Posted by : Marchsada Sunday, November 28, 2010



(Pantun Religi, Perjalanan, Pendidikan)

Oleh
Hamdi Akhsan

PANTUN SORE(15/10-2010)

Gerimis turun dinginlah hari,
bumipun basah tanaman subur.
Berharap umur kan diberkati,
modal hadapi gelapnya kubur.

Getirnya hidup si anak yatim,
berada harta mari infaqkan.
Takdirnya hidup bagaikan musim,
susah dan senang dipergilirkan.

Nelayan mendayung diatas perahu,
ke arah hulu tujuan mudik.
Hari didepan siapa yang tahu,
banyak-banyaklah berbuat baik.

Ke Arah hulu mudik sehari,
jalanan jelek diperhatikan.
Bahagia karena banyak memberi,
terasa indah dan menyejukkan.

Berkata pelan si putri ayu,
seperti sedang terkena sakit.
Pepatah kita orang melayu,
seperti kacang lupakan kulit.

PANTUN PERJALANAN.(16/10-2010)
Cangkok belimbing pakailah sabut,
akarnya muncul dahan ditebang.
Menembus dingin membelah kabut,
pergi berangkat ke Muara Pinang.

Cangkok ditanam berilah pupuk,
dengan dipupuk suburlah ia.
Niat ditanam ikhlas dipupuk,
moga berbuah amal mulia.

Sehatkan bibit daun dibuang,
akarnya kuat hiduplah ia.
Selamat pergi selamat pulang,
silaturahmi tersambung pula.

Bunga selasih bercabang dua,
mekarnya indah tersiram hujan.
Terima kasih dikirim doa,
moga selamat sampai tujuan.

Buah keluwih ambil jatuhkan,
dipupuk ia bunganya lebat.
Terima kasih saya ucapkan,
moga begitu juga sahabat.

Berbuah lebat batang disunat,
tusukkan paku kulit dirajah.
Doa dipanjat agar selamat,
pulang dan pergi dalam inayah. ...(inayah=perlindungan)

PANTUN TUTOR UT (16/10-2010)
Bersihkan kotor sapulah tanah,
ambil dan buang sampah terserak.
Menjadi tutor itu amanah,
sambil menambah saudara sanak.

Sampah organik bakarlah api,
pisahkan dulu bahan yang keras.
Betapa senang rasanya hati,
dapat mahasiswa yang cerdas-cerdas.


Muara pinang jauh di barat,
dekat dengan batas bengkulu.
berharap ilmu diberi berkat,
siapkan diri maksimal dulu.

Rengas ditanam dekat halia,
rimbunlah ia menjadi semak.
Tugas mengajar itu mulia,
menebar ilmu mendidik anak.

Di Malam hari kokok beruga,
itu pertanda telah lewat dalu.
Tak tahu gimana periode tiga,
dipanggil atau istirahat dulu.

Akar dipakai sebagai tali,
untuk mengikat cara di ulu.
Karena tutor tak mau beli,
lapak mamang tutup dahulu.

Jatuh dibidik jambu kelutuk,
terhempas pecah makan tak bisa.
Jiwa mendidik harus dibentuk,
menjadi cerdas anak bangsa.

Tiada terduga bukit telah reban,
tanahnya longsong bumi merekah.
Dalam keluarga ada kewajiban,
ayah sebagai pencari nafkah.

Jalan yang baik aspalnya mulus,
rusakpun dikit memang adanya.
Guru yang baik sayangnya tulus,
marah juga pun pada tempatnya.

PANTUN JUMAT(15/10-2010)

Lama tak pergi tumbuh ilalang,
diselang pula rumput berduri.
Malam pergi siang menjelang,
berkurang hidup hamba sehari.

Sampai ke huma pergi ke dangau,
dindingnya lepas diterpa angin.
Lamanya hidup bagai dirantau,
rindukan pulang dikala ingin.
Suburnya pada sudah berubah,
rumputpun tumbuh malang-melintang.
Jiwa diasah amal ditambah,
menyambut maut yang pasti datang.

Bakau dibuat si tikar purun,
disebut orang juga kelasa.
Iman didada yang naik turun,
tapi tak boleh berputus asa.

PANTUN SERIBU KOTA (14/10-2010)
Inilah Syair se-Nusantara,
tempat jiwa kami tercurah,
mohon maaf dan jangan marah,
kalaulah mutunya masih parah.

Para penyair akan berkumpul,
memegang tali bersatu simpul,
saling mengisi saling merangkul.
bagaikan buku didalam sampul.

Dari diri syair bermula,
hamba tinggalnya di Inderalaya,
dekat universitas Sriwijaya,
yang makin berkembang dan berjaya.

Kabupaten kami bertanah rawa,
tempat orang banyak bersawah,
rumah panggung lumbung dibawah,
penduduknya ada tigaratus ribu jiwa.

Terkenal istilah tukang meranjat,
pandai bertukang pandai memahat,
karyanya hampir tak ada yang jahat,
sungguh indah hasilnya dilihat.

Terkenal pula banyak pondoknya,
di Sribandung dan sakatiga,
Ustadz dan kiayi hasil darinya,
terkenal sejak zaman belanda

Pantun teman semuanya cermat,
pertanda jiwa penuh semangat,
Menyambut ajakan dengan hangat,
agar budaya tetap selamat.

Marilah kita sama belajar,
kelak semua akan sejajar,
alirkan kata secara wajar,
bersambung kata ikuti nalar.

