(Pantun Persaudaraan, Pantun Religi)
Oleh
Hamdi Akhsan
PANTUN PERSAUDARAAN
Taufan datang badaipun tiba,
deburan ombak kian menghebat.
Salam kenal juga dari hamba,
dekatkan hati tambah sahabat.
Badai datang bulan sembilan,
Sehabis musim kemarau berlalu.
sahabat datang dari fajar bulan,
kami berasal dari ogan ulu.
Kapal terpelanting pecahlah tiga,
tiada daya badaipun reda.
kita berdamping kita tetangga,
budaya mirip kulitnya beda.
Perahu ditimba peras telasan,
tepi perahu berbahan kalis.
pantun hamba bukanlah lisan,
tapi hanya bisa menulis.
Pengaruh bulan hilangnya pagi,
samodra tenang nelayan suka.
Pujian tuan terlalu tinggi,
apalah bahasa orang fisika.
Hempasan ombak datang beruntun,
cadik perahu jadilah patah.
Bukan tak sudi lanjutkan pantun,
barang dilapak akan ditata.
Indah pandangan ditengah bahari,
datanglah badai putuslah asa.
Insya Allah ikhlaskan diri,
menjadi guru sianak bangsa.
PANTUN MALAM.
Orang yang tua jalan dituntun,
jalan seorang sesatlah sudah.
Sahabat semua pencinta pantun,
dimana gerangan engkau berada?
Pergi ke huma membawa ibat,
dicampur lauk cukuplah sudah.
Pantunku ini untuk sahabat,
walaupun negeri kita berbeda.
Pahlawan gagah lawan kompeni,
pekikan takbir hebat menggema.
Hayo ramaikan lapakku ini,
supaya gembira kita bersama
PANTUN SILATURAHMI
sirih disimpan dalam cerana,
dibawa pergi untuk disumbang.
Adinda bertanya abang dimana,
di inderalaya dekat Palembang.
Mengukur untuk disantan,
dipakai buat buka puasa.
Ucapan syukur saya ucapkan,
dalam lindungan yang Kuasa.
Pilu sudah burung tekukur,
anaknya dikurung dalam keramba.
Selalu berada didalam syukur,
agar nikmat terus ditambah.
Menjual tahu pembeli jamu,
diminum habis jangan bersisa.
tak tahu kapan kita bertemu,
kalaulah jodoh pastilah bisa.
Patuhlah bunda hai anak santun,
selalu rendahkan tingginya hati.
Pantun kakanda indah bersusun,
sastra adinda tiada arti.
Janganlah sampai bunda tiarap.
Hatinya sedih tertusuk duri,
Tiada daya tiada harap,
semoga pantun merubah diri.
tangisi kubur tiada arti,
bakti utama ketika hidup.
hamba bersyukur didalam hati,
semoga nyalakan jiwa yang redup.
Dirawat kuda di penangkaran,
bersih kulitnya otot berisi.
Pantun indah selaras sampiran,
selain juga bermakna isi.
sungguh indah sungai serayu,
dipandang saat terbitnya fajar.
Itulah indahnya sastra melayu,
pantun menjadi alat mengajar.
Bendi bertakhta di atas kuda,
tidaklah satu ditambah dua.
Bukannya lupa pada adinda,
dibawa serta dalam do'a.
Menjadi pilu anak tempua,
ditimpa ranting ia terkilir.
Selalu jaga cinta berdua,
agar selamat sampai ke akhir.
Hujan beruntun pakaian basah,
setelah kering simpan di peti.
Berpantun itu bicara rasa,
rasa bahasa dan rasa hati.
Kemarau datang hujanpun hilang,
air dan debu silih berganti,
itulah hukum dari dahulu,
Bermula lahir sampai berpulang,
susah dan senang kan dinikmati,
siapkan bekal ingat selalu.
Beli kuwini rendam di danau,
buah dilimbang getahnya hilang,
dibuat sambal di lesung batu.
Dunia ini bagai merantau,
berpisah badan nyawa melayang,
itulah akhir yang sudah tentu.
Mencari madu dipinggir huma,
dapat sedikit jangan kelahi.
alhamdulillah kami semua,
dalam cinta dan kurnia ilahi.
Ambil kertas tuliskan tinta,
pena ditaruh di hiasan batu.
berbuat baik itulah pinta.
amal jariah sudahlah tentu.
Orang dahulu pakai azimat,
karena azimat terkena laknat.
Banyak bersyukur menambah nikmat,
pabila kufur akan tersesat.
Pergi ke camat dimalam buta,
urusan penting bereslah sudah.
Jalan selamat didepan mata,
jangan mencari apa yang tiada.
Jual paria pakai kereta,
janganlah lupa tuk sholat jumat.
Amal Jariah bentuknya nyata,
bisa dirasa bisa manfaat.
subuh datang terbitlah asa,
embun turun pandangan kabur.
tubuh yang kuat gagah perkasa,
dirubung cacing didalam kubur.
berburu ikan sampai benakat,
ikan dijual di gedung wani.
Berguru itu jalan tarekat,
ilmu didapat zikir mumpuni.
Pergi ke prapat menjual arang,
arang dijual pembeli sabut.
Pantun cepat sastranya kurang,
tapi jadilah untuk disambut.
azan magrib di petang hari,
azan isya barulah makan.
amal baik selalu dicari,
amal buruk di pertaubatkan.
Batu bersurat di Pangandaran,
berkisah tentang zaman bahari.
Berharap Allah beri perlindungan,
agar tak sesat jalannya diri.
gagal lah cita harapan pupus,
tak guna sesal dak guna dengki.
Saya pamitan pergi ke kampus,
tunaikan tugas halalkan rezeki.
Inderalaya, 9 Desember 2010
Al Faqir
Hamdi Akhsan
bagus
ReplyDelete