Posted by : Marchsada Sunday, January 9, 2011




Oleh
Hamdi Akhsan.

PANTUN UNTUK ANAK.

Belibis pulang hari selasa,
sangkarnya tinggi hawanya segar.
Belajarlah hidup jadi dewasa,
bertambah hari jiwamu tegar.

Anak pipit mematuk padi,
patuknya perih padinya lepas.
Latihlah banyak menanam budi,
tanpa pamrih agar kau puas.

Burung selayak terbang beruntun,
bulunya hitam bercampur pirang.
Belajarlah menjadi anak yang santun,
agar engkau disayang orang.

Merpati putih bulunya halus,
tertata rapi tersusun lebat.
Rendah hati dan budi halus,
niscaya hidupmu banyak sahabat.

Orang dahulu pernah berkata,
ada ubi ada pula talas.
begitulah kata sang pepatah,
adanya budi berbuah balas.

Burung bekakau tajam berkuku,
terbang menangkap ikanpun boleh.
Walau jasadku terbujur kaku,
ayah kan bangga beranak soleh.

PANTUN LARUT MALAM.

Di batang balam sarang penyengat,
obat madunya hangat didada.
Dimalam larut selalu teringat,
cinta kasih ayah dan bunda.

Hari mendung susah mencuci,
jemurkan lama tak kering jua.
Walau kau gendong ke tanah suci,
jasa ayah bunda tak terbalas jua.

Walau kerakap tumbuh dibatu,
tapi semangat tetap membara.
Walaupun disiplin sekeras batu,
tapi jiwa selembut sutra.

Pohon alpukat berbuah dua,
dimakan satu tinggal semata.
Anak berbakti sorga dunia,
penyejuk hati penyedap mata.

 PANTUN MALAM.
Hujan malam dingin menusuk,
gigi gemeretak tubuh menggigil.
Menghujam dalam pedih tertusuk,
berharap akhir maut memanggil.

Berdandan gadis eloklah rupa,
rupa ditambah eloknya hati.
Berharap bahagia tapi hampa,
ada ananda penghibur hati.

Jentera redup malam berakhir,
keringlah sudah si getah para.
Jalani hidup bagaikan air,
berakhir mengalir ke tengah samodra.

Gemuruh suara guntur berganti,
berganti dengan suara gelegar.
Gempuran coba tiada henti,
letihnya hidup hamcurkan tegar.


Keramba dipakai menangkap ikan,
dipakai juga kurung tempua.
Kalaulah memang engkau perhatikan,
rapuh dibalik mata menua.

Kicau indah burung kakaktua,
meracau panjang tak dimengerti.
Ketika jasad makin menua,
moga sisa umur diberkati.

Kedalam sumur direndam buluh,
bulu dipakai membuat meja.
Ketika umur diatas empatpuluh,
berarti usia telah senja.

Mendayung sampan di sungai penukal,
sungainya deras dayungnya patah.
Sebelum pulang kumpulkan bekal,
untuk kembali kepada pencipta.

Kumbang jatuh lebahpun jatuh,
lebah menghisap si bunga safir,
Mumbang jatuh kelapa jatuh,
tua muda tergantung taqdir.

Ke negeri batin bawa perahu,
hendak menuju dusun tekana.
Derita batin tiada yang tahu,
hendak mengadu pergi kemana.

Itulah rasa si gula jawa,
manis rasanya sudahlah tentu.
Itulah rahsia didalam jiwa,
remuk redam dimakan waktu.

Kelapa ditebang pohon diukir,
pucuk pohonnya diambil umbut.
Derita batin akan berakhir,
kala maut datang menjemput.

Orang ogan pergi mengaji,
kitab dibawa diatas kepala
Orang hidup terus diuji,
dengan nikmat beserta bala.

Bulan redup di senjakala,
burung seriti bersarang tinggi.
Berjuang hidup terkadang lelah,
ingin berhenti tak mungkin lagi.

Dinginnya atap sampai beranda,
atapnya robek ditusuk duri.
Ingin meratap didepan bunda,
tapi sedihku ditelan sendiri.

Inderalaya,29 November 2010
Al Faqir

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

- Copyright © SASTRA - ILMU - HIKMAH -machsada-