Hamba bukan ahli bersyair,
hanyalah kata hati mengalir,
nasehati diri hendak diukir,
agar selamat dihari akhir.

Semua teman-teman diundang,
agar daerah tetap kumandang.
Janganlah takut komentar sumbang,
karena syair pintar tak pandang.

Berujar kita dalam budaya,
berfikir keras kita seraya,
agar Agama selalu jaya,
dengan nasehat sepenuh daya.

PANTUN SIANG.(15/10-2010)
 Betapa enak pindang bawal,
dimakan panas tengah dalu.
Makan tak enak perut pun mual,
entah mengapa diri tak tahu.


Pindang dimasak sampai mendidih,
buanglah dahulu hati empedu.
Beban berat jiwapun sedih,
kemana lagi harus mengadu.
dihirup enak pindang patinnya,
ambillah sedikit terus disantap.
Berharap usia akan berguna,
dipanggil cepat haruslah siap.

Ikan melekat ditengah arat,
diambil malam ikannya mati.
bukan karena kurang istirahat,
tapi memang sakit hati.

Ikan selontok enak dimakan,
dipepes dengan daun talas.
Itulah sulit tuk diamalkan,
dapat kecewa belum ikhlas.

Ikan belida dimasak pati,
jangan dibuang enak kuahnya.
Hilang selera bukanlah letih,
tapi sedang gundah gulana.

Ikan asap dimasak pati,
lama dimasak lembut dagingnya.
Begadang bukan tiada arti
,tapi karena tuntutan kerja.

PANTUN KAMIS PAGI(14/10-2010)Tertusuk duri patah didalam,
sulit dicari perih terasa.
Wahai Ilahi Semesta Alam,
ampuni hamba segala dosa.

Duri dicongkel dengan peniti,
dalamnya luka membuat radang.
Diri yang sering lupakan mati,
merasa akan berumur panjang.
Agar lukanya tidak bernanah.
Obati ia dengan betadin.
Agar selamat dialam sana,
berilah hamba iman dan yakin.

Obati luka jadilah sehat,
tanggung berobat sakitkan raga.
Ibadah kuat bukan tak dapat,
tapi dunia menggoda juga.

Bengkaklah bekas duri yang patah,
kalaulah sakit segera obatkan.
Istiqamah memang mudah di kata,
betapa sulit tuk diamalkan.

Membalut luka berhati-hati,
ikat lukanya janganlah kuat.
Dalam hidup silih berganti,
ada maksiat dan juga taat.

Obati sakit haruslah sabar,
kalaulah tidak sakit bertambah.
Iman yang baik diiring sadar,
rajin selalu mengulang taubah.

PANTUN PATAH HATI SORE(13/10-2010)Patah-patahlah si unjar kacang,
jangan menimpa sarang seriti.
Hati patah jiwa tergoncang,
sedu dan sedan hancurkan hati.


Gatal-gatallah kena jelatang,
janganlah sampai sakitkan diri.
Berharap panas sampai ke petang,
ternyata hujan di tengah hari.


Hati-hatilah menebang leban,
jangan menimpa si pohon jati.
batin terasa remuk redam,
Hati yang luka dibawa mati.

Betapa dalam sungai dihulu,
kayuh perahu berhati-hati.
Betap dalam terasa pilu,
menghujam dalam hancurkan hati.

Cincin perak dipakai indah,
pasanglah dengan hati-hati.
Cinta sesaat berakhir sudah,
cinta sejati dibawa mati.

Bukannya sirih nempel dibatang,
tapi tersiram si embun pagi.
Bukan kekasih dilamar orang,
tapi tak bisa bertemu lagi.

tumbuh jelatang didekat sumur,
tersenggol badan gatallah ia.
cinta yang datang tak tentu umur,
tak tahu muda ataupun tua.

Gelugur jatuh silah dihitung,
tanamlah ia didalam taman.
Hancur hati gugurlah jantung,
karena lama cinta ditanam.

cucilah karat ada di satin,
kalau tak bersih jangan dilipat.
Itulah berat himpitan batin,
sakit terasa bagai tersayat.

Patahlah sudah si pohon jati,
sinar ke tanah tak lagi redup.
Katakan saja rasa dihati,
agar tak sesal didalam hidup.

Jatuh-jatuhlah daun bidara,
jangan menimpa sarang merpati.
sungguh bagus pantun saudara,
membawa sinar ke dalam hati.


Bagaimana kita nak beli kain,
kalaulah belum berpanen padi.
Bagaimana nak petik bunga lain,
diri yang tua tak laku lagi.

Bukan mimpi datang ke bulan,
tapi berjalan di tengah kali.
Bukan mimpi bukan hayalan,
diri terbanting sakit sekali.

Kaos dibuat berbahan kain,
kain dijual pembeli bayam.
Karena susah untuk kawin,
banyak yang jadi bujang ayam.

Sekarang mahal harga kelengkeng,
beli sekilo habis dimakan.
Sekarang tak ada lagi terongkeng,
lagu kaos lampu dah tak relevan.

siamang tua diam membisu,
menangis pelan tersedu sedan.
Memang itulah hakekat nafsu,
kalau diturut hancurlah badan.

Masak selasih janganlah pagi,
pagi pakailah daun pandan.
Kalau kekasih telah pergi,
rasa dirampas nyawa di badan.

Inderalaya,17 November 2010
Al Faqir

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

- Copyright © SASTRA - ILMU - HIKMAH -machsada-