Posted by : Marchsada Wednesday, February 2, 2011




                  Oleh
                  Hamdi Akhsan.

Salahuddin Al Ayyubi
I
Dihari ini...
Negeri para penakluk ditanah tinggi* bersimbah darah rakyat tak berdosa.
Musuh-musuh menghisap setiap liter emas hitam bagai rakusnya ular berbisa,
Para muslimah yang harus dilindungi diseret-seret bagaikan budak dan diperkosa,
Inikah harga diri sebuah generasi yang telah diberi amanah untuk menjadi khalifah?
Sungguh,kehinaan yang menyesakkan dada.

II
Mengapa begini?
Tujuh ratus tahun masa kejayaan tertutup debu sejarah,
kitab-kitab warisan berharga dari pusat-pusat peradaban telah dijarah.
Dipelajari dengan tekun, dibahas dengan teliti, maka musuhpun mampu kibarkan bendera.
Sedangkan pewaris para khilafah, hanya dijejali budaya dan seni dan teknologi sampah.

Di hari ini, kurindu jiwa-jiwa muda yang gigih wujudkan kejayaan,
Yang tekun pelajari kitab suci dan bekerja keras untuk sebuah kemuliaan,
Anakku, peradaban kini yang dikuasai syaitan telah dekat masa kematian,
siapkan dirimu untuk menjadi sang pelopor di garis terdepan.

III
Dalam sejarah periode pertama,
para pemuda pencinta Ilahi menjadi penjaga perbatasan negeri, keluar dari rumah.
Mata mereka tajam bagaikan mata elang di siang hari menatap jauh menembus panorama,
siap menerjang sehebat apapun musuh yang datang dengan tujuan tak ramah.

Dihari ini...
Khurasan (tanah tinggi), Baghdad (pusat dunia), dan negeri-negeri Muslim kaya minyak menjadi bumi terjajah.
Sedang saudara-saudaranya satu tubuh di seluruh penjuru bumi tiada peduli dan hanya diam saja,
bahkan masih asyik dengan hiburan musik dan makanan yang melimpah ruah diatas meja,
sedang di belahan bumi yang lain, jasad dan harga diri saudaranya telah dirajah,
dan muslimahnya pun dinista.

IV
Adakah...?
Jiwa-jiwa muda bak singa gurun akan menggetarkan  kesombongan musuh.
Tegakkan kembali harga diri dan membimbing kembali jiwa-jiwa yang rapuh.
Mereka yang dengan tabah meniti kepedihan jalan suci  harus ditempuh.
Hingga kehormatan, kejayaan, kemuliaan yang dijanjikan bisa kembali utuh.
Anakku,dipunggungmu cita ini kami tumpukan, dan tegaklah dengan kukuh.
belajarlah dari sejarah untuk  membangun kejayaan yang terlanjur runtuh.

Betapa...
Musuh tersenyum bangga melihat generasi baru habiskan waktu mengumbar syahwat.
Masa emas dalam kehidupan dipakai  berlenggak-lenggok di atas catwalk,
nyanyikan lagu-lagu asmara sampai suaranya soak,
sedangkan kehancuran sudah menyeruak.

Buku-buku tebal dan sulit tinggal menjadi koleksi usang dan berdebu di perpustakaan.
Tradisi membuka jendela dunia dengan buku nyaris tinggal kenangan,
Berpikir kritis pun tidak lagi menjadi sebuah kemestian,
semua terlena dalam orientasi kesenangan.

V
Anakku, generasi baru.
Belajarlah pada sejarah di masa lalu,
tentang paa pengukir tinta emas yang bisa gentarkan para seteru,
serta lahirkan  peradaban tinggi yang bertahan walaupun hanya tegak membisu.

Tunjukkan  karyamu!
Gertakkan gigi, tancapkan tekad arungi beratnya tantangan didepanmu,
Pancarkan energi yang melimpah ruah dengan kerja keras yang tidak semu.
Agar usia emas yang engkau miliki menjadi gizi peradaban bagaikan madu,
anakku, itulah yang kami rindu.


Inderalaya, 15 Januari 2011
Al Faqir

Hamdi akhsan

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

- Copyright © SASTRA - ILMU - HIKMAH -machsada-