Posted by : Marchsada Monday, November 8, 2010




Anakku,
Dengarlah baik-baik olehmu kisah tentang sang Rajawali,
Yang ditakdirkan Tuhan menjadi raja angkasa sejak zaman bahari,
Yang hidup dan selalu berjuang, bertahan, dan mencari makan sendiri,
Dan yang tak mengeluhkan setajam apapun tusukan onak dan duri.

Darinya anaknya yang baru menetas engkau harus belajar,
Tentang perjuangan hidup yang harus kuat,sabar dan tegar,
Tentang pejuang sejati yang kuat menahan sakit, perih dan sukar,
Sampai kelak namamu akan harum akan tersebar.

Di puncak-puncak gunung tinggi dan cadas karang yang tajam ia bersarang,
Tempat yang sangat sukar dan jauh dari jangkauan orang,
Matanya tajam berkilat bak ksatria perkasa di medan perang,
Yang senantiasa waspada terhadap musuh yang datang menyerang.

Tiada satupun rajawali yang menyentuh seonggok bangkai,
Atau menangkap hewan buruan yang sakit dan telah terkulai,
Tak ia makan cacing atau semut sebagaimana burung murai,
Sungguh kehidupan sejati diatas perjuangan yang tak pernah selesai.

Anakku..Tahukah engkau tentang sarang sang raja angkasa,
tujuh ratus kilogram kayu,ranting,dan daun yang dibawa sang burung perkasa.
dilakukan sendiri tanpa mengeluh hari demi hari dan tersusun demikian kuat tertata,
Saking kokohnya, disarang rajawali manusia pun akan nyaman tidur didalamnya.

Terkisah didalam kitab suci tentang sang raja angkasa,
Tuhan telah tetapkan baginya kemuliaan dengan kilatan mata mencorong menembus jauh selaksa depa,
Sayap lebarnya terbang diangkasa bebas yang jauh dari pencemaran manusia,
dan pekiknya menggigilkan tubuh para pencinta bumi yang hanya sibuk mencari makan dengan menghalalkan segala cara.

Di angkasa bebas ia menatap tajam sang calon buruan,
matanya berkilat mengincar makhluk bumi yang hidup dari mencuri hasil panenan,
Dari jarak yang jauh secepat kilat disambarnya tikus dan kelinci yang berlari ketakutan,
sungguh ia raja angkasa yang hidup karena perjuangan.

Tahukah engkau bahwa kaum rajawali makhluk penyendiri,
ia takkan bercampur dengan berbagai hewan bumi pemakan bangkai,
dan...ia pun tiada kan sudi berteman dengan burung pemakan kejelai,
sungguh ia tiada akan jadikan dirinya sosok munafik yang mau beradaptasi dengan semua makhluk sehingga prinsipnya jadi tergadai.

Ia berbeda dengan burung yang bangun berkicau sebelum panas tiba menyambut hari,
Kala sang surya memancarkan cahaya, matanya tajam menantang tanpa berkedip menatap mentari,
Sambil menunggu panas tiba dia mendekam dan hanya dengan tiga kali kepakan sayap is melesat bagaikan kilat terbang ke angkasa bumi.
Terbang bebas kesegenap penjuru mencari keberkahan Ilahi Yang Agung di angkasa tinggi.

Matanya tajam yang bagaikan mengalir darah menantang mentari yang bercahaya,
dua kelopak dikaruniakan Tuhan baginya untuk mengarungi angkasa,
Tatkala ia terbang bagai kilat,hembusan debu,butiran air,serta kilatan petir tak membuatnya gentar melanglang buana,
Anakku... belajarlah miliki pertahanan berlapis dalam menatap suatu masalah,dirimu tidak ternoda debu,basah oleh air comberan kehidupan di dunia.

Dengan ketajaman mata yang berlipat melebihi mata manusia,
Berjam-jam dengan sabar ia mengintai buruan berupa tikus atau ular berbisa,
Kewaspadaan yang tinggi, menahan lapar baginya sudah biasa,
Tapi ketika waktunya tiba,kuku tajamnya secepat kilat akan mencabik-cabik mangsanya dengan kecepatan yang luarbiasa.

Anakku...
Itulah pelajaran tentang perhitungan dalam berbuat,
efisiensi dan efektivitas dalam menunggang udara membuatnya tidak hamburkan tenaga yang kuat.
Hanya dengan merentang sayap perkasanya ia tembus badai dan kilat,
dengan tabah, berani dan mata terbelalak tajam berkilat bagaikan mata malaikat.

Terbangnya tinggi di angkasa yang bersih dari segala kotoran,
Angkasa raya dijelajahi tanpa takut hantaman petir, badai dan taufan,
Beribu kilometer ia terbang, tiada mengeluh atau memohon belas kasihan,
Sungguh kepada mereka engkau harus belajar bagaimana hidup agar mampu bertahan.

Anakku…
Tatkala usianya mencapai enampuluh tahun, Tuhan memberinya sebuah pilihan,
Untuk mati atau mendapat perpanjangan sampai seratus duapuluh tahunan,
Kala yang kedua ia pilih, kepedihan luar biasa dan lama harus ia tahankan,
Menjadi pertapa,sembunyi di gua,paruh yang hancur, kuku yang lepas, dan bulu yang rontok jadi taruhan.

Untuk hadapi masa transformasi yang penuh derita,
ia pergi menjauh ke dalam gua digunung tinggi yang tiada makhluk lainnya,
ia benturkan paruhnya sampai terlepas ke batu-batu karang yang ada didekatnya,
Setelah paruhnya tumbuh,dengan paruh itu ia cabut cakar tajamnya sampai habis semuanya,
dan...setelah cakar tumbuh,ia cabuti satu persatu bulu pelindung tubuhnya sampai habis semuanya.

Setahun lamanya masa dengan segenap kepedihan harus ia jalani,
Sepi, lapar, dahaga, lemah menjadi bahagian sepanjang hari,
Namun kekuatan ketabahan, kesabaran,kekerasan kemauan memberi arti dengan memperoleh paruh ,cakar ,dan bulu baru yang lebih mumpuni,
Serta perpanipanjangan usia sebanyak enampuluh tahun lagi.

semua ini mengajarkan manusia tentang sebuah pilihan keteguhan hati,
ingin hidup bagaikan burung pipit yang mencuri padi melimpah ruah disawah petani,
atau dirimu ingin seperti rajawali sang raja angkasa yang gagah tiada terperi,
yang tabah,kuat,berdikari dalam memperjuangkan eksistensi diri, .

Itulah contoh kesejatian iman dalam kehidupan,
Untuk menjadi yang terbaik harus lalui beragam jalan penderitaan,
Sakit, perih, fitnah, lapar, dan haus harus engkau tahankan,
Anakku, jadilah engkau seorang yang mulia di mata manusia dan dihadapan Tuhan.

Putra Rajawali dilatih ibunya tatkala masih lemah agar mampu bertahan,
Tatkala burung lain masih bermanja dengan suapan induk, dia telah dilempar dari ketinggian,
Tapi pendidikan induk menciptakan sosok raja angkasa yang tiasa lawan,
Yang menjadi raja digunung-gunung,puncak cadas,dan wilayah ketinggian.

Jadilah engkau putra rajawali, yang taklukkan padas-padas kehidupan,
Jangan hinakan dirimu dengan makanan kotor dan haram di mata Tuhan,
Jadilah engkau pejuang agama,pejuang keluarga yang dicinta karena ketegaran,
Dan…segala apa yang engkau dapat menjadi sebuah kebanggaan.

Itulah kisah hewan ciptaan Ilahi yang hidup di tebing-tebing curam dan gunung-gunung tinggi,
Kepadanya Tuhan karuniakan kekuatan, kemampuan menahan rasa sakit, kebanggaan dan harga diri,
Sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi dirimu menjadi manusia yang sejati,

Anakku, dengarlah selalu nasehat yang baik agar kelak dirimu bahagia.

Inderalaya, 31 Oktober 2010
Hamba Allah

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

- Copyright © SASTRA - ILMU - HIKMAH -machsada-