuran diri,
pasti menjilat kanan dan kiri.

Kalau jabatan sudah didapat,
gayanya tentu berubah cepat,
yang berprestasi terbukti hebat,
yang tak mampu sibuk menjilat.

X
Lihatlah pula yang rindu barang,
segala yang antik akan dipajang,
kalau cerita kepada orang,
pasti matanya bersinar terang.

Barang lama banyak dikumpul,
yang sudah rusak juga didempul,
bahkan sampai cari jin gundul,
angkat pusaka supaya muncul.

Dikumpul semua barang antik,
baik yang jelek atau yang cantik,
jadilah rumah seperti butik,
atau suasananya menjadi mistik.

XI
Ada pula yang rindu ilmu,
hasil membaca kan dia ramu,
selalu ilmiah kalau bertemu,
Ah...yang bener aja kamu!!!

Orang ilmiah kadang berbangga,
padahal Allah tiada terhingga,
ilmunya hebat tak bisa diduga,
meliputi neraka sampai ke surga.

Orang berilmu kan rendah hati,
berkata baik dan hati-hati,
bagaikan pepatah ilmu padi,
semakin runduk semakin berisi.

XII
Berbeda pula yang rindu janda,
selalu bolak balik di beranda,
oleh-olehnya bermacam benda,
sebagai isyarat atau pertanda.

Masih banyak macamnya rindu,
kalau diurai bisa sewindu,
tapi karena mau beradu,
syairnya disambung setelah wudhu.

inilah  rindu kepada Allah,
ibadah  zikir tak pernah lelah,
dipuji mengucap Subhanallah,
diberi mengucap Alhamdulillah,
akhirnya?ketika mati mengucap LA ILAHA ILALLAH.

XIII
Termahsyur sudah sepanjang zaman,
harumnya bagai bunga ditaman,
sampai di kitab Allah berfirman,
hamba yang rindu karena iman.

Karena rindu ia berperang,
rela patuhi apa dilarang,
kerjakan perintah dengan riang.
ibadah khusuk gelap dan terang.

Sungguh indah rindu Ilahi,
terasa lezat sepanjang hari,
semerbak baunya harum mewangi,
bawa bahagia yang kan abadi.

XIV
Rindu Ilahi tiada terukur,
terhadap nikmat selalu bersyukur,
terhadap alam ia bertafakkur,
bersujud si hamba jatuh tersungkur.

Orang yang rindu selalu teringat,
ingin bertemu setiap saat,
tak pernah lalai tak mau telat,
sampai el-maut datang mencegat.

Baca surat-Nya mata mengalir,
ucap asma-Nya hati berdesir,
dengan tanda-Nya selalu berfikir,
hanya pada-Nya rindu terukir.

XV
Lalai pada-Mu hati gelisah,
langgar perintah-Mu jiwapun susah,
dengan rahmat-Mu tak putus asa,
rindu pada-Mu sepanjang masa.

Wahai Ilahi tujuan hamba,
pada-Mu jua hamba menghiba,
kuatkan hamba dalam musibah,
Rindu pada-Mu tidak berubah.

Hamba bermohon sepenuh hati,
rindu pada-Mu sampai ke mati,
susah dan senang ikhlas dititi,
sampai datangnya hari yang pasti.

XVI
Terhadap hidup kadang gelisah,
dapat musibah berkeluh kesah,
kadang dihati terasa resah,
ingat pada-Mu tenanglah rasa.

Wahai Ilahi dengarlah ratap,
hanya ridho-Mu selalu kuharap,
menangis hamba dimalam senyap,
bermohon iman selalu tetap.

Hamba memohon diberi umur,
selalu hidup dalam bersyukur,
terhadap nikmat tiada kufur,
sampai menghadap kelak dikubur

XVII
Rindu Ilahi berbalas pasti,
asal perintah larangan dititi,
bagaikan siang malam berganti,
sampai bertemu diakhir nanti.

Betapa dangkal rindu manusia,
terbatas ia pada usia,
walau jumlahnya sampai selaksa,
ketika mati akan binasa.

Demikian pula rindukan harta,
belumlah mati kadang disita,
atau diwarisi keluarga tercinta,
atau dicuri dimalam buta.

XVIII
Rindu jabatan akan berakhir,
belumlah mati sudah diafkir,
atau berganti karena digilir,
bisa juga karena jabatan dipelintir.

Walaupun jabatan tiada cacat,
kalau pensiun semua dibabat,
kendaraan bagus ditarik surat,
kalau tak siap bisa melarat.

Rindu Ilahi tidak berkarat,
amal dibuat tidaklah berat,
berbalas ia ganjaran kuat,
baik di dunia atau akherat.

XIX
Rindu yang tulus membuat haru,
seperti nenek rindukan cucu,
seperti murid rindukan guru,
yang tiada pamrih atau cemburu.

Guru yang baik akan dikenang,
mendidik murid menjadi bintang,
sekolahnya selalu gilang-gemilang,
prestasi hidupnya akan cemerlang.

Rindunya nenek bersifat sabar,
usia yang tua membuat sadar,
cucu dididik agar berpendar,
doanya tulus bagaikan radar.

XX
Ada pula rindu terlarang,
dibalut nafsu menjadi garang,
tak mau dengar nasehat orang,
walau berakhir patah arang.

Ada juga rindu berlabuh,
hanya dirindu hangatnya tubuh,
berakhir setelah datangnya subuh,
kena penyakit mengaduh-aduh.

Rindukan benda kan sementara,
bagaikan minyak menyiram bara,
apinya sebentar merah membara,
tinggallah sesal dan duka lara.

XXI
Para sahabat mari  merenung,
tengoklah rindu bangsa burung,
mata terlepas badan terkurung,
jiwa tersiksa badan terkungkung.

Rindu yang indah karena memberi,
rajin berkorban sifatnya diri,
memberi dari milik sendiri,
mendapat hormat siapapun dari.

Janganlah diri jadi terlena,
karena rindu dendam tak sudah,
karena hidup berakhir fana,
akan dibalas kita karena.

XXII
Ada yang rindukan masa lalu,
selalu banggakan kisah dahulu,
kadang cerita sampai dalu,
sampai lidahpun menjadi kelu.

Ada pula rindu merusak,
ketawa sendiri sampai ngakak,
kemana-mana membawa kotak,
memang miring ia punya otak.

Begitu juga rindu merpati,
tak akan berubah sampai mati,
susah senang sama dititi,
seiring sejalan sepenuh hati.

XXIII
Dengarkan pula rindu tak sampai,
merana badan lemah terkulai,
makan tak enak walau bergulai,
serasa nyawa habis terurai.

Macam-macam jenisnya rindu,
ada yang berakhir sepahit empedu,
atau rasanya asam bagai mengkudu,
ataupun bermusuh bak kambing adu.

Kadang manusia terpesona,
lupakan bahwa dunia fana,
merasa pasti dengan rencana,
padahal semua fatamorgana.

XXIV
Rindu politik ada dua,
ada yang baik yang buruk juga,
yang baik bikin rakyat bahagia,
yang jelek bikin rakyat menderita.

Rindu kursi banyak cobaan,
kalaulah dapat membahagiakan,
kalau tak dapat menyengsarakan,
anak dan istri ikut tertekan.

Begitu juga dalam pilkada,
rindu jadi pimpinan daerah,
bujuk dan rayu melimpah-limpah,
tapi buktinya?hampir tak ada.

XXV
Rindu Rasul rindukan sunnah,
berteladan kita oleh karena,
supaya agama jadi sempurna,
jadilah diri mukmin paripurna.

Betapa hamba rindukan rasul,
nabi terakhir yang pernah muncul,
membawa umat ke jalan betul,
inilah jalan yang pasti maqbul.

Kepada Rasul hamba meminta,
safaat kala gelap gulita,
mendapat surga memang dicita,
serta ridhonya Allah semata.

PENUTUP
Diakhir syair kumohon maaf,
bukan tak rindu pada sahabat,
jari-jariku merasa penat,
memencet hape yang sering ngadat.

RSUD Muhammad Husen,03  Oktober 2010
Wassalam
Hamba Allah

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

- Copyright © SASTRA - ILMU - HIKMAH -machsada